ESQNews.id, JAKARTA - Ekonom mengatakan masalah ketersediaan lapangan kerja masih menjadi tantangan pemerintah, khususnya untuk para lulusan SMA ke atas.
Ekonom Chatib Basri yang juga mantan Menteri Keuangan era pemerintahan SBY ini mengatakan tingkat pengangguran muda usia 15 hingga 24 tahun memang turun dari 22 persen menjadi 20 persen. “Tetapi pengangguran lulusan SMA ke atas naik dari 52 persen menjadi 60 persen,” jelas dia dalam diskusi di Jakarta, Kamis (14/3/19).
Menurut dia, tingginya pengangguran di kalangan ini yang dijadikan lawan politik Presiden Joko Widodo sebagai argumen yang menyebut pemerintah tidak berhasil menyediakan lapangan kerja. “Isu pengangguran kerap kali muncul di tahun politik,” imbuh Chatib.
Chatib menjelaskan untuk pengangguran lulusan SMK juga tergolong tinggi sekitar 30 persen. Tingginya pengangguran lulusan SMK menurut dia adalah karena alat-alat yang tersedia di SMK untuk pelatihan kerja tidak sesuai dengan yang ada di perusahaan.
Dilansir dari Anadolu Agency, Chatib menambahkan kondisi ini berbanding terbalik dengan pengangguran lulusan SMP ke bawah, khususnya untuk lulusan SD turun drastis dari 55 persen ke 10 persen. Menurut dia, hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang tercipta dalam empat tahun terakhir mayoritas untuk lulusan SMP ke bawah.
“(Lapangan kerja untuk SMP ke bawah) Mungkin juga karena ada Gojek dan Grab yang tidak butuh skill,” jelas Chatib. Dia menambahkan penyebab masyarakat berpendidikan SMA ke atas sulit
mendapatkan kerja karena lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
memberikan penghasilan yang sesuai harapan.
“Mereka mau bekerja
kalau gajinya pas. Kalau tidak, ya mending di rumah. Tapi kan di
Indonesia tidak ada tunjangan untuk penganggur,” imbuh Chatib. Sementara
untuk masyarakat berpendidikan rendah, tidak terlalu mempermasalahkan
gaji karena mereka tidak memiliki pilihan lain kecuali harus bekerja.





