Senin, H / 06 Oktober 2025

Dukung Transformasi Kultural, Ary Ginanjar: Empat Kunci Polri Menuju Polisi Emas 2045

Sabtu 04 Oct 2025 18:06 WIB

Editor :EDQP

Tangkapan Layar

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Posko Presisi menggelar Forum Belajar Bersama dan berkolaborasi dengan ESQ di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025). Kegiatan yang dihadiri secara luring maupun daring oleh internal Kepolisian ini diikuti sebanyak hampir 1.000 peserta dari jajaran Mabes Polri hingga Polres. 


Sementara itu, Wakapolri, Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.Μ., mengundang tim ESQ dan menghadirkan Dr. (H.C.) Ary Ginanjar Agustian sebagai narasumber yang memberikan materi terkait pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual sebagai bagian dari upaya mendukung transformasi kultural di tubuh Polri.


"Apresiasi setinggi-tingginya atas keterbukaan dan kesediaan Polri dalam menerima masukan untuk menjadi lebih baik ke depan. Dan saya ditemani oleh Wakil Ketua Umum FKA ESQ yang juga sekaligus mantan Wakapolri, Komjen Pol. (Purn) Nanan Soekarna untuk memberikan masukan kepada Polri yang diikuti secara daring oleh 1.000 anggota Polri dari seluruh Polda di Indonesia," kata Ary.


Pendiri ESQ Corp, Ary Ginanjar Agustian, menegaskan pentingnya pembenahan Polri yang dilakukan dari dalam untuk mewujudkan institusi yang modern, humanis, dan profesional. Menurutnya, perubahan ini harus memiliki fondasi yang jelas agar mampu menjawab tantangan zaman.


Dalam pemaparannya, Ary menyampaikan empat kunci yang disebutnya 4K sebagai fondasi percepatan perubahan Polri, "Ada 4 Kunci atau transformasi 4K Polri menuju Polisi Emas 2045."


Pertama, Kurikulum berbasis moral. Menurutnya, pembentukan kurikulum Polri tidak cukup hanya mengandalkan kompetensi dan kepemimpinan. Fondasi utama haruslah moral, agar lahir polisi berintegritas.


“Kita perlu membalik piramida kurikulum. Bukan lagi kompetensi di bawah, lalu kepemimpinan, baru moral di atas. Fondasi pertama harus moral. Karena di era AI, kecerdasan bisa digantikan teknologi, tapi moralitas hanya bisa dibangun dari manusia,” jelas Ary.


Kedua, Kecerdasan (kompetensi) yang utuh. Ia menekankan bahwa polisi masa depan harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual, bukan hanya intelektual.


“Robot bisa menggantikan otot, AI bisa menggantikan IQ. Tapi kemampuan mendengar, berempati, serta memberi arti pada nilai Tribrata dan tujuan luhur Polri tidak bisa digantikan,” kata Ary.


Ketiga, Komunikasi yang humanis atau Komunikasi dengan empati (yang tahu diri, mampu membawa diri, dan mampu menempatkan diri). Ary menekankan pentingnya pola komunikasi Polri yang dekat dengan masyarakat. Ia memperkenalkan konsep matching, mirroring, pacing, hingga leading agar polisi dapat diterima publik.


“Polri masa depan tidak bisa lagi mengandalkan gaya komunikasi militeristik. Generasi Y, Z, dan Alpha butuh pendekatan coaching, bukan sekadar mengarahkan, tapi bertanya, mendengar, dan menumbuhkan potensi,” tegasnya.


Keempat, Kaderisasi transparan berdasarkan talenta (merit sistem yang terbuka dan bebas intervensi). Menurut Ary, penempatan anggota Polri harus presisi dan sesuai bakat agar tidak terjadi the wrong man on the wrong place. Data survei internasional menunjukkan 74 persen kesalahan penempatan SDM di berbagai institusi dunia, termasuk di Indonesia.


“Kalau kita masih manual, butuh ratusan ribu bulan untuk menempatkan anggota Polri sesuai potensinya. Maka diperlukan teknologi artificial intelligence agar pimpinan bisa tahu apakah seseorang cocok di reserse, humas, SDM, atau IT,” terang Ary.


Ia menutup dengan keyakinan bahwa jika konsep 4K ini dijalankan secara konsisten, maka Polri akan melahirkan generasi “Polisi Emas” yang siap mendukung tercapainya visi Indonesia Emas 2045.


“Polri yang baik adalah syarat mutlak bagi terwujudnya Indonesia Emas. Dengan moralitas, empati, komunikasi, dan kaderisasi yang tepat, Polri akan menjadi kebanggaan bangsa,” pungkasnya.


Lebih lanjut, "Kita hargai upaya Polri untuk melakukan perubahan dari dalam. Semoga ikhtiar ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan Polisi Emas 2045 yang berintegritas dan dicintai oleh masyarakat kelak."

 

Dalam kesempatan yang sama, Wakapolri, Komjen Pol. Prof. Dr. Dedi Prasetyo, S.H., M.Hum., M.Si., M.Μ., mengatakan bahwa forum belajar ini merupakan sarana memperkuat kecerdasan emosional dan spiritual anggota Polri yang dapat mendorong perubahan kultural pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat sekaligus mendukung terwujudnya Polri Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparan Berkeadilan). 


“Kegiatan hari ini sangat penting dan strategis terkait akselerasi, transformasi, atau perubahan fundamental yang harus dilakukan oleh kepolisian,” ujar Wakapolri.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA