Senin, H / 27 Oktober 2025

Pemerintah Harus Manfaatkan Momen Penguatan Rupiah

Kamis 08 Nov 2018 09:23 WIB

AA

Penguatan Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat memberikan rasa optimis untuk keberlangsungan ekonomi Indonesia

Foto: ESQ Media/Google

ESQNews.id, JAKARTA - Pemerintah diminta menjaga momentum penguatan rupiah dengan mempertahankan performa positif di pasar Domestic Non-Deliverables Forward (DNDF) dan kondusifitas ekonomi maupun politik dalam negeri, ujar Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Assyifa Azami Ilman. Dia mengatakan stabilitas ekonomi politik mencegah keraguan investor untuk menanamkan modalnya di pasar Indonesia.


“Penguatan rupiah terjadi karena kepastian ekonomi yang tumbuh akibat transaksi valas dan bergesernya sentimen global terhadap Indonesia,” ujar dia di Jakarta, Rabu (8/11).


Produk defivatif NDF, menurut Assyifa, berdampak positif dengan memberikan kepastian transaksi valas sehingga mendorong tumbuhnya kepastian ekonomi di tengah instabilitas global.


Selain itu, dari sisi eksternal rencana perundingan Amerika-China berhasil menumbuhkan sentimen positif pada investor untuk kembali melakukan penanaman modal di negara-negara mitra dagang China.


Perang dagang mendorong investor untuk melakukan pertimbangan untuk menanamkan modalnya di China dan juga negara mitra dagangnya.


Indonesia, menurut Assyifa, merasakan dampak langsung dari perang dagang ini dalam bentuk berkurangnya ekspor bahan input ke China karena kinerja perusahaan di negara tersebut untuk mengekspor ke Amerika Serikat juga menurun.


Namun, hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena China sudah menemukan pasar alternatif pengganti Amerika Serikat, seperti Uni Eropa dan Asia Tenggara.


“Perang dagang ini memperparah instabilitas ekonomi, sehingga berimbas pada menurunnya ketertarikan investor dalam menanamkan modal di negara-negara dengan risiko lebih tinggi,” ujar dia.


Ekonom senior Faisal Basri menilai penguatan rupiah terhadap dolar belum memberi efek yang signifikan. Menurut dia, beberapa fundamental perekonomian Indonesia terbilang stabil dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,17 persen.


“Kita lihat nanti kecenderungan pada November-Desember. Minggu depan keluar data neraca pembayarannya Bank Indonesia. Itu baru klop nanti bisa dilihat," ujar Faisal di Jakarta.


Momentum perbaikan ini, menurut Faisal harus dijaga oleh pemerintah dengan menjaga ketidakpastian global dalam rentang yang masih terukur. Menurut dia, kunci untuk stabilitas perekonomian Indonesia adalah masuknya modal asing pada Surat Utang Negara (SUN).


Sepanjang sejarah, lanjut dia, para investor terus melakukan pembelian hingga saat ini 37 persen SUN dikuasai modal asing. Kalau asing jual terus, masih Assyifa, Indonesia bisa jadi akan celaka. 


"Selama ini asing beli terus, netto Rp160 triliun. Tahun ini di bawah nol dan ada kecenderungan membaik per 17 Oktober, buy Rp12 triliun. Jika ini bisa naik terus, maka kita bisa selamat,” ujar dia.


Karena itu, Assyifa mengingatkan, jangan ada blunder yang membuat asing bisa menjual Surat Utang Negara. Hal tersebut bisa menimbulkan ketidakpastian, instabilitas, subsidi BBM yang tambah besar.


Saat ini rupiah berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Rupiah berada di titik Rp 14.600 per dolar AS setelah hampir seminggu terus berada di atas Rp 15 ribu per dolar AS.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA