Jumat, H / 29 Maret 2024

Dies Natalis UNJ ke-59! Jadikan Universitas Kelas Dunia, Ary Ginanjar Katakan Ada 3 Kuncinya

Rabu 31 May 2023 10:24 WIB

Reporter :Nisa Mufidah

Tangkapan Layar

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Perayaan Dies Natalis Universitas Negeri Jakarta ke-59 kali ini melaksanakan kegiatan seminar online yang mengusung tema "Transformasi SDM Menuju Universitas Kelas Dunia" pada tanggal 30 Mei 2023.


Seminar online yang dihadiri kurang lebih 1000 peserta dalam zoom meeting ini dikatakan oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta dalam sambutannya bahwa seminar online ini bentuk dari project based learning mahasiswa pasca sarjana jurusan manajemen.


Prof. Dr. Komarudin, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta menyampaikan harapannya atas seminar ini dapat menjadi rekomendasi atau formulasi bagaimana transformasi bukan hanya untuk Universitas Negeri Jakarta saja, melainkan bagi perguruan tinggi lainnya serta menjadi model atau rujukan dalam implementasinya.


“Semoga hasil nyata webinar ini dapat dirasakan oleh kita semua, dengan harapan webinar ini mampu meningkatkan kapasitas SDM sesuai yang diharapkan, mendapatkan seperti apa prosedur pengembangan SDM atau strateginya seperti apa.


Kemudian aspek-aspek pendukung yang diperlukan untuk menghasilkan SDM yang bisa bertransformasi menuju universitas berkelas dunia."


Lebih lanjut, "Itulah beberapa hal yang saya kira secara rinci akan disampaikan oleh para narasumber, dan saya nyatakan pagi ini webinar dibuka.”




Senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Komarudin, M.Si., Rektor Universitas Negeri Jakarta, Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian berbicara mengenai formulasi untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia untuk bisa bertransformasi menuju universitas berkelas dunia.


“Saat ini kita ada pada kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), penuh sekali dengan goncangan. Sehingga sumber daya manusia seperti apa yang sesungguhnya kita butuhkan?”


Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki visi untuk menjadi World Class University, Ary mengarahkan pada lima poin. 


Dibutuhkan sumber daya manusia yang agility. 


Yang pertama, change agility, SDM yang tahan akan goncangan perubahan karena dunia akan terus berubah sesuai dengan zamannya. Sehingga, apabila SDM yang dimiliki tidak dapat bertahan atas perubahan yang ada maka visi menjadi World Class University boleh jadi tidak terjadi.


Poin ke dua, mental agility. Ketahanan mental terhadap goncangan apapun, menjadikan SDM tidak mudah terhempas dalam angin kencang segala permasalahan. 


Untuk yang ketiga, Ary menyebutkan people agility. Perubahan pasti terjadi, permasalahan pasti akan datang bergulir, pun dengan berbagai macam karakter manusia yang dihadapi. Jika SDM yang dimiliki tidak dapat menghadapi berbagai karakter manusia, tentu akan mudah terguncang dan rubuh.




Yang keempat, tidak tertinggal yaitu learning agility. Jiwa yang mau senantiasa belajar, terus belajar, bahkan belajar setelah belajar. Tidak mudah puas terhadap apa yang dicapainya, sehingga mau terus berproses dan menambah ilmu.


Pada poin terakhir, Ary menyebutkan result agility. SDM yang mampu tetap berprestasi dalam kondisi apapun.


Sehingga, untuk mencapai World Class University, dibutuhkan world class human resources yang memiliki 5 agility di atas.


“Ada tiga kunci dasar yang kemudian dapat membawa kampus tercinta menjadi world class university, pertama adalah memiliki core purposes, kemudian core values, dan yang terakhir bagaimana dengan metodologinya yaitu inside out.”


<more>


Tidak berhenti untuk membangun SDM yang memiliki kemampuan agility, namun ketika hendak menjadi world class university bukan berangkat hanya dari What (hasilnya) atau How (proses) saja. Yang dimana fokus utamanya pada teknisnya, menghitung riset, atau kriteria-kriteria lainnya.


Tetapi satukan langkah dimulai dari Why (tujuan). Apa yang membuat kampus di Indonesia harus menjadi world class university? Mulailah dengan pertanyaan “Why”. Satukan langkah dari para rektor, dekan, hingga dosen memiliki Why yang sama. Ketika Why sudah terjawab, maka How juga akan terjawab dengan 1000 jalan terbuka lebar, dan barulah terjadi World Class University.




Ada tiga dorongan manusia yakni strong why, big why dan grand why. Perbedaannya ada dalam titik fokus yang tidak sama.


Jika strong why berlandaskan IQ, bermodalkan dengan kecerdasan intelektual, apapun dapat dilakukan untuk keberlangsungan hidupnya sendiri. Dengan kecerdasannya, dia dapat menipu. Dengan kecerdasan akan keadilannya, dia jual untuk sekedar uang.


Tipe yang kedua setelah strong why adalah big why. Dorongan manusia yang berlandaskan dengan EQ, bagaimana fokus untuk dicintai, dihargai, terkenal, sehingga tumbuh menjadi sosok yang senang pamer atas apa yang dimiliki, flexing. Kuliahnya hanya sekedar untuk diakui, ini yang Ary katakan tidak akan ada terjadinya world class university atau Indonesia Emas 2045.


