Oleh : Elfindri, Unand
ESQNews.id, MINANG - Saya beruntung dapat kesempatan memberikan semangat baru pada 34 ibu ibu perwakilan Jorong se nagari Kamang Hilia. Mereka utusan jorong yang mendapatkan kesempatan untuk memperoleh tambahan pengetahuan pada sekolah keluarga.
Sebuah tindakan dan program kerja nagari Kamang Hilia yang digagas oleh walinagari Kamang Hilia terpilih, Drs H. Eryanson.
Idenya bagus dan merupakan program investasi yang baik di atas kebuntuan bagaimana meningkatkan literacy wanita dalam rumah tangga.
Program ini awalnya telah dirintis oleh politikus Yesi Endriani SE.RO, anggota DPRD yang baru saja di lantik provinsi Sumatra Barat daerah pemilihan Agam dan Bukittinggi dari partai Demokrat.
Beliau menginisiasi ini sebelumnya di kota Bukittinggi, dan juga sebagai narasumber kegiatan ini.
<more>
Sekolah keluarga adalah model baru bagaimana meningkatkan kapasitas ibu dalam memerankan diri dalam rumah tangga.
Program ini didesain dengan 7 hari (kali) pertemuan, dan setiap harinya diisi oleh 3 narasumber 1 kali pertemuan per bulan. Sehingga kalau dihitung bobot kegiatan setara dengan 2 mata ajar per semester.
Peserta mewakili jorong dan berpotensi untuk menambah ilmu dan berbagi pengalaman dengan berbagai narasumber.
Tepat kiranya mengingat ibu ibu masih berpendidikan sekitar equivalen 8.5 tahun hampir tamat SMP dan beberapa tamat SMA. Mereka sudah tidak sekolah lagi, dan perlu memperoleh tambahan ilmu.
Materi pembelajaran cukup beragam mulai dari berperan sebagai orang tua, masalah kenakalan remaja dan cara menghadapi, dan banyak materi yang lain.
Saya memberikan materi dengan tema "home economics" bagaimana menuju kesejahteraan dengan memerankan diri untuk menopang ekonomi keluarga.
Saya berpesan kepada peserta untuk bangun, jago, bangkit serta semangat untuk menatap masa depan demi keluarga.
Saya juga berpesan agar mulai bijak dalam alokasi sumberdaya rumah tangga, berupaya hemat dan cermat. Memupuk prioritas untuk bekerja dan berinovasi dari sumberdaya yang dimiliki.
Saya juga menitipkan pesan agar dalam memupuk semangat hendaknya kompromi dengan suami untuk bijak dalam mengalokasikan sumberdaya keluarga.
Gerakan mengajak suami agar tidak merokok, tidak main judi online, tidak berhutang dan hemat. Agar gerakan "thrift" itu kemudian bisa diarahkan untuk modal berusaha.
Saya misalkan jika saja rokok termurah "Pelos" harga Rp 12.000 bisa ditukar untuk membeli 2 ekor anak itik per hari, dalam sebulan jika bapak berhenti merokok, ibu ibu sudah memiliki 60 ekor anak itik dan hal itu sudah sangat baik hasilnya untuk menopang kehidupan ekonomi rumah tangga.
Akhirnya saya berfikiran bagus juga dilanjutkan aktifitas ini. Mengingat ibu ibu bersedia dengan semangat datang, makan siang dianggarkan dan tempat pelaksanaan pada rumah masyarakat secara bergiliran.
Gerakan ini akan dilanjutkan pada nagari lain, dan saya usul juga untuk dihadiri kaum bapak. Ini sebuah proses investasi yang akan membuat semangat baru dalam membangun Ranah Minang Emas.
Karena ibu ibu ini nanti akan bisa berperan penting sebagai "non state actors" membantu ekonomi rumah tangga dan menggerakkan proses pembangunan di desanya.