ESQNews.id, JAKARTA - Telah terjalin sinergi yang positif dan penuh spirit antara Gontor dengan ESQ sejak tahun 2022. Salah satunya yang berkaitan dengan media cetak (Majalah Gontor). Sebagai bukti kolaborasi ini, Majalah Gontor telah menerbitkan salah satu tulisan dengan judul "Fakta Unik di Balik Menara 165."
Kemudian, Majalah Gontor ini biasa dicetak kurang lebih 32 ribu eksemplar serta disebarluaskan ke Wali Santri Gontor di Seluruh Indonesia, 400-an Pondok Alumni dan sejumlah pelanggan.
Sehingga para pimpinan majalah Gontor ini berharap bahwa setiap untaian kalimat dalam majalah tersebut bisa memberikan inspirasi, motivasi, pembelajaran, sebagai bekal di dunia serta akhirat.
Sama halnya dengan Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian yang sangat menyambut baik terbitnya majalah Gontor ini. Dengan antusias, Ary langsung membaca dan melihat secara seksama majalah itu.
"Saya berharap kolaborasi ini terus berkelanjutan, sehingga kita semua bisa membangun Peradaban Indonesia Emas 2045 bahkan hingga Indonesia menjadi atap dunia di tahun 2085," harapnya.
Berikut ini adalah tulisan lengkap "Fakta Unik Di Balik Menara 165" yang terdapat di halaman ke 32-33 Majalah Gontor:
Bagi warga ibukota Jakarta, khususnya kawasan Jakarta Selatan sudah tidak asing lagi dengan Gedung berlantai 27 yang di mahkotai lafadz emas ALLAH. Apabila malam hari, maka tulisan di puncak Gedung itu menyala terang hingga lafadz Allah itu makin jelas. Itulah Menara 165, satu-satunya gedung di Indonesia bahkan di dunia yang di atapnya bertuliskan Allah dengan ukuran yang sangat besar.
Gedung yang berdiri di Jl. TB Simatupang – Cilandak ini mulai didirikan Pada 1 Juni 2005. Berdiri di atas areal seluas 9.743 m2 dan luas bangunan 57.000 m2. Bangunan yang berada di antara Wisma Raharja dan Ratu Prabu 2 ini, terdiri atas 3 basement untuk parkir seluas 10.200 m2. Selain menjadi pusat pelatihan ESQ, Menara 165 juga terdapat bebagai kegiatan MICE (meeting, incentive, convention, dan exhibition) yang memiliki kapasitas 3000 orang.
Di gedung ini terdapat kampus ESQ Business School. Perguruan tinggi yang akan membentuk calon pemimpin masa depan yang berkarakter.
<more>
Bagi yang ingin mengenal lebih jauh Menara 165, beberapa fakta berikut ini menarik disimak:
1. Mengapa bernama Menara 165?
Nama 165 diambil dari 1 Ihsan, 6 Rukun Iman, 5 Rukun Islam yang menjadi dasar konsep ESQ yang digagas Dr. (HC) Ary Ginanjar Agustian. Makna dari 165 adalah 1 hati, 6 prinsip, 5 langkah. 1 Hati: membangun kesadaran merasa melihat dan dilihat Allah atau dinamakan kecerdasan spiritual (SQ). Langkah kedua, membangun mentalitas atau kecerdasan emosi (EQ) oleh 6 prinsip Rukun Iman. Langkah ketiga mengaplikasikan spiritualitas dan mentalitas ke dalam langkah aksi, yang dituntun oleh 5 langkah Rukun Islam.
Ada yang menarik, berat massa bangunan tower Menara 165 menurut perhitungan computer adalah = 4.040.165 Kgf (Empat Juta, Empat Puluh Ribu, Seratus Enam Puluh Lima).
2. Apa di puncak dan di dasar Menara 165?
Di atap Menara 165 tertulis nama Allah sebaga simbol meninggikan Sang Pencipta di atas segalanya. Di lantai tertinggi terdapat masjid yang sekaligus menjadi masjid tertinggi di Indonesia.
Awalnya, banyak yang mempertanyakan alasan menjadikan rooftop yang sangat diincar pengusaha properti dan kuliner ini dijadikan masjid. Namun justru hal ini melambangkan keyakinan bahwa jika Allah kita utamakan, maka kemuliaan dan keberkahan akan senantiasa dilimpahkan-Nya.
