Kamis, H / 28 Maret 2024

Posisi Utang Indonesia Meningkat 8,7 Persen

Senin 17 Jun 2019 12:26 WIB

Source :Anadolu

Peningkatan Utang (Ilustrasi)

Foto: Freepik

ESQNews.id, JAKARTA – Bank Indonesia mengumumkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Apri sebesar USD389,3 miliar atau sekitar Rp5.582 triliun. Posisi ini meningkat 8,7 persen year on year, lebih tinggi dari pertumbuhan posisi utang pada Maret yang sebesar 7,9 persen year on year dengan jumlah utang bulan Maret sebesar USD387,8 miliar atau atau sekitar Rp5.560,5 triliun


Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan utang luar negeri Indonesia masih terkendali dengan struktur yang sehat.


Dia menambahkan peningkatan posisi utang tersebut karena transaksi penarikan neto utang luar negeri dan pengaruh penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hal tersebut membuat utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS.


“Peningkatan pertumbuhan utang luar negeri terutama bersumber dari utang luar negeri sektor swasta, di tengah perlambatan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah,” jelas Onny. 


Onny menguraikan jumlah utang luar negeri pada April terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD189,7 miliar atau sekitar Rp2.720 triliun, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar USD199,6 miliar atau sekitar Rp2.861 triliun.


Menurut dia, pertumbuhan utang luar negeri pemerintah pada April melambat dengan pertumbuhan 3,4 persen year on year, bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret yang sebesar 3,6 persen year on year.


“Posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir April sebesar USD186,7 miliar,” ungkap Onny.


Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman senilai USD0,6 miliar dan penurunan kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) milik nonresiden senilai USD0,4 miliar akibat ketidakpastian di pasar keuangan global yang bersumber dari ketegangan perdagangan.


Dia menambahkan pengelolaan utang luar negeri pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.


Sektor produktif tersebut antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi 18,8 persen dari total utang luar negeri pemerintah, sektor konstruksi dengan porsi 16,3 persen, sektor jasa pendidikan dengan porsi 15,8 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan porsi 15,1 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi dengan porsi 14,4 persen.


Sementara itu, Onny menjelaskan pertumbuhan utang luar negeri swasta mengalami peningkatan 14,5 persen year on year, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 13 persen year on year.


Onny menjabarkan utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian dengan total pangsa 75,2 persen terhadap total ULN swasta. 


Dia menegaskan struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat tercermin dari rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir April 2019 sebesar 36,5 persen, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.


Selain itu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi oleh utang berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,2 persen dari total utang luar negeri.

Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA