Senin, H / 27 Oktober 2025

Menjadi Seorang Essentialist vs Non-Essentialist

Jumat 15 Mar 2019 10:40 WIB

Author :Redaksi

Buku Essentialism: The Discipline Pursuit of Less by Greg McKeown

Foto: amazon

ESQNews.id - Dalam hidup ini, ada orang yang memilih jalan hidup menjadi seorang esensialis (essentialist) sementara sebagian lainnya memilih sebagai non-esensialis (non-essentialist). Keduanya memiliki cara berpikir dan bertindak yang berbeda.


Non-esensialis berusaha melakukan semuanya untuk semua orang. Mereka merasa harus melakukannya karena merasa tidak memiliki pilihan. Mereka menganggap semua hal penting sehingga berpikir: “Bagaimana cara saya melakukan semuanya?”


Baca juga : Sebuah Paham Bernama Essentialism


Sementara itu para esensialis berpikir lebih sedikit itu lebih baik. Mereka melakukan lebih sedikit, namun dengan lebih baik. Moto mereka “less but better.” Mereka memilih hal yang akan mereka kerjakan. Mereka yakin hanya sedikit hal yang benar-benar penting. Sehingga mereka berpikir: “Jika saya akan melakukan ini, hal lain apa yang perlu saya korbankan/hilangkan?”




Inti dari menjadi seorang esensialis adalah selalu berusaha menemukan hal-hal yang tidak begitu penting dan mengeliminasinya. Kemudian melakukan hal-hal yang tersisa, yaitu hal yang esensial, dengan standar terbaik. Pilih sedikit hal, lalu lakukan yang terbaik di hal-hal yang kita pilih.


Non-esensialis berusaha mengejar lebih banyak. Mereka langsung bereaksi terhadap sesuatu yang mendesak mereka. Mereka mengatakan “ya” pada semua orang tanpa benar-benar memikirkan konsekuensinya. Mereka berusaha mengiyakan semua peluang dan kesempatan yang datang kepadanya.



Para esensialis sebaliknya, kata Darmawan Aji dalam bedah buku Essentialism karya Greg McKweon, esentialis mendisiplinkan dirinya untuk mengejar lebih sedikit. Mereka meluangkan waktu jeda untuk memikirkan hal apa yang benar-benar penting baginya. Mereka mengatakan “tidak” kepada segala sesuatu kecuali hal yang esensial. Aturan mereka "if itsn't a clear yes, then it's a clear no”.


Esensialisme bukanlah tentang meraih sedikit kemajuan pada banyak arah. Membagi energi ke banyak hal dalam satu waktu. Esensialisme adalah tentang memilih satu arah dan memfokuskan energi kita ke sana. Sehingga kita menghasilkan kemajuan besar di arah yang kita ambil.


Non-esensialis menjalani hidup dengan rasa tidak puas. Mereka melakukan lebih banyak hal dalam pekerjaan mereka dan mereka tidak menikmatinya. Mereka merasa hidupnya di luar kendali. Mereka tidak yakin apakah mereka telah menuntaskan hal yang benar atau tidak. Mereka merasa kewalahan dan kelelahan.


Esensialis menjalani hidup untuk hal-hal yang benar-benar penting bagi mereka. Mereka memilih apa yang akan mereka kerjakan dengan hati-hati. Mereka melakukannya dengan penuh kecintaan. Mereka menghasilkan karya hebat. Mereka merasa hidup mereka dalam kendali. Mereka menuntaskan hal yang benar. Mereka menikmati perjalanan hidup mereka dengan penuh sukacita.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA