Rabu, H / 15 Oktober 2025

Ikatan Kacang dan Kulit

Jumat 27 Aug 2021 10:49 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: bostonmagazine.com

Oleh: Faqih Al Fadlil (Guru di MILBoS Internasional)


ESQNews.id, JAKARTA - Pernahkah terbenak dalam kepala tentang orang-orang berjasa. Memberikan pertolongan dan bantuan ketika susah. Menghadirkan sederet “bahan kehidupan” tuk meraih harapan dan tujuan. Atau sekadar mampir sebentar, istirahat dari lelahnya perjalanan. Ya, itu tetap disebut kebaikan. Dan fitrahnya, itulah yang manusia butuhkan.


Orang akan tetap berjalan pada lintasan sebagaimana mereka tentukan. Lewat dengan sesuka hati meski kadang mengecewakan. Pikiran, logika, akal sehat, sering kali bersebrangan. Atau kadang menabrak tembok besar fantasi dan khayalan. Selalu saja ada perbedaan. Mesti telah dipersatukan dengan iman.




Soal pemahaman, insan kan selalu bertemu dengan perbedaan. Setiap tujuan berasal dari pikiran. Pun bahan pikiran adalah semua masukan dari pendengaran, penglihatan, dan getaran. Memberikan informasi tentang suatu hal, sampai berujung pada penafsiran. Dan manusia kan menuai hal berebeda, meski punya banyak kesamaan.


Kesuksesan adalah keinginan setiap orang. Membidik anak panah ke arah tepat sasaran. Atau menancapkan bendera kebanggaan di gunung tertinggi. Atau menembus langit tinggi nan luas dengan teknologi dan ilmu pengetahuan. Semua adalah kesuksesan yang semua orang harapkan. Semua mata kan tercengang melihat kedahsyatan sebuah “Prestasi." Setiap orang menggelengkan kepala tanda tak percaya. Tapi yakinlah, itu realita.


<more>


Dan guru kehidupan pun datang menyentil kepongahan. Memberi peringatan agar tak sembrono dalam dunia kesuksesan. Berfoya-foya dengan sederet kemeriahan. Menjual popularitas tuk mendapat kenikmatan. Hingga lupa dengan para pahlawan. Orang-orang hebat dengan semua bimbingan dan pengajaran.


Jadi teringat akan filosofi “Kacang dan Kulit." Orang bilang, “Jangan jadi kacang lupa kulit." Namun realita selalu berkata, kulit dibuang dan kacang diistimewakan. Kacang yang disebut, kulit yang dilupakan. Memang seperti itulah dunia, kacang yang selalu dimakan dan kulitnya dibuang. Tidak salah bila kacang menjadi simbol kesuksesan dan kulit selalu disingkirkan.




Akan tetapi, jangan pernah lupa dengan sang kulit. Kacang tumbuh dan berkembang berkat sang kulit. Kacang terjaga dari segala macam bentuk kerusakan dan kebusukan karna sang kulit. Bila kulit lengah, gagallah sang kacang. Andai saja kulitnya lelah, matilah sang kacang. Di situlah letak sebuah keberkahan atau malah kehancuran.


Ingat selalu akan jasa orang. Menghargai dan selalu berterima kasih. Walau kadang sering melukai hati. Itu manusiawi. Manusia rentan menyakiti dan tersakiti. Atau mungkin pemikiran berbeda dan berseberangan. Tak masalah. Setiap kepala pasti tidak sama. Sudut pandang, filter, referensi dibentuk dengan cara yang berbeda hingga menghasilkan kesimpulan yang tak sama.


Berterimakasihlah dengan semua guru di ruang dan waktu. Mungkin tangan tak sanggup membantu. Uang tak keluar dari saku. Atau mulut tak mampu berucap i love you. Cukuplah ingat mereka. Dan doakan agar sehat dan dilindungi Allah selalu. Pada akhir hayatnya, manusia akan tau dan paham apa makna “kesuksesan sesungguhnya."


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA