ESQNews.id, Surabaya – Penyaluran dan pelatihan Mushaf Al-Qur’an Isyarat untuk Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW) semakin menggema di Jawa Timur.
ESQ Kemanusiaan sebagai salah satu Lembaga yang berkolaborasi dengan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kemenag RI untuk melaksanakan program percepatan penyebaran Mushaf Al-Qur’an Isyarat serta Pelatihan Belajar dan Mengajar Al-Qur’an Isyarat untuk komunitas PDSRW, Sekolah SLB/SKH, Masjid dan Pondok Pesantren di seluruh Indonesia.
Seperti saat ini, pada tanggal 6-7 November 2024 telah digelar kegiatan penyaluran dan pelatihan belajar mengajar Mushaf Al-Qur’an Isyarat untuk organisasi Gerkatin Jawa Timur dan para guru dari SLB B.
Kegiatan yang bertempat di Surabaya tersebut melibatkan sejumlah pihak, dengan peserta pelatihan sebanyak 42 orang.
Termasuk organisasi Gerkatin Jawa Timur dan para guru dari SLB B yang memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada siswa PDSRW.
Dengan dukungan berbagai pihak, mulai dari Kementerian Agama hingga Dinas Sosial Jawa Timur, kegiatan ini dirancang untuk memberikan kemudahan akses belajar Al-Qur’an bagi PDSRW di wilayah Jawa Timur, serta melibatkan para pengajar, komunitas disabilitas, dan masyarakat.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempercepat penyebaran Mushaf Al-Qur’an Isyarat dan memastikan bahwa komunitas disabilitas rungu wicara di Indonesia dapat mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an dengan baik.
Mushaf Al-Qur’an Isyarat sendiri merupakan inovasi yang sangat penting karena dilengkapi dengan simbol-simbol isyarat yang dapat dimengerti oleh PDSRW.
General Manager ESQ Kemanusiaan, Dewi Anjani menjelaskan lebih lanjut mengenai pentingnya mushaf ini.
“Al-Qur’an Isyarat adalah Al-Qur’an yang dilengkapi dengan simbol isyarat jari dan diperuntukkan bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara (PDSRW).
Mushaf ini pertama kali diluncurkan oleh Kementerian Agama RI pada awal tahun 2023. Al-Qur’an Isyarat disusun oleh LPMQ Kemenag RI bersama dengan Organisasi/Komunitas Rungu wicara, Guru-Guru SLB B Karya Mulya Surabaya SLB Keleyan dan beberapa tokoh yang peduli terhadap teman-teman PDSRW," jelas Dewi.
“Kami berharap pelatihan ini bisa menjadi awal dari penyebaran metode pembelajaran Al-Qur’an Isyarat di seluruh Indonesia. Ini adalah bentuk dukungan kami bagi teman-teman PDSRW agar mereka juga bisa membaca dan mendalami Al-Qur’an,” imbuhnya.
Bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan ini, Dinas Sosial Jawa Timur juga memberikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap program ini.
Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinsos Jawa Timur, M. Arif Ardiansyah, menilai bahwa program ini merupakan praktik baik dalam memberikan akses ibadah yang setara bagi penyandang disabilitas.
“Kami sangat menyambut baik dan mengapresiasi program ini. Dinas Sosial siap menjembatani dan memfasilitasi kegiatan mengaji untuk disabilitas tuli setiap Kamis dan Minggu,” ujar Arif, statementnya melansir dari media massa.
Arif juga berharap agar sinkronisasi antarlembaga dapat berjalan dengan baik sehingga program seperti ini bisa berkelanjutan dan mendapatkan dukungan penuh dari pemangku kepentingan lainnya.
“Ke depan, kami berharap seluruh pemangku kepentingan dapat berkontribusi penuh. Program seperti ini tidak hanya memberikan manfaat bagi penyandang disabilitas, tetapi juga menjadi bagian dari siar agama Islam yang inklusif,” jelasnya.
Pentingnya kolaborasi lintas lembaga dalam mendukung program ini juga diungkapkan oleh perwakilan dari Kementerian Agama Kota Surabaya, Choirur Roziqin.
Dalam pernyataannya, Choirur menekankan bahwa Kementerian Agama siap memberikan dukungan agar program ini dapat berkembang dan meluas ke seluruh wilayah di Indonesia.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat dalam memfasilitasi sahabat-sahabat kita yang disabilitas tuli agar mereka bisa membaca dan mendalami Al-Qur’an dalam kondisi apa pun. Sinergi ini sangat berharga dan semoga kebermanfaatannya semakin meluas,” terang Choirur.
Choirur juga berharap bahwa pemerintah pusat dan daerah dapat menyediakan anggaran khusus untuk mendukung program ini, sehingga kegiatan seperti ini bisa terus terfasilitasi dan tidak bergantung pada anggaran sisa.
“Mudah-mudahan kegiatan seperti ini bisa terus tergaislitasi. Pemerintah dapat menyediakan anggaran khusus, bukan justru sisa dari anggaran. Kementerian Agama juga akan berusaha menyiapkan pembinaan untuk ustadz-ustadzah agar program mulia ini dapat membawa keberkahan,” tuturnya.
Kegiatan ini juga terselenggara atas kolaborasi ESQ Kemanusiaan dengan Rumah Qur’an Sahabat Tuli (RQST), dimana Ibu Maskurun sebagai pendirinya saat ini bertindak sebagai pengajar pelatihan belajar mengajar Al-Qur’an Isyarat yang begitu mendukung dan peduli terhadap teman-teman PDSRW dan Gerkatin Se-jawa timur.
Maskurun, seorang ustadzah itu menceritakan pengalamannya dalam mengajar teman-teman PDSRW. Sebagai bagian dari tim penyusun Al-Qur’an Isyarat, ia mengaku senang dan bangga bisa berkontribusi dalam program ini.
“Pertama-tama, semua teman tuli belum tahu bagaimana cara mengaji. Saya sebagai tim penyusun belajar banyak dari berbagai daerah, dan luar biasa senang bisa memberikan kontribusi untuk sahabat tuli agar bisa mengaji,” ungkap Maskurun.
<more>
Menurut Maskurun, melihat teman-teman PDSRW bisa mempelajari Al-Qur’an adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Ia berharap bahwa metode ini bisa disebarluaskan ke lebih banyak daerah, sehingga semakin banyak teman-teman PDSRW yang bisa belajar mengaji.
“Ini adalah program yang luar biasa dan saya berharap bisa disebarkan lebih luas lagi. Semoga teman-teman tuli semakin banyak yang bisa membaca Al-Qur’an dan mendalami ajaran agama,” pungkasnya.
Ia berharap peserta kegiatan saat ini dapat mengimplementasikan ilmunya, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun untuk mengajarkan kembali kepada teman tuli yang lain. Dan untuk para dewan guru harapannya dapat diimplementasikan untuk siswa juga wali murid tuna rungu.
Program penyebaran dan pelatihan Mushaf Al-Qur’an Isyarat ini memang membawa harapan baru bagi teman-teman PDSRW yang ingin mempelajari dan memahami Al-Qur’an.
Dukungan dari berbagai pihak menunjukkan bahwa program ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan akses ibadah, tetapi juga memberdayakan komunitas disabilitas rungu wicara agar mereka memiliki peran dalam memperkaya pemahaman keagamaan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.