Jumat, H / 07 November 2025

Melepas Penghalang SDM dan Target Pertumbuhan Ekonomi

Selasa 04 Nov 2025 13:18 WIB

Author :Elfindri (Unand)

Ilustrasi

Foto: freepik

ESQNews.id, JAKARTA - Investasi manusia diyakini sebagai cara yang paling dipercaya untuk melepas belenggu potensi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Investasi kesehatan, gizi, serta "learning proses" bisa dijadikan prioritas penting.


Berawal dari manfaat investasi melalui perbaikan gizi balita, jika saja 1 US Dollar ditanam untuk penuhi gizi anak, maka pengembaliannya bisa sampai 48 US Dollar di kemudian hari.


Sebuah hasil investasi yang paling besar untuk masa depan anak-anak, sebuah investasi dimana kesempatan potensi masa depan yang besar sekali, sesuai temuan Bank Dunia. 


Mekanismenya bisa menenuhi beberapa kepentingan, lewat pemenuhan hak dasar manusia, serta investasi terhadap pengetahuan.


Hak dasar mereka perlu agar memenuhi gizi selama 1000 hari kehidupan pertama berdampak pada kesempatan mengecap pendidikan lebih lama.


Kemudian ketika penghalang itu dibiarkan, maka "shadow market wage" individual akan rendah, dan mereka akan menerima kompensasi berupa upah dan hasil pekerjaan yang rendah.


Hak dasar lainnya ketika terpenuhi gizi yang baik, bisa bertahan sekolah. Ketika bertahan sekolah maka usia untuk kawin mengharungi keluarga semakin matang. 


Begitu Eric Hanusheck menemukan bahwa potensi ekonomi Indonesia bisa hilang sebesar 0.96 percent point ketika generasi mudanya kawin di usia sebelum memasuki standard usia perkawinan.


Kejar Ketertinggalan PISA


Ketika hak dasar manusia itu telah dipastikan terpenuhi, maka generasi sekarang perlu pula dijamin agar investasi mereka dilakukan dengan sadar, bahwa capaian proses learning di dunia pendidikan dan keluarga masih jauh dari optimal.


Intervensi yang paling menarik tentu dengan kesadaran akan pemenuhan kualitas sains, matematika, dan bahasa disertai dengan pemantapan adab dan agama sebelumnya.


Semenjak tahun 1990 Indonesia sudah masuk ikut dalam penilaian capaian PISA. Pergerakan capaian PISA masih berada pada sisi kiri kurva normal, dan kecendrungannya tidak membaik, kendatipun resources diarahkan ke sekolah dan gaji guru. 


Belakangan China dan Singapore sudah mencapai total score PISA antara 1600-1700, sementara Indonesia masih berkisar pada rentang 1240 (gabungan matematika, sains dan bahasa) pada tahun 1022.


Coba bayangkan gap kualitas capaian yang sanggup diraih oleh Indonesia tahun ini dengan yang sudah dicapai oleh China dan Singapore. Selisihnya bisa 350 point tertinggal.


Eric Hanushek juga memperkirakan dampak investasi pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi. Jika saja mampu meningkatkan angka PISA sebesar 50 point, maka potensi pertumbuhan ekonomi akan tidak hilang sebesar 0.9 percent point. 


Artinya kita ketinggalan dengan China sama Singapore tujuh keliling, bisa sebenarnya potensi pertumbuhan ekonomi yang hilang sebesar 6 percent, jangankan target laju pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, di atas kertas potensi sebenarnya bisa melebihi itu bilamana sumberdaya diarahkan pada peningkatan pencapaian angka PISA, dan tentunya perbaikan gizi.


Investasi Guru


Dalam kesempatan lain literatur banyak mengungkap bahwa 70 percent kualitas pendidikan berada di tangan mutu pedagogi dan penguasaan bahan ajar. Saya ingin menekankan bahwa investasi pada guru memang lebih penting dilakukan.


Karena beban gaji guru begitu berat dan jumlah dan variasi guru juga banyak, maka saya ingin mengajak agar mentri pendidikan lebih memilih guru Sains, Matematika, Bahasa dan Adab dikelola sedemikian rupa sehingga kapasitasnya menjadi pendorong pencapaian kualitas.


Saya juga mengusulkan agar buku-buku yang tersedia diseleksi dengan mendorong penetapa wajib baca 5 buku untuk anak SD, 7 buku untuk anak SMP dan 9 buku untuk SMA. 


Buku Sains, Matematika dan Bahasa bisa meniru perkembangan struktur mata ajar dan konten yang dikembangkan di Singapore, sementara untuk adab agama dan negara tinggal menyediakan buku sejarah nabi dan heroisme beberapa tokoh nasional melalui novel-novel yang dilengkapi.


Dicetak dengan biaya 30 persen dari harga pasar dan tersedia di seluruh sekolah.


Jadi baik bahan ajar, guru, dan pedagoginya semakin terbatas diprioritaskan. Ini memungkinkan dasar dari proses pendidikan baik negeri maupun swasta akan segera bangkit dari keterpurukan.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA