Jumat, H / 07 November 2025

Satu Kalimat Nabi Muhammad SAW yang Bisa Menyelamatkan Hidupmu: Jangan Marah (Part 2)

Kamis 30 Oct 2025 07:00 WIB

Editor :EDQP

Ilustrasi

Foto: freepik

ESQNews.id, JAKARTA - Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan agar berlindung kepada Allah dari godaan setan, karena marah sering kali datang dari bisikan setan.


“Sesungguhnya marah itu berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api dipadamkan dengan air, maka apabila salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud)


Jumhur ulama menjelaskan bahwa marah tidak selalu tercela. Marah karena membela kebenaran dan menolak kemungkaran termasuk marah yang terpuji.


Namun, yang tercela adalah marah karena hawa nafsu — karena ego, gengsi, atau dunia. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menulis, “Marah itu seperti anjing penjaga hati. Jika ia dibiarkan liar, ia akan menggigit tuannya sendiri.”


Maksudnya, bila marah tidak dikendalikan oleh akal dan iman, maka marah justru akan menghancurkan pelakunya.


Imam Al-Nawawi juga menegaskan, “Disunnahkan bagi orang yang marah untuk berdiam diri, berpindah dari tempatnya, dan mengingat keagungan Allah. Sebab, ketika ia sadar bahwa Allah sedang melihatnya, marahnya akan reda.”


Dalam konteks sosial, banyak pertengkaran, perpecahan keluarga, dan permusuhan terjadi hanya karena seseorang tidak mampu menahan marah sesaat. 


Sekali ucapan terlontar dalam keadaan marah, sulit untuk ditarik kembali. Karena itu, Rasulullah SAW memberi nasihat yang singkat namun sangat dalam maknanya. Ketika seorang sahabat meminta wasiat, beliau hanya menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari)


Sahabat itu mengulang pertanyaannya berkali-kali, namun Rasulullah tetap menjawab, “Jangan marah.” Ini menunjukkan betapa besar dampak buruk marah bila dibiarkan, dan betapa luas kebaikan yang muncul bila seseorang mampu menahan diri.


Maka, menahan amarah bukan kelemahan, melainkan bentuk kematangan iman. Orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya. 


Itulah puncak dari jihad terbesar — jihad melawan diri sendiri.


Repost : Abdurrahman Ar-Riawi


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA