KISAH
ESQNews.id, JAKARTA - Ada
sebuah peristiwa menarik. Seseorang bercerita, bahwa dirinya pernah akan
melakukan maksiat. Saat itu dia lewat jalan TB. Simatupang Jakarta Selatan dan
melihat Menara 165 yang di puncaknya tampak Lafadz Allah sangat besar dan
menyala sangat terang. Seketika, dia ingat kepada Sang Maha Pencipta, dan
mengurungkan niatnya untuk berbuat negatif tersebut.
Kisah di atas disampaikan oleh sosok di
balik pendirian Menara 165, yaitu Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian, yang juga founder
ESQ Group. Menurutnya peristiwa tersebut sangat berkesan di hatinya.
“Dia adalah salah satu dari puluhan ribu
orang yang melihat bahkan mengucapkan kata ‘Allah, Allah, Allah’ di sepanjang
jalan Simatupang setiap hari saat melihat Menara 165,” imbuhnya.
Menurut Ary, peristiwa itu sesuai dengan
tujuan dia membuat Menara 165 dengan bertuliskan Allah di atapnya. Ia berharap siapapun
yang melihatnya akan senantiasa mengingat Allah dan menempatkan Allah di atas
segala-galanya.
“Alasan saya membuat tulisan Allah dengan
ukuran besar bahkan ditempatkan di puncak gedung yaitu di lantai 27 itu karena
saya sangat Cinta Allah SWT. Dan yang namanya cinta, itu harus diwujudkan. Maka
Menara 165 inilah sebagai bentuk rasa cinta saya kepada Allah,” ungkap murid
dari Alm. KH. Habib Adnan, Mantan Ketua MUI Bali.
Di lantai 27 itulah ia membuat Masjid yang
diberi nama Masjid Ar Rohim. Nama Ar Rohim merujuk pada salah satu sifat Allah,
juga sesuai dengan nama sang ayah yaitu, Alm. H. Rohim Agustjik.
Menurut Ary, Ar Rohim ini adalah masjid yang
tertinggi di Indonesia serta yang kedua di dunia. Mengapa?
“Karena saya tidak tahu dimana Masjid tertinggi
yang pertama di dunia itu,” ujar suami dari Linda Damayanti ini seraya
tersenyum.
Di gedung ini seperti di Madinah dan Mekkah
ada kumandang adzan di setiap lantai. Namun meski atasnya sebuah masjid, setiap
lantai di bawahnya itu terdapat kegiatan-kegiatan usaha seperti perkantoran,
Sekolah Tinggi ESQ Business School, dan sebagian ada juga yang disewakan.
Meski kental dengan nuansa Islam, yang
berkantor di Gedung Menara 165 tak hanya warga negara Indonesia dan beragama
Islam.
“Tak hanya orang Islam saja yang bisa
menempati Menara 165 ini, bahkan orang asing dan non-muslim pun ada yang bergabung
di sini,” tambah ayah dari 6 anak ini.
Di tanya tentang perjalanan dan suka duka membangun
Menara 165, Ary pun memaparkan bahwa di balik kesuksesan mendirikan Menara 165
ini tentu ada proses, perjuangan, dan doa.
“Pasalnya, dulu saya pernah menjadi dosen
dan jualan celana jeans di Bali, tapi tokonya selalu sepi. Ketika tahun 2019
ketika saya kembali ke sana ternyata toko itu masih sepi. Nah, saat jualan
jeans itu saya melamun sambil nunggu customer datang. Tiba-tiba terpikir bahwa
suatu saat saya akan punya gedung atau kantor yang dipenuhi dengan kaca,
karyawannya cantik-cantik dan ganteng-ganteng. Believe it or not, kurang lebih 20 tahun kemudian Menara 165 ini
sukses dibangun seperti yang saya bayangkan dulu.”
Menurut Ary, itu adalah kekuatan pikiran. Ketika
seseorang memikirkan sesuatu hal dan dapat membayangkan dengan jelas apa yang
diinginkan, maka ia akan dapat mewujudkan impiannya.
“Untuk itu kita harus selalu menjaga
pikiran positif dan menjaga keyakinan. Karena apa yang kita pikirkan, itu bisa
jadi kenyataan. Semua itu harus divisualisasikan dan diyakini dalam diri lalu
dikerjakan dengan sepenuh hati maka semua yang dipikirkan oleh seseorang itu
entah 5-10 tahun lagi akan kenyataan,” imbuhnya.
Perjalanan dan pengalaman tersebut, ia tuliskan
hingga menjadi buku ESQ (Rahasia Membangun Kecerdasan Emotional dan Spiritual)
dengan total 300 halaman lebih. Buku ESQ sudah terjual 2,5 juta copy, dan terus
bertambah hingga hari ini.
Dari buku, konsep ESQ kemudian
ditransformasikan menjadi Training ESQ, yang telah berlangsung sejak tahun
2001. Hingga saat ini total peserta sudah mencapai 1.8 juta bukan hanya di
Indonesia namun juga mancanegara seperti di Malaysia, Brunei, Singapura,
Australia, Amerika, Belanda, Azerbaijan, Maroko, Mesir, dan masih banyak lagi.
Apa yang ia sampaikan di dalam berbagai
trainingnya, adalah apa yang pernah dialaminya.
Ketika mengisahkan tentang pencarian Nabi
Ibrahim, maka itu pula yang pernah ia rasakan pencarian akan makna hidup yang
luar biasa.
“Saat memberikan pelatihan ESQ, saya tidak
hanya asal bicara dan ngajar saja, namun saya juga sudah coba rasakan sendiri
dan praktikkan langsung ilmunya, baru saya sebarkan ke khalayak. Saya berani
berikan materi dalam Training ESQ itu, karena benar-benar sesuatu yang memang sudah
pernah terbukti,” ungkapnya.<more>
Konsep 165 dan perjalanan hidupnya, dikupas
tuntas lewat Training 3 tingkat yakni ESQ New Chapter, ESQ Next Chapter, dan
ESQ Final Chapter. Ary mengurutkan trainingnya dengan analogi membangun sebuah
rumah yaitu membangun fondasi, tiang, dan atap.
“Fondasinya dulu yang harus diperkuat
supaya dia bisa tahan terhadap tsunami, gempa, dan lainnya. Untuk memperkuat
fondasinya itu harus ikut training 3 tingkatan tadi. Baru membangun atau
membuat tiang-tiangnya serta atap.
Dengan kata lain, para peserta yang sudah mengikuti training tiga tingkat tadi maka
selanjutnya bisa mengikuti training ESQ lainnya seperti training coaching, training leadership, public speaking,
parenting, teens and kids, hipnoterapi,
miracle woman, bahkan bisa berkuliah di Perguruan Tinggi yaitu ESQ Business
School,” paparnya.
Menariknya, meskipun materi bersumberkan
pada konsep 165 yaitu Ihsan, Rukun Iman,
dan Rukun Islam, yang mengikuti training ESQ ini tak hanya orang Islam. Orang-orang
non-muslim pun ikut serta.
“Dari testimoninya mereka merasa
tercerahkan. Ini membuktikan bahwa Islam memberi rahmat bagi siapa saja.
Training ESQ juga tak mengenal umur, budaya, negara, adat, agama dan lainnya.
Karena ESQ adalah seperti oksigen yang bersifat netral, tak berwarna, dan tak
berbau,” jelas tokoh yang mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari
Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Ary Ginanjar selalu berusaha agar ESQ selalu
bisa menjadi oksigen. Sesuatu sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, bisa memberikan
kedamaian, kenyamanan, dan ketentraman.