Oleh: M. Nurroziqi
ESQNews.id - Di suatu ketika. Nabi Sulaiman A.s, hendak menuju suatu tempat, beserta bala tentara yang terdiri dari Jin, Manusia, dan Burung. Di tengah-tengah perjalanan, Nabi Sulaiman A.s, menghentikan bala tentara secara tiba-tiba. Sebagai seorang Rasul yang dianugerahi mukjizat bisa berbicara dengan segala jenis makhluk, kala itu Nabi Sulaiman A.s, menyaksikan sekumpulan semut yang saling buru-buru untuk segera memasuki sarangnya. Hal ini, dikarenakan mendapat perintah dari seekor semut yang menjadi pimpinannya untuk menyelamatkan diri dari bala tentara Nabi Sulaiman A.s, yang hendak melintas di wilayah tersebut.
"Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari." Mendengar instruksi seekor semut kepada semut-semut lainnya ini, Nabi Sulaiman A.s, tersenyum dengan tertawa. Dan seketika Nabi Sulaiman A.s, teringat akan kelebihan-kelebihan yang dianugerahkan Allah Swt. Lantas, Nabi Sulaiman A.s, berdoa;
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."
Kisah yang sedemikian mesra, antar sesama hidup. Yakni manusia dan binatang. Yang terabadikan dalam Q.S. An-Naml: 17-19 adalah mengandung pelajaran yang sedemikian mulia untuk kita semua. Terlebih, di saat dewasa ini, yang sampai nyawa manusia menjadi seperti tidak ada harganya. Apalagi binatang dan tumbuh-tumbuhan.
<more>
Atas kisah di atas, coba kita bayangkan sejenak. Jika kita yang berposisi sebagai manusia hebat dengan segenap kelebihan-kelebihan, adakah ketika ada makhluk-makhluk kecil dan sangat lemah sedang berada di tengah-tengah jalan yang hendak kita lalui, kemudian kita bisa menghentikan diri dan tidak menyakiti mereka semua? Ataukah lantaran merasa hebat dan memiliki tujuan yang sedemikian besar, kemudian mereka dianggap sebagai hal sangat remeh yang tidak perlu diperhatikan?
Di kisah berikutnya, ternyata Nabi Sulaiman A.s, berinisiatif mengambil jalur lain untuk dilewati beserta bala tentara. Tindakan ini adalah bagian dari penghargaan atas usaha luar biasa yang telah dilakukan para semut itu. Dan tentu, agar perjalanan sepasukan itu tidak mengganggu keberadaan makhluk lain.
Kemudian, di kesempatan yang lain, pemimpin para semut itu pun mendatangi Nabi Sulaiman A.s, dengan memanggul sebutir gula untuk dihadiahkan kepada Sang Nabi. Berterimakasih karena telah memilih jalur lain dari perjalanannya sehingga tidak mengganggu keberadaan makhluk kecil itu. Seekor semut itu pun berjalan sampai di bibir Nabi Sulaiman A.s, lantas menaruh sebutir gula itu. Nabi Sulaiman A.s, pun berterimakasih penuh kagum dan penghargaan. Tentu bukan tentang besar dan tidaknya hadiah yang dipersembahkan oleh semut. Tetapi ketulusan di dalam mempersembahkan sebutir gula itu.
Kisah-kisah ringan semacam ini, tidak boleh dipandang dan dinilai sebagai hal yang remeh dan tanpa makna. Tetapi, dari hal-hal ringan inilah segala yang luar biasa seringkali tercipta. Amal-amal yang menurut penilaian kita adalah yang biasa-biasa, ringan saja, tetapi tidak jarang memiliki nilai mulia dan luar biasa di haribaan Allah Swt. Atas hal-hal yang ringan dan terkesan sepele saja kita penuh perhatian dan menyikapinya dengan kasih sayang, bagaimana dengan hal-hal besar dan memiliki pengaruh luar biasa terhadap kehidupan?
Dan yang terpenting dari ajaran Islam adalah menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena misi ajaran Islam adalah rahmatan lil 'alamin. Sehingga, cakupannya sungguh sangat luas. Tidak hanya dengan sesama Muslim. Satu agama. Tetapi seluruh lini dari kehidupan ini. Kita harus bersikap penuh mesra dan berkasih sayang terhadap apapun dan siapapun. Menjaga kerukunan dengan sesama manusia. Menjaga ketentraman dan kelestarian bagi semesta raya.
Bersikap mesra dengan siapa saja dan apa saja, itu yang semakin menipis dari kepribadian kita. Sehingga, yang seringkali muncul adalah pertikaian dan permusuhan. Terhadap sesama kelompok agama saja, mudah sekali terjadi gesekan-gesekan. Kekurang-baikan yang terjadi tidak diselesaikan dengan duduk bersama sambil bercengkerama mesra. Semua saling mencaci dan mempersalahkan satu sama lain. Adanya media social semakin dijadikan ajang untuk melampiaskan ketidak-sukaan satu sama lain. Saling menfitnah dan mencecar satu dengan yang lain. Hasilnya, hidup tidak terjalani dengan mesra dan penuh kasih sayang. Ini, belum lagi mengenai hal-hal yang terkait pengrusakan dan tindakan yang ngawur terhadap alam dan satwa yang ada di negeri ini.
Kisah Nabi Sulaiman A.s, dengan para semut tadi, semoga menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Betapa kemesraan itu harus senantiasa di bangun dan disebarkan terhadap seluruh semesta raya. Semoga Allah Swt mengucurkan kepada kita semua sikap rahman dan rahim-Nya. Agar di setiap tindak-tanduk kita terhiasi oleh sifat kasih-sayang. Agar di setiap pergaulan ini dipenuhi kemesraan yang indah.
*M. Nurroziqi. Alumnus UIN Sunan Ampel. Penulis buku-buku Motivasi Islam.