ESQNews.id, JAKARTA – Zaidul Akbar dikenal sebagai dokter
yang mengerti tentang dunia herbal juga. dr. Zai, sapaan akrabnya, pada Jum’at
(9/4/2021) memposting tulisan di akunnya terkait kisah nyata tentang seorang
wanita saat masa kehamilannya. Sampai saat ini, sudah mendapat 11,803 likes
dari warganet.
Berikut kisahnya:
“Waktu hamil apa yang terjadi pada diri ibu? Apa yang ibu
rasakan? Karena keadaan anak ini sekarang adalah hasil dari bahasa batin ibu
sekian lama dikandungan dan setelah ia lahir,” ujar terapis tersebut.
Anak ibu tersebut memang dulunya seperti anak normal
kebanyakan. Suatu waktu, anak tersebut tiba-tiba berubah, kadang ngamuk, kadang
diam dan seterusnya (semoga Allah sembuhkan ia kembali).
Ibu tersebut terdiam dan air matanya mengalir sambil
menceritakan tentang “penderitaannya” saat ia mengandung anak tersebut. Ia
harus bekerja dari pagi hingga malam, dan suaminya menuntut kesempurnaan hidup
yang ada dari dirinya.
Hingga akhirnya anak tersebut di asuh oleh sang suami.
Padahal anak tersebut lebih menginginkan dekat dengan ibunya dan diasuh oleh
ibunya.
Emosi ibu selama hamil dan salah pengasuhan kepada anaknya,
akhirnya menjadi bahasa batin yang direkam oleh anak sekian lama. Dan sekarang
harus di “bayar” oleh sang ibu tersebut dengan “mencicil” atau adakalanya harus
dibayar tunai atas semua cetakan emosi kepada anaknya selama dalam kandungan
dan selama pengasuhan.
Orangtua yang memarahi anaknya terus menerus, bahkan ketika
memarahi anak karena ngompol serta membanding-bandingkan anaknya dengan anak
lain, maka anak akan merekam itu dengan baik dan orangtua akan “membayar” itu
nanti ketika mereka sudah tua.
Bukan hukum-hukum ala agama tertentu, tapi ini hasil didikan oranttua terhadap anak alias cetakan orangtua.

<more>
Fase kritis pencetakan itu dimulai saat janin di kandungan
sampai lahir dan berusia 5 tahun. Lalu apa yang perlu dilakukan jika sudah
terjadi?
Bertaubat, meminta ampun kepada Allah, minta maaf kepada
anak atas kesalahan yang pernah dilakukan. Mempelajari agama dan tanamkan ilmu
agama lebih kuat lagi kepada anak, agar orangtua tidak perlu “membayar” semua
tagihan itu sekaligus dan bisa “dicicil” perlahan-lahan agar tidak kaget nanti
kalau diminta “full payment” oleh anak.
Sebagaimana orangtua memperlakukan anak saat ia kecil, seperti itulah orangtua akan mendapatkan saat sudah lanjut usia.
“Selamat meraih berkah jumat, jangan lupa al kahfi, perbanyak shalawat dan sedekah. Kisah di atas itu kisah nyata ya.” – Zaidul Akbar