Pada saat pembangunan struktur kerangka atap masjid, bila dibangun dengan rancang bangun yang telah ada, maka tulisan Allah tidak terlihat dengan jelas. Posisinya kurang tinggi. Namun, bila ingin atap itu lebih tinggi dan struktur atap lebih menunjang, kami harus mengikhlaskan uang sebesar 30 milyar demi tulisan Allah terlihat jelas.
Ada satu hal unik saat awal pendirian Menara 165. Sebagaimana biasanya ketika membangun sebuah gedung tinggi, tentu yang pertama dilakukan adalah memasang pilling atau paku bumi. Pilling ditanam sampai ke dalam, kemudian baru dibuat fondasi. Namun ketika dilakukan pengeboran, mata bornya patah sampai mengeluarkan api. Ternyata di bawah Menara 165 ada batu yang sudah keras seperti fondasi yang sudah terjadi jutaan tahun yang lalu. Ketika batu itu diteliti di laboratorium di Bandung, oleh ahli fondasi Dr. Joni Firmansyah, batu keras itu bernama CEMENTED SAND. Joni menyimpulkan bahwa tidak perlu ada filling seperti gedung lainnya. Mengapa? Karena sampai kedalaman 40 meter sudah tersedia fondasi keras. Jika dibandingkan dengan gedung-gedung di sekitarnya, semuanya harus membangun pilar tembus ke bumi baru ada fondasi. Sedangkan gedung Menara 165 tidak memerlukan itu, karena sudah ada penopangnya sejak jutaan tahun yang lalu. Ini adalah investas dan karunia dari Allah yang luar biasa.
3. Siapa penggagas dan pemilik Menara 165?
Pendirian Menara 165 ini digagas oleh founder ESQ LC Ary Ginanjar Agustian yang ingin menjadikannya sebagai tonggak lahirnya Era Kebangkitan Moral & Karakter Bangsa. Di sinilah harapannya akan menjadi pusat kebudayaan yang berlandaskan 165.
Gedung ini dimiliki oleh para pemegang saham diantaranya Yayasan Wakaf Bangun Nurani Bangsa, yang menjadi pemegang saham terbesar. Semua keuntungannya akan dipakai untuk membantu anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhuafa.
Di gedung ini, di samping perkantoran terdapat tempat training ESQ dan berbagai kegiatan umat. Di tempat ini banyak orang bahkan anak-anak mengenal Allah, dan kembali pada nilai-nilai spiritualitas, sehingga kelak mereka akan mampu mengubah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermoral dan bermartabat. adanya sarana untuk membina alumni sekaligus melakukan kegiatan ekonomi dan sosial.
Menara 165 diresmikan pada Minggu (27/11) pagi oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Fauzi Bowo. “Dengan terdapatnya mushala di puncak gedung, mudah-mudahan Menara 165 akan menjadi ikon umat Islam tidak hanya Indonesia tetapi dunia,” ujar Fauzi Bowo.
4. Benarkah Pendirian Menara 165 Pernah Terhenti?
Menurut pendiri Menara 165, Ary Ginanjar bahwa setelah pembangunan lantai empat diselesaikan, dana habis. Berbagai cara dilakukan namun menghadapi kendala dan tak ada pihak yang mau membantu. Di saat itu, bank hanya mau menerima Ary Ginanjar sebagai jaminan termasuk rumah dan property pribadi.
Ada hal unik yang dilakukan. Saat itu, setiap kali Ary Ginanjar dalam perjalanan menuju kantornya, ia melewati sebuah bangunan yang saya tidak tahu siapa pemiliknya. Gedung itu belum selesai, sekian lama yang tampak hanya tiang-tiang beton kosong melompong. Ia selalu mendoakan agar gedung itu segera selesai. Bukan hanya itu, setiap kali di jalan, ia melihat siapa saja tukang bakso, supir taksi, melihat warung yang sepi pengunjung, selalu didoakan. Termasuk setiap kali melewati gedung itu.
Setelah dua tahun berlalu, ia melihat beberapa tukang mulai melanjutkan membangun gedung tersebut. Akhirnya, setelah sekian lama, gedung itu selesai. Apa yang terjadi? Ternyata Gedung Menara 165 yang hampir senasib dengan Gedung tersebut akhirnya selesai juga berdiri dalam waktu bersamaan.
Menara pun tegak menjulang dan setidaknya 100 ribu mata setiap harinya memandang agungnya lafaz Allah di puncak Menara. Berdzikir Bersama dengan yang berada di bawah naungannya untuk menyatakan dengan mata dan hati bahwa Dia yang Mahatinggi di atas segala urusan hamba di atas muka bumi-Nya.