Oleh : Nur Hasan
ESQNews.id - Sebelum masa Islam, orang-orang Arab memulai risalah-risalah mereka dengan kalimat باسمك اللهم. Mereka tidak membuang alif dari kalimat isimnya, namun setelah datangnya Islam, mereka memulai risalah-risalah mereka dengan بسم الله. Mereka membuang alif dengan contoh firman Allah Swt dalam surah al-Hud ayat 41 yang berbunyi; بِسۡمِ ٱللَّهِ مَجۡر۪ٮٰهَا وَمُرۡسَٮٰهَآ
Pada ayat di atas, alif dibuang dari Bismillah, sedangkan pada ayat-ayat lain yang ada dalam Al-qur’an, alif kalimat isim tetap ditampakkan. Seperti yang terdapat dalam firman Allah Swt dalam surah al-Haqqah ayat 52; فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa penghapusan alif dalam Bismillah, disebabkan banyaknya penggunaan. Karena banyak digunakan, maka alif dalam Bismillah dibuang, baik dari tulisannya maupun lafadznya. Namun, alasan tentang pembuangan alif dalam Bismillah karena banyaknya penggunaan, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lain. Walaupun para ahli tafsir, dan para pakar gramatika Arab telah menjelaskannya.
Namun, disisi lain ada yang menarik dari hilang atau dibuangnya alif dalam Bismillah. Bahwa ada sebuah sabda Rosulullah saw, ketika ditanya tentang kemana perginya alif dalam Bismillah. Rosulullah saw mengatakan, bahwa alif tersebut dicuri oleh setan. Dalam tafsir sufistik, karya Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi, beliau mengomentari tentang alif yang tidak ada dalam Bismillah.
Dalam pandangan Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi, penghapusan alif dalam Bismillah mengisyaratkan akan keterhijaban Uluhiyah Ilahi dalam rupa rahmat yang tersebar, dan kemunculannya dalam citra insane (manusia), supaya tidak diketahui kecuali oleh ahlinya. Dimana dzat terdinding oleh sifat-sifat, sifat-sifat terdinding oleh perbuatan, dan perbuatan terdinding oleh eksistensi dan jejak-jejak.
Dari ungkapan Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi tersebut, bisa dimaknai bahwa alif dalam Bismillah tidak tampak, karena kemunculannya pada bentuk rahmat yang tersebar di alam semesta, dan pada citra manusia. Karena, sungguh tidak ada rahmat yang lebih besar dari rahmat Ilahi, yang meliputi pada diri manusia. Karena segala sesuatu yang meliputi manusia adalah rahmat Ilahi, yang mana tanpa rahmat tersebut, manusia tidak bisa datang ke dunia dan meneruskan hidup. Dengan penghapusan alif dari Bismillah, menunjukkan kemunculan citra manusia, dan bukti yang menunjukkan terhadap argument tersebut adalah tentang manusia yang secara purna menyerupai huruf alif.
Manusia dengan posturnya, yang telah diberikan oleh Allah Swt dan diserupakan dengan huruf alif, memiliki kehidupan dan jalan hidup yang berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan aAlah Swt yang lainnya. Manusia hadir sebagai makhluk yang paling baik, secara rupa maupun esensinya.
Adapun tentang sabda Rosulullah saw tentang hilangnya alif karena di curi setan, Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi mengatakan bahwa alif tersebut, menunjukkan rahmat Ilahi dalam citra manusia. Yang mana, setan telah mencuri banyak rahmat dari Allah Swt untuk manusia, seperti mencuri rahmat ibadah dalam diri manusia, sehingga manusia tersebut tidak bisa merasakan nikmat ibadah atau bahkan terhalang dari ibadah.
Selain itu, setan kadang-kadang juga mencuri kebahagiaan hidup seseorang melalui jalan serakah dan tamak, mencuri kesabarannya sehingga orang tersebut selalu cemas dan berkeluh kesah. Dan setan kadang juga mencuri rasa aman dari seseorang, hingga membuatnya selalu dalam ketakutan. Oleh karena itu, Allah Swt berfirman; Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Q.S Ali Imran, 175).
Setan akan selalu memaksimalkan seluruh kemampuannya, untuk menjauhkan manusia dari setiap hal yang berkaitan dengan rahmat Ilahi, untuk mengantarkan manusia pada kesesatan dan neraka. Sabda Rosulullah saw tentang alif yang dicuri oleh setan, adalah peringatan bagi manusia terhadap setan dan balatentaranya. Agar setan dan balatentaranya, jangan sampai mencuri wasilah-wasilah rahmat Ilahi dari manusia, yang mana wasilah tersebut yang akan menjadikan manusia tenteram dan bahagia di dunia dan akhirat.
Penulis adalah Alumnus Islamic Studies International University of Africa, Sudan.
Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]