Hal yang paling hebat di lakukan manusia adalah “membuka
diri”. Hal yang paling indah dilakukan manusia adalah “tidak berkomentar buruk
pada orang lain”.
ESQNews.id, JAKARTA – Film Joker telah tayang di layar lebar, khususnya di Indonesia. Di tayangkan serentak pada tanggal 4 Oktober 2019 lalu. Film ini mengisahkan perjalanan Arthur Fleck seorang pria pemain badut dan comedian yang gagal
Perlakuan keji dan kekerasan dari masyarakat yang ia terima membuat ia menjadi seorang psikopat yaitu seseorang yang memiliki penyakit mental (mental illness). Mulai dari situlah, kehidupan sosok Arthur Fleck (Joker) berubah drastis menjadi penjahat yang sangat kejam.

Setiap film selalu ada sisi negatif maupun positif tergantung kita sebagai pemberi penilaian. Film asal Amerika Serikat ini mengundang protes dari berbagai pihak terkait cerita maupun cara menayangannya.
Termasuk cerita yang berbahaya, merusak mental anak, brutal, menampakan kejahatan. Seperti yang dikatakan oleh sang Psikolog, Maya Savitri bahwa “Di Joker itu adegan kekerasan, ketakutan, dan sebagainya, yang memang tidak layak untuk ditonton anak-anak. Anak-anak akan meniru, merasa ketakutan, cemas, deg-degan, karena adrenalinenya terpicu,” ujar Maya saat melansir dari grid.id.

Maka ada baiknya berhati-hati ketika menonton film Joker, agar dapat menghindari sesuatu yang tidak diharapkan. Jika kita mengambil persepsi yang keliru maka dapat berakibat bahaya seperti pembenaran terhadap segala prilaku jahat yang dilakukan Joker.
Di saat mayoritas orang menanggapi dengan geram film tersebut. Salah satunya penonton yang mempunyai akun
IG @ikamonica17 memberikan review-nya setelah menonton film yang di sutradarai
oleh Todd Phillips.

“Ini berlaku bukan hanya para pengidap mental illness tetapi pada kita yang normal, berapa banyak manusia yang menderita karena perkataan dan perilaku orang lain? Yuk mulai sekarang awali dari hal kecil, contohnya tidak menyinggung fisiknya, cara berfikirnya atau sifatnya, kita tidak pernah tahu seberat apa mereka harus menerima kekurangan dirinya,” ajak Ika, salah satu karyawan di PT. Telekomunikasi Indonesia, Jakarta Pusat.
Balik lagi, semua orang punya pandangan dan persepsinya masing-masing. Tergantung dan balik lagi ke diri kita sendiri, karna tidak ada akibat yang tanpa sebab.
Nah kalau cara mengahadapi pengidap mental illness seperti apa?
- Hargai mereka, terkadang salah satu hal yang
paling dibutuhkan oleh orang yang mengalami gangguan mental adalah didengar. Sayangnya,
tidak semua orang mampu memahami dan menghargai mereka. Padahal, ketika mereka
dihargai dan didengar, pikiran dan perasaan mereka akan lebih mudah membaik.
- Jangan ikuti halusinasinya, saat mereka
berhalusinasi jangan di IYAKAN karena sama saja kita membantu membuat dia
semakin tenggelam dalam khayalannya.
- Jangan berbohong dan bersifat sewajarnya karena
bagaimanapun tidak ada bedanya kita dengan mereka.
- Pahami keadaan mereka, perhatikan dan jaga
ucapan kamu. Jangan sampai ada perasaan tersinggung yang muncul di hati mereka.


