Oleh : H. Muhamad Solihin, A.Par, SE, M. Par.
ESQNews.id, JAKARTA - Ketidak seimbangan antara yang daftar Haji dengan daya tampung Arafah Mina, Muzdalifah (ARMUSNA) dan Bandara, inilah yang menyebabkan antrian panjang untuk berangkat Haji.
Armusna tidak bisa diluaskan lagi tanah meter perseginya, sedangkan kesadaran dan makin baiknya kondisi ekonomi umat Islam membuat ingin segera menggugurkan rukun Islam yang ke 5, yaitu berHaji.
Tahun 2025M/1446H ini Indonesia mendapat kuota 221 Ribu, 92 % Reguler dan 8 % Khusus; 203,320 Haji Reguler dan 17,680 Haji Khusus. Sedangkan saat ini sudah ada 5,4 Juta Jemaah Haji yang telah mendaftar Haji.
<more>
Tantangan berikutnya adalah Jemaah Haji tunggu itu sendiri, data menunjukkan rata rata 20-30% Jemaah Haji yang dinyatakan berangkat di tahun berjalan (di setiap tahun penyelenggaraan Haji) menyatakan tidak sanggup berangkat kerena alasan keuangan, kesehatan, keluarga, pekerjaan dan lain lain. Akibatnya kuota yang ada tidak terserap maksimal.
Satu satunya cara untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menambah kuota. Wacana mengajukan kuota haji tambahan untuk musim 2025 sempat muncul. Hal itu dinilai menjadi upaya mengurai antrean jemaah haji Indonesia.
Bagaimana kata Menteri Agama RI?
Menteri Agama KH. Nasaruddin Umar mengatakan pihaknya belum sempat membahas tentang kuota tambahan haji 2025 dengan Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi dalam pertemuan mereka beberapa waktu lalu.
Menurutnya, justru sumber krusial pelaksanaan haji 2024 terletak pada tambahan kuota.
"Karena setelah saya pelajari, sumber krusial pelaksanaan haji tahun lalu adalah kuota tambahan itu," kata Menag dalam acara BPKH Annual Meeting dan Banking Award 2024, dikutip oleh detikHikmah.
Nasaruddin menjelaskan penting bagi Indonesia untuk memastikan persiapan mengurus lebih banyak jemaah ke Tanah Suci. Meski kuota tambahan haji dapat mengurai antrean jemaah RI, keterbatasan area Saudi berbanding terbalik dengan semakin bertambahnya populasi muslim di dunia.
"Seandainya Mina tak terbatas, Arafah tak terbatas, sekitar Ka'bah tak terbatas, dan bandara tak terbatas, kita mungkin tidak perlu berkumpul di sini, malam ini," terang Menag.
Data terakhir 2024, populasi muslim dunia sudah 2,2 miliar. Tidak ada agama yang paling pesat perkembangan (jumlah) umatnya selain Islam.
Panjangnya masa antrean jemaah haji Indonesia menjadi konsekuensi logis dari keterbatasan tempat di Arab Saudi. Pada musim haji 2024, Indonesia mendapat 221.000 kuota jemaah, plus 20.000 kuota tambahan.
"Kalau kita mampu carikan jalan keluar, agar tidak terjadi persoalan teknis dan prinsip, maka mungkin lebih dari itu kita bisa peroleh," kata Pak Menteri Agama RI.
Grafik kuota haji dan serapannya dari tahun ke tahun. (Foto/Kemenag)