Jumat, H / 07 November 2025

Satu Kalimat Nabi Muhammad SAW yang Bisa Menyelamatkan Hidupmu: Jangan Marah (Part 1)

Kamis 30 Oct 2025 06:54 WIB

Editor :EDQP

Ilustrasi

Foto: freepik

ESQNews.id, JAKARTA - Marah adalah bagian dari fitrah manusia. Ia adalah reaksi alami ketika seseorang menghadapi ketidakadilan, gangguan, atau sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak dirinya. 


Namun, di balik sifat alaminya itu, marah menyimpan bahaya besar. Ia ibarat api kecil yang bila tidak dikendalikan akan membakar seluruh kebaikan yang telah lama dikumpulkan. 


Karena itulah, Islam mengajarkan agar seorang mukmin tidak memperturutkan emosi ketika marah, tetapi mengendalikannya dengan kesabaran dan akal yang jernih.


Allah SWT berfirman: "Orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134)


Ayat ini menjadi puncak dari sifat ihsan (kebaikan yang sempurna). Menahan amarah bukan berarti tidak memiliki rasa marah, tetapi mampu menguasai diri agar tidak menuruti dorongan emosional yang menjerumuskan kepada dosa.


Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa “menahan amarah” berarti menahan diri dari tindakan dan ucapan yang lahir dari kemarahan, padahal ia mampu meluapkannya. Inilah tanda kemuliaan jiwa dan kekuatan iman.


Rasulullah SAW bersabda: "Bukanlah orang yang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadis ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukanlah kekuatan fisik, tetapi kekuatan ruhani — kemampuan mengendalikan hawa nafsu. 


Orang yang mengikuti amarahnya sering kehilangan logika dan arah, ia bisa berkata atau bertindak secara zalim, bahkan terhadap orang yang dicintainya. 


Karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak hanya memerintahkan agar menahan marah, tetapi juga memberi jalan keluar praktis. 


Dalam sebuah hadis, beliau bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk, jika belum reda, hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)


Petunjuk ini menunjukkan betapa bijaksananya Islam dalam memahami psikologi manusia. Dengan mengubah posisi tubuh, seseorang menurunkan ketegangan emosinya. 


Repost : Abdurrahman Ar-Riawi


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA