Kamis, H / 16 Oktober 2025

Anjuran Menikah di Bulan Syawal, dan Larangan Merasa Sial (Thiyarah)

Jumat 04 Apr 2025 16:02 WIB

Author :Kontributor

Ilustrasi

Foto: freepik

ESQNews.id, JAKARTA - Menikah di bulan Syawal dianjurkan karena merupakan sunnah Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW menikahi Sayyidah Aisyah di bulan Syawal dan juga membangun rumah tangga dengan beliau di bulan yang sama. Hadis ini menjadi dasar bagi ulama untuk menganjurkan menikah di bulan Syawal sebagai bagian dari meneladani sunnah Rasulullah. 


Menikah di bulan Syawal juga dianggap sebagai bentuk penolakan terhadap tradisi jahiliyah yang menganggap bulan Syawal sebagai bulan sial. Rasulullah SAW dengan menikahi Sayyidah Aisyah di bulan Syawal memberikan contoh bahwa Islam adalah agama yang membebaskan manusia dari belenggu tahayul dan kebodohan. 


<more>


Aisyah ra. menceritakan:


“Rasulullah SAW menikahiku di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga denganku pada bulan syawal pula. Maka isteri-isteri Rasulullah SAW yang manakah yang lebih beruntung di sisinya dariku?” (Perawi) berkata, “Aisyah Radiyallahu ‘anhaa dahulu suka menikahkan para wanita di bulan Syawal” (HR. Muslim).


Penjelasan:


1) Rasulullah SAW menikahi ‘Aisyah di bulan Syawal adalah untuk menepis anggapan bahwa:


Menikah di bulan Syawal adalah kesialan dan tidak membawa berkah. Ini adalah keyakinan dan aqidah Arab Jahiliyah. Ini tidak benar, karena yang menentukan beruntung atau rugi hanya Allah Ta’ala.


Arab Jahiliyah tidak suka menikah di antara dua ‘ied (bulan Syawal termasuk di antara ‘ied fitri dan ‘idul Adha), mereka khawatir akan terjadi perceraian. Keyakinan ini tidaklah benar.” (Ibnu Katsir rahimahullah,  Al-Bidayah wan Nihayah, 3/253).


2) Di dalam hadits ini terdapat anjuran untuk menikahkan, menikah, dan membangun rumah tangga pada bulan Syawal.


3) Anggapan “merasa sial” atau “Thiyarah” adalah keyakinan yang kurang baik bahkan bisa mengantarkan kepada kesyirikan.


Begitu juga praktek masyarakat kita yang kurang tepat yaitu yakin adanya hari sial, bulan sial bahkan keadaan-keadaan yang dianggap sial. Misalnya kejatuhan cicak, suara burung hantu malam hari dan lain-lainnya. Keyakinan seperti ini bertentangan dengan ajaran Islam, karena untung dan rugi adalah takdir Allah dengan hikmah.


“Thiyarah (anggapan sial terhadap sesuatu) adalah kesyirikan. Dan tidak ada seorang pun di antara kita melainkan (pernah melakukannya), hanya saja Allah akan menghilangkannya dengan sikap tawakkal” (HR. Ahmad)


“Tidak ada (sesuatu) yang menular (dengan sendirinya) dan tidak ada “Thiyarah”/ sesuatu yang sial (yaitu secara dzatnya), dan aku kagum dengan al-fa’lu ash-shalih, yaitu kalimat (harapan) yang baik” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


ONE DAY ONE HADITS

Oleh: Ridwan S.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA