ESQNews.id, SAMPIT – Hasil survey yang dilakukan oleh tim komite mutu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Murjani Sampit terhadap seluruh pegawai di RSUD dr. Murjani menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai mengalami demotivasi atau penurunan kinerja.
Demotivasi dapat dialami tidak hanya tenaga kesehatan tetapi semua orang terutama pekerja diusia produktif. Demotivasi itu terjadi karena suatu kondisi perasaan yang merasa jenuh, lelah, kehilangan semangat tanpa sebab, bahkan ingin menyerah melakukan suatu pekerjaan.
Demotivasi menjadi masalah bagi RSUD dr. Murjani Sampit, karena hal itu akan berdampak terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seluruh pegawai rumah sakit khususnya tenaga kesehatan dan pegawai administrasi yang berada di front office melayani pasien secara langsung.
Plt Direktur RSUD dr. Murjani Sampit dr. Surtriso mencari solusi bagaimana caranya dapat kembali membangkitkan semangat kerja seluruh pegawai rumah sakit.
Tim Komite Mutu menggagas ide dengan mengundang Trainer ESQ berlisensi dari Dr. HC Ary Ginanjar Agustian untuk menyelenggarakan Sharing Session dengan tema “The Meaning of Work”.
Diketahui, ESQ merupakan metode pembangunan jiwa dengan penggabungan antara kecerdasan emosional dengan kecerdasan spiritual yang memanfaatkan kekuatan pikiran bawah sadar manusia.
“Demotivasi kerja yang menurun ini dapat berdampak terhadap pelayanan. Karena itu, kami mencari solusi bagaimana cara memperbaiki kendala eksternal dan internal yang dialami pegawai rumah sakit.
Mudah-mudahan setelah mereka mengikuti sharing session ESQ dapat membangkitkan semangat dan motivasinya dalam bekerja,” kata dr. Sutriso.
Dari evaluasi yang dilakukan tim komite mutu rumah sakit, demotivasi yang dialami pegawai rumah sakit dapat terjadi karena faktor internal yaitu niat dan tujuan ia bekerja dan faktor eksternal seperti ketidakpuasan reward dan punishment.
“Di rumah sakit ada yang namanya manajemen risiko, kami melihat ada masalah yang terjadi pada SDM seperti keterlambatan kehadiran dan pegawai yang tidak masuk bekerja karena berbagai alasan. Karenanya, saya meminta tolong tim mutu mencari cara bagaimana agar semangat bekerja pegawai itu dapat kembali dibangkitkan,” ujarnya.
“Tadinya saya mengira, penurunan motivasi kerja itu terjadi karena masalah eksternal reward dan punishment. Ternyata, tidak cukup itu, faktor internalnya juga harus dibenerin dengan cara memperbaiki niat dan menyadarkan kembali tujuan pegawai bekerja di rumah sakit.
Kalau niatnya hanya mengejar kemampanan finansial maka itu tidak cukup memberikan dampak terhadap perubahan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” tambahnya.
Oleh karena itu, Sutriso kembali mengingatkan kepada seluruh pegawai untuk menemukan makna dan tujuan dari pekerjaan dan apapun tindakan yang dilakukan.
“Tadi kita mendengar apa yang disampaikan trainer sangat bagus. Kita harus tahu siapa kita, dimana kita dan mau kemana akhirnya kita? Saya sering kali berpesan kepada pegawai rumah sakit, bahwa rejeki yang paling tinggi itu kesehatan.
Kalau niat kita bekerja untuk ibadah, setiap pasien yang ditolong, dirawat dan dilayani maka akan menjadikan hidup kita lebih bermanfaat membantu banyak orang yang membutuhkan pertolongan kesehatan,” kata dr. Sutriso yang mengikuti kegiatan sharing session ESQ di Aula Penunjang RSUD dr Murjani Sampit dari pagi hingga siang berakhirnya kegiatan, Kamis (22/2/2024).
Ketua Komite Mutu sekaligus sebagai Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUD dr. Murjani Sampit Dokter Spesialis Okupasi Anggun Iman Hernawan menambahkan bahwa survey itu dilakukan dengan mengisi kuisoiner yang diisi oleh seluruh pegawai RSUD dr Murjani Sampit pada Mei 2023 lalu.
Hasil survey yang dilakukan tim komite mutu kemudian dipresentasikan pada Desember 2023 di Ruang Direktur RSUD dr. Murjani Sampit.
“Survey itu tidak hanya mengisi kuisoner tetapi kami juga mendatangi semua unit ruang dan mendengar segala uneg-uneg dan kendala yang dihadapi. Dari hasil survey itu diketahui ada 900 risiko pelayanan.
Setelah dianalisis lebih dalam ternyata sebagian besar disebabkan karena pegawai rumah sakit mengalami demotivasi,” kata dr. Anggun Iman Hernawan Sp Okupasi.
Tidak hanya itu, dari data handling complain di rumah sakit, tim komite mutu menganalisa masih kurangnya pemahaman dan komunikasi antara pegawai dengan pasien.
“Masih ada pasien yang menilai pelayanan yang diberikan pegawai itu kurang bagus, kurang memuaskan dan mereka menganggap pegawai yang bertugas itu jutek. Di semua unit ruangan di rumah sakit kami mengetahui, risiko apa ruang mana yang menggangu pelayanan. Karena itulah, setelah presentasi rapat dengan Pak Direktur Desember 2023 lalu, ternyata direktur merasakan hal yang sama (demotivasi),” ujarnya.
Komite Mutu kemudian menggagas agar perlunya mendatangkan trainer ESQ untuk mengembalikan dan membangkitkan kembali semangat dan energi serta kemampuan yang dimiliki pegawai rumah sakit agar dapat memberikan pelayanan yang lebih maksimal.
“Dari pertemuan sharing session dengan trainer ESQ ini, 100 pegawai rumah sakit terutama dari pegawai adminitrasi layanan, manajemen struktural, perwakilan dokter dan perawat yang hadir memberikan respons bagus dan positif, mereka merasa kembali mendapatkan energi dan semangat untuk menemukan esensi dari pekerjaannnya,” ujarnya.
Iman berharap kegiatan ESQ ini dapat terus berkelanjutan dengan harapan tidak hanya membangkitkan semangat yang ada dalam diri setiap pegawai rumah sakit, tetapi juga berdampak positif terhadap layanan yang lebih baik.
“Kami ingin merubah mindset pegawai, bahwa tujuan dan makna dari pekerjaan yang dilakukan itu tidak hanya melihat dari berapa gaji yang didapatkan, tetapi bisa menemukan esensi dari pekerjaan yang dilakukan itu semua harus diawali dengan memperbaiki niat di dalam diri, bekerja dengan tulus ikhlas, sehingga dapat merasakan kebahagiaan, ketenangan, rasa syukur yang dapat memudahkan jalannya untuk menemukan arti kesuksesan dalam segala hal,” ujarnya.
<more>
Sementara itu, Trainer ESQ yang menjabat sebagai Area Manager Regional Kalselteng Denny Kurniawan mengatakan sesuai dengan tema “Meaning of Work” ia ingin pegawai rumah sakit menemukan tujuan kenapa melakukan pekerjaannya.
Selama kurang lebih lima jam dari pagi hingga siang, seluruh pegawai yang hadir dipandu trainer untuk dapat merasakan ketenangan, kebahagiaan, rasa syukur serta merenungkan kembali tujuan dibalik setiap perbuatan dan tindakan selama hidupnya.
“Ada 3K yang saya sampaikan, bagaimana seorang nakes bisa memiliki kebahagiaan disaat dia melayani pasien, ketenangan dalam dirinya, rasa syukur diberikan kesehatan, serta kesuksesan,” kata Denny Kurniawan, Trainer ESQ Spesialis Pembangunan Karakter dan Budaya Organisasi/Perusahaan.
Untuk mendapatkan kebahagiaan, ketenangan dan kebahagiaan itu lanjut Denny, ada tiga kunci yang harus dilakukan. Pertama, seseorang harus dapat mengelola energinya dengan baik, mengelola responsnya dan menemukan makna luhur dari apa yang dilakukannya.
“Tenaga kesehatan yang tidak semangat, melayani dengan cuek akan merusak moodnya. Nakes harus bisa mengelola energinya dengan maksimal, layani pasien dengan sepenuh hati, bisa jadi hanya dengan senyuman tulus dan sapaan ramahnya dapat mengurangi rasa sakit yang dialami pasien,” ujarnya.
Selain itu, nakes harus bisa mengelola responsnya terhadap lawan bicaranya ketika berinteraksi.
“Terkadang apa yang terjadi tidak seperti yang diharapkan. Bagaimana ketika menghadapi masalah, apakah memilih bertindak marah atau menerima dengan tenang dan mencari solusi, itu pilihan setiap orang.
Respons yang diberikan juga tentu akan berbeda. Hasil yang diterima berbanding lurus dengan responsnya,” ujar Denny yang sudah menjadi trainer di areal Kalselteng selama delapan tahun ini.
Pria lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam juga menekankan bahwa seseorang penting untuk mengetahui alasan luhur dibalik setiap tindakannya.
“Apa yang kita ucap akan terekam oleh alam bawah sadar, ketika berkata baik maka hasilnya akan baik. Dalam hadis Rasulullah, Allah berkata Aku sesuai dengan dengan prasangka hamba-Ku. Maka, ketika tujuan hidup dalam bekerja diniatkan untuk ibadah kepada Tuhannya, meyakini setiap jarum yang disuntikan, layanan diberikan kepada pasien, senyuman tulus yang dipancarkan akan menjadi amal ibadah,” tandasnya.