ESQNews.id, JAKARTA – Umat muslim diperintahkan Allah SWT
untuk menutupi auratnya baik laki-laki maupun perempuan. Khususnya pada
perempuan, jilbab merupakan salah satu penutup auratnya. Waktu demi waktu
perubahan di jaman sudah mulai berubah baik itu teknologi, moral, sikap, gaya
hidup dan lainnya.
Termasuk pada wanita pengguna jilbab, jaman dahulu dengan
sekarang sudah berbeda dan mengalami transformasi. Jilbab juga sebagai salah
satu tanda atau ciri seseorang itu beragama islam. Menurut tirto.id ada
beberapa tahap transformasi bagi pengguna jilbab seiring berjalannya waktu.
. Di Era 80-90an pengguna jilbab (kerudung) mulai marak
terutama oleh aktivis dakwah. Di antara tahun tersebut ada beberapa peraturan
misalnya pada (3/17) tahun 1982 yaitu
aturan pelanggaran jilbab di sekolah negeri diterbitkan Dikdasmen melalui SK
052/C/Kep/D.82, kemudian Diksasmen menerbitkan SK No.100/C/Kep/D/.
. Tahun 2010 muncul polemik dan kasus terkait kewajiban mengenakan
jilbab di Institusi Penddidikan Negeri. Kemudian yang terakhir adalah pasca
orba dimana popularitas pemakaian jilbab naik tajam. Dibeberapa wilayah
perempuan muslim tanpa jilbab jadi minoritas.
Namun meskipun dahulu mayoritas tak memakai jilbab, ada
beberapa orang yang tersentuh hatinya untuk hijrah menggunakan jilbab meskipun
terkadang ada saja bahan pembicaraan tak sedap di telinga karena menjadi minoritas
pengguna jilbab kala itu.
Contohnya pada salah satu perempuan yang berprofesi sebagai perawat ini di sebuah Puskesmas yang ada di Jawa Barat. Dia mulai menggunakan jilbab ketika menduduki bangku SMP pada tahun 1994. “Pada saat itu saya malu suka pake rok di atas lutut, pas kelas 3 SMP baru deh pakai jilbab. Saya termasuk orang pertama yang pakai jilbab di SMP itu kemudian baru yang lain ngikutin,” paparnya.
Karena duhulu belum banyak yang menggunakan jilbab sehingga motif, warna, modelnya sangat sederhana. Dibanding saat ini yang banyak sekali inovasi dan ide kreatifnya, banyak model, banyak gaya, warna, dan pilihan bahan pun diperhitungkan.




