Senin, H / 06 Oktober 2025

Widyaiswara Kemendagri, Najid Jauhar Katakan Pentingnya ESQ dan Penguatan Sistem Pendidikan Nasional

Minggu 17 Nov 2024 18:56 WIB

Reporter :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: Dokumen Pribadi

ESQNews.id, Yogyakarta - Dengan kemajuan zaman berbagai terobosan selalu dilakukan dalam dunia pendidikan, begitu pula dengan peningkatan kecerdasan dalam dunia pendidikan. 

Salah satunya ESQ atau Emotional Spiritual Quotient adalah metode pembangunan jiwa yang menggabungkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ), serta dikombinasikan dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang saat ini dalam dunia pendidikan selalu dikaitkan untuk masa depan seseorang.

Manfaat dalam ESQ juga bisa diambil oleh mahasiswa misalnya dalam pelatihan. Namun, untuk pembentukan karakter harus secara konsisten dilakukan. 

Najid Jauhar S. Sos, SHI, M. Si, M. Sc, widyaiswara Kemendagri sekaligus Dosen Universitas Alma Ata Yogyakarta mengatakan mindset kecerdasan adalah jika IQ seseorang tinggi tidak mungkin gagal.

"Sementara berbagai kasus korupsi, terorisme, dan sebagainya menunjukkan pelaku memiliki IQ yang tinggi. Dari temuan para ilmuwan, ternyata kecerdasan tidak tunggal (IQ) semata tetapi majemuk atau disebut multiple intelegent," ujarnya kepada RRI Kamis (14/11/2024).

Najid menambahkan sistem pendidikan di Indonesia masih belum sepenuhnya menghargai kecerdasan selain IQ. Sehingga perlu rekonstruksi dan penguatan sistem pendidikan sejak dini. 

Para pengambil kebijakan secara struktural menurutnya perlu memperbaiki kebijakan sisdiknas. Sementara orangtua, masyarakat, dan tokoh secara kultural perlu mengubah pola pikir terkait kecerdasan.

”Untuk saat ini anak-anak atau remaja cerdas secara IQ tetapi lemah dalam emosional dan spiritual atau ESQ," katanya.

<more>

Menyikapi hal ini yang harus dilakukan para orangtua menurut Najid adalah dengan perubahan mindset. IQ menurutnya penting tetapi bukan segalanya, pendidikan keteladanan juga harus diberikan. 

"Tidak terlalu memaksakan anak harus seperti orang tuanya, dengan memfasilitasi anak sesuai dengan minat dan bakat anak serta membangun lingkungan emosional dan spiritual dari rumah," katanya.

Merdeka belajar bukan berarti merdeka seluas-luasnya atau liberalisasi pendidikan. "Namun kita tetap harus memperhatikan kemampuan anak, karakter anak, dan dunia pendidikan anak," ujarnya.

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA