ESQNews.id, JABAR - Kesejukan udara dan rindangnya pepohonan, serta lanskap memukau kaki Gunung Ciremai telah lama menjadi aset Desa Cibuntu di Kuningan, Jawa Barat. Namun, potensi ini baru benar-benar terangkat ke permukaan berkat visi gigih seorang mantan pengusaha biro perjalanan, Mulyana.
Melalui inisiatif “Cibuntu Berseri,” desa ini bertransformasi dari desa biasa menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan, bahkan telah diakui hingga ke kancah internasional.
Artikel ini menyelami lebih dalam perjalanan Mulyana, dari tantangan struktural yang dihadapi, hingga peran penting kemitraan korporasi dalam mencapai standar pengelolaan pariwisata yang lestari.
Jejak Pengusaha Pariwisata Membangun Desa
Mulyana, yang memiliki latar belakang di industri biro perjalanan, melihat Cibuntu bukan sekadar kampung, melainkan surga pariwisata yang belum tergarap.
Dengan pemahaman mendalam tentang standar pelayanan dan kebutuhan pasar pariwisata, ia yakin bahwa konsep desa wisata berkelanjutan adalah kunci.
Konsep ini tidak hanya fokus pada kunjungan turis, tetapi juga pada keseimbangan ekologi, manfaat ekonomi, dan pelestarian budaya lokal.
Sejak awal, Mulyana dan timnya mengambil pendekatan yang berpusat pada masyarakat (community-based tourism). Mereka menyadari bahwa pembangunan infrastruktur fisik harus sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia.
Masyarakat setempat dilatih untuk menjadi pengelola homestay (yang kualitasnya bahkan sempat masuk nominasi di tingkat ASEAN), pemandu wisata alam, hingga pengelola berbagai atraksi seperti wisata off-road, kunjungan ke perkebunan, dan peternakan kambing.
Mengatasi Tiga Jurang Tantangan
Perjalanan menuju Cibuntu Berseri penuh dengan batu sandungan yang sering dialami oleh desa wisata manapun di Indonesia:
* Infrastruktur yang Minim: Keterbatasan akses jalan, fasilitas penginapan, dan sanitasi yang layak di awal pembangunan desa wisata.
* Keterbatasan Sumber Daya Manusia: Kesenjangan keterampilan dalam hal pelayanan turis, manajemen keuangan, hingga pemasaran digital.
* Resistensi Masyarakat: Perubahan selalu menimbulkan kekhawatiran, terutama kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai lokal atau kerusakan lingkungan akibat masifnya pariwisata.
Mulyana mengatasi resistensi ini dengan transparansi dan demonstrasi manfaat langsung—bahwa pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan tanpa mengorbankan kealamian.
Mereka aktif mencari solusi, tidak hanya dari pemerintah daerah tetapi juga dari pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Sentuhan Korporasi, Transformasi Melalui Kampung Berseri Astra
Titik balik signifikan dalam sejarah Desa Cibuntu adalah ketika desa ini ditetapkan sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) oleh PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk.
Kemitraan strategis ini memberikan Cibuntu pendampingan terstruktur yang membawa desa tersebut naik kelas, khususnya dalam hal tata kelola.
Program KBA Astra berfokus pada empat pilar utama, yang menjadi kerangka integral untuk pembangunan desa lestari:
* Pendidikan: Peningkatan kualitas pengajaran di PAUD dan pelatihan keterampilan bagi remaja dan dewasa.
* Kesehatan: Perbaikan layanan di Posyandu dan edukasi kesehatan bagi masyarakat.
* Kewirausahaan: Pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) lokal, seperti produk kerajinan tangan dan makanan khas (misalnya Emping Melinjo dan Kecimpring), serta manajemen pengelolaan homestay.
* Lingkungan: Program kebersihan, penghijauan, dan edukasi konservasi yang sejalan dengan status mereka sebagai desa di kaki Gunung Ciremai.
Penertiban dan Peningkatan Standar Pelayanan
Mulyana secara khusus menyampaikan apresiasi atas peran Astra dalam aspek internal governance desa. Pendampingan ini terbukti krusial dalam mengatasi kelemahan mendasar:
* Legalitas dan Dokumentasi: Pengelolaan administrasi, dokumen, dan legalitas desa menjadi lebih tertib, memberikan fondasi kuat untuk kerjasama di masa depan.
* Dokumentasi Kegiatan: Semua bentuk kegiatan desa, mulai dari upacara adat Sedekah Bumi hingga operasional wisata harian, terdokumentasikan dengan baik, menjadikannya aset promosi dan pelaporan.
* Peningkatan Standar Pelayanan: Pelatihan berkelanjutan menghasilkan standar pelayanan yang lebih tinggi, memberikan pengalaman yang lebih baik bagi wisatawan dan memperkuat citra Cibuntu di mata pengunjung.
Cibuntu Hari Ini, Meraih Pengakuan Global
Berkat sinergi antara visi lokal yang kuat dari Mulyana, partisipasi aktif masyarakat, dan dukungan strategis dari Astra, Desa Cibuntu kini menjadi salah satu desa wisata yang paling menonjol.
Desa ini menawarkan perpaduan lengkap: Wisata Alam (Curug Gongseng, Pager Gunung Campsite), Wisata Budaya (Upacara Adat Sedekah Bumi), dan Agroekowisata (Peternakan Kambing dan Kebun Karet).
Menurut infomjlk, Pengakuan paling nyata datang pada tahun 2016 ketika Cibuntu masuk nominasi desa terbaik di kategori homestay di tingkat ASEAN.
Capaian ini menegaskan bahwa model pembangunan Cibuntu—menggabungkan kearifan lokal, semangat wirausaha, dan tata kelola modern—adalah formula efektif untuk mewujudkan Desa Wisata Lestari yang tidak hanya memimpikan keindahan alam, tetapi juga memastikan keberlanjutan hidup masyarakatnya.
Dengan fondasi yang telah tertata, tantangan selanjutnya bagi Cibuntu adalah menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan pelestarian alam di kaki Gunung Ciremai.