Grand why diatas strong dan why, bisa dibilang rahmatan lil alamin.


“Bagaimana cara menghubungkan ketiganya? Melihat Inggris menguasai lautan karena ada Gold, Glory, Gospel, sehingga itulah Inggris yang mengatur gelombang lautan.” Ary memberikan gambaran ketiga Why tersebut betapa dahsyatnya ketiga digabungkan.


Dalam Inggris, tiga bola yaitu Gold (mencari kekayaan dengan berdagang yang merupakan Strong Why), Glory (mencari kejayaan dengan meluaskan daerah jajahan yaitu Big Why), dan Gospel (menyebarkan agama yakni Grand Why).


Sehingga untuk menjadikan universitas kelas dunia, Ary berpesan untuk tidak salah meletakkan fokus hanya pada Strong dan Big Why, namun melangkah-lah dari dorongan paling besar, dorongan yang akan menghasilkan hal-hal besar, yaitu Grand Why. Menjadikan fokusnya pada Spiritual Intelligence, yaitu core values (nilai - nilai dasar).


“Kita bisa melihat tiga grand why negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, melindungi segenap tumpah darah, serta memajukan kesejahteraan umum.


Namun pada kenyataannya, apakah ASN sudah sesuai dengan grand why kah?” tanya Ary membuat para peserta ramai - ramai menjawab dengan opininya melalui kolom komentar.


Saat ini dengan segala upaya untuk mendorong segala harap yang bermula grand why, Indonesia mengeluarkan core values untuk ASN yaitu BerAKHLAK yang bersama dengan ACT Consulting International. Sehingga, dorongan grand why Indonesia yang merupakan core purposes, dapat tercapai melalui adanya core values, kunci nomor dua.


“Mudah-mudahan, UNJ dapat menjadi kampus pertama yang launchingkan BerAKHLAK.” harap Ary atas pendidikan UNJ yang hendak menjadi kampus berkelas dunia.


Karena memasuki industri 4.0 yang dimana eranya informasi, menimbulkan banyak terjadi perubahan mindset dari sisi SDM. manusia tidak lagi menjadi bagian dari mesin industri, melainkan manusia harus memiliki moral dan values.


Masa ini disajikan banyaknya kecanggihan teknologi, pengajaran tidak bisa hanya terpaku pada materi saja. Sudah banyak sajian di youtube serupa, mahasiswa sudah bisa menjawab pertanyaan melalui kehadiran Chat GPT, google sudah bisa menjawab materi yang disampaikan oleh dosen.


Berada dalam fenomena tersebut, Ary mengatakan, “Metode mengajar kita tidak bisa lagi outside in dari luar ke dalam. Melainkan Inside out, dari dalam ke luar. Inilah kunci nomor tiga.”


Berkaca dengan ESQ Business School, kampus yang didirikan oleh Ary Ginanjar, metode pembelajaran yang dilaksanakan adalah SKI Metode (Spiritual, Kreativitas, Intelektualitas). Berangkat dari titik fokus spiritual yang bukan dimaknai dengan agama, namun kembali pada core values.


Lihat dari banyak kisah sukses, contohnya Nadiem Makarim founder Go-Jek. Yang membangun Go-Jek karena adanya dorongan hati, ingin memudahkan banyak orang dapat memesan ojek tanpa perlu jalan mencari keberadaan, namun bisa dipesan di tempat. Waktu jadi lebih efisien, lebih mudah.


Inilah maksud dari berangkat dari Spiritualitas, kemudian melahirkan Kreativitas, dan yang terakhir mengkaitkan dengan Intelektualitas.

Sehingga, dosen-dosen di Indonesia semestinya bukan lagi berpacu pada lokal university saja jika ingin terbang menjadi kampus kelas dunia. Memberikan materi yang sekedar, yang bisa didapatkan di youtube dan google, namun mampu mengeluarkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa.


“Harus lahir Nadiem - Nadiem lainnya dari banyak universitas di Indonesia. Banyak teknologi - teknologi baru yang dikembangkan.


Kita harus tahu bahwa manusia dididik oleh Tuhan dan sudah diberikan potensi. Adam diajarkan oleh Tuhan, kemudian potensi menjadi lebih baik, lebih dekat, lebih murah lahirlah sains. Ilmu ekonomi dipelajari supaya bisa belajar hal lebih murah, ilmu hukum supaya lebih adil.


Hal ini untuk menuju Tuhan yang Maha Tinggi, maka lahirlah teknologi.” Ungkap Ary.


Tidak menjadikan diri dan mahasiswa sebagai korban teknologi, melainkan melahirkan teknologi baru, itulah yang disebut dengan universitas kelas dunia. Bisa menggali potensi melalui bertanya, mendidik pikiran dengan hati.


“Karena dari Aristoteles mengatakan, mendidik pikiran tanpa mendidik hati bukanlah pendidikan sama sekali.” Tutup Ary Ginanjar dalam sesi webinar Universitas Negeri Jakarta pagi itu.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA