Keputusan mempertahankan suku bunga tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dalam batas aman
ESQNews.id, JAKARTA – Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan (BI 7 days revers repo rate) bulan Oktober tetap sebesar 5,75 persen. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan suku bunga deposit facility untuk Oktober sebesar 5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 6,5 persen.
Seusai rapat dewan gubernur di Jakarta, Selasa (23/10/2018), Mirza mengatakan keputusan mempertahankan suku bunga tersebut konsisten dengan upaya untuk menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas aman.
“Selain itu, juga untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik sehingga dapat semakin memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi,” urai Mirza.
Bank sentral, menurut dia, juga terus menempuh strategi operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas di pasar rupiah maupun valas serta secara efektif memberlakukan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) mulai 1 November mendatang.
BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan eksternal termasuk mendorong ekspor dan menurunkan impor.
“Dengan begitu, defisit transaksi berjalan dapat ditekan dengan perkiraan sasaran 2,5 persen dari PDB pada 2019,” jelas Mirza. BI, menurut dia, akan terus mencermati perkembangan perekonomian seperti defisit transaksi berjalan, nilai tukar, stabilitas sistem keuangan, dan inflasi untuk menempuh langkah lanjutan guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin sejak Mei dan tetap akan melihat kebijakan suku bunga AS yang diperkirakan masih akan naik. Mirza mengatakan pada Desember nanti kemungkinan besar suku bunga acuan AS akan naik, begitupun pada tahun depan yang diperkirakan naik 3 kali dan tahun 2020 masih akan naik satu kali lagi.
“Kami juga masih memperhatikan suku bunga negara-negara tetangga yang masih meningkat,” imbuh Mirza.