Jumat, H / 07 November 2025

Mengenal Desa Nunuk Baru, Desa Wisata Berbasis Budaya dan Ekowisata Pertanian di Majalengka (Part 2)

Kamis 06 Nov 2025 07:32 WIB

Editor :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: Media massa

Jejak Sejarah dan Kekayaan Budaya Leluhur


ESQNews.id, MAJALENGKA - Tak hanya pertanian, Desa Nunuk Baru juga menyimpan beragam warisan budaya dan sejarah yang memukau. 


Berbagai kesenian tradisional seperti Silat Buhun, Bongbang, Debus, Rampak Lesung, dan Tari Tenun Gadot masih lestari dan sering dipentaskan hingga kini, terutama saat perayaan panen raya. 


Pertunjukan ini menjadi jendela pembuka wawasan bagi wisatawan untuk melihat kekayaan budaya Sunda yang otentik.


Selain itu, desa ini juga memiliki puluhan situs cagar budaya yang tersebar di berbagai titik. Salah satu yang paling menonjol adalah pemakaman kuno yang berisi sekitar 60 makam tokoh kerajaan. 


Situs-situs ini, seperti Petilasan Hariang Banga, Ciung Wanara, dan Badugal Jaya, mudah dijangkau satu sama lain, yang memudahkan wisatawan untuk menjelajahi setiap jengkal masa lalu di Desa Nunuk Baru.


Ditambah pusaka-pusaka berupa senjata peninggalan leluhur dan alat musik tradisional, yang senantiasa dirawat dengan cara dicuci secara rutin dalam upacara ‘Nyiramkeun Pusaka’ sebagai bagian dari perayaan Milangkala desa.


Peninggalan bersejarah ini diyakini berasal dari masa Kerajaan Talaga Manggung. Diketahui, hubungan ‘Kasepuhan Nunuk’ sebagai pemangku adat di Desa Nunuk Baru dengan Kerajaan Talaga Manggung mempunyai hubungan yang mengikat satu sama lain, terutama dalam acara penyiraman benda-benda pusaka.


Hubungan erat antara Kerajaan Talaga Manggung dengan ‘Kasepuhan Nunuk’ dijelaskan oleh Ketua Yayasan Talaga Manggung, H. Asep Deni Hadian Anwar Singhawinata. 


Dalam keterangannya, Kerajaan Talaga Manggung menganut Tri Tangtu, yaitu sistem pembagian kekuasaan yang didasarkan pada sejarah berdirinya kerajaan. Tri Tangtu yang dimaksud adalah Pangwastu, Juru Tangtu dan Pangestu. 


‘Kasepuhan Nunuk’ merupakan bagian dari Juru Tangtu dimana perannya adalah yang menentukan waktu terkait kapan dilaksanakannya upacara ‘Nyiramkeun Pusaka’ atau memulai penanaman dalam bertani. 


Keputusan waktu yang ditentukan oleh ‘Kasepuhan Nunuk’ bersifat mutlak dan harus diikuti oleh seluruh pengikut kerajaan.


Pengelolaan Profesional dan Dampak Ekonomi


Keberhasilan Desa Nunuk Baru sebagai destinasi wisata berbasis budaya dan ekowisata tak lepas dari peran serta berbagai pihak. Desa ini dikelola secara profesional oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Dangiang Nunuk, yang berkolaborasi erat dengan Pemerintah Desa Nunuk Baru dan Pemerintah Kabupaten Majalengka. 


Legalitas yang diberikan melalui SK Desa Wisata dari Pemkab Majalengka semakin memperkuat posisinya, menjadikannya tujuan wisata yang kredibel.


Dampak ekonomi dari pengembangan desa wisata ini sangat signifikan. Sejak tahun 2020, jumlah pengunjung Desa Nunuk Baru terus meningkat pesat, dari 3.000 orang pada tahun pertama menjadi 7.000 orang pada tahun 2023. 


Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan omset desa yang melonjak dari Rp10 juta menjadi Rp30 juta pada periode yang sama. (Infomjlk)


Sebagian besar pendapatan ini berasal dari wisata edukasi pertanian dan kunjungan ke situs cagar budaya, menunjukkan bahwa perpaduan ekowisata dan budaya adalah formula yang sukses.


Dengan segala keunikan yang ditawarkan, Desa Nunuk Baru adalah bukti nyata bahwa melestarikan tradisi dan alam dapat menjadi kekuatan pendorong ekonomi yang berkelanjutan. 


Desa ini bukan hanya menawarkan destinasi liburan, tetapi juga pengalaman yang memperkaya, mengajarkan pentingnya menjaga warisan leluhur dan merayakan hasil alam.


[1] [2]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA