ESQNews.id, JENEWA – St. Gallen menjadi negara bagian kedua di Swiss yang memberikan suara dalam referendum untuk melarang pemakaian cadar di ruang publik. Mayoritas dua pertiga pemilih di wilayah St. Gallen mendukung larangan penggunaan cadar, menurut media setempat.
"Jumlah pemilih pada Minggu adalah 35,8 persen, dengan total 73.830 orang dari total jumlah penduduk sekitar 500.000 orang, mereka mendukung langkah itu," Seperti dilansir SWI swissinfo, layanan internasional dari Swiss Broadcasting Corporation (SBC).
St. Gallen adalah negara bagian kedua di negara itu yang memperkenalkan larangan cadar. Pada 2013, dua pertiga orang di negara bagian Ticino yang berbahasa Italia juga mendukung larangan yang kemudian diberlakukan pada tahun 2016.
Swiss memiliki 26 negara bagian, dengan Zurich - yang berpenduduk lebih dari 1,5 juta orang - sebagai wilayah yang paling padat penduduknya. Sementara Partai Rakyat Swiss (PKI) sayap kanan memuji tindakan itu, para penentang menuduhnya sebagai hasutan, karena sebelumnya tindakan memaksa seorang wanita untuk mengenakan cadar telah menjadi ilegal.
Jika larangan bercadar tersebut disahkan, polisi akan memiliki kewenangan untuk memutuskan apakah seseorang yang menutupi wajahnya dianggap mengancam atau membahayakan keamanan publik atau perdamaian agama dan sosial.
Fredy Fassler, sebagai penanggungjawab keamanan dan keadilan di negara bagian St.Gallen, mengatakan bahwa dia tidak terkejut dengan hasilnya, tetapi menambahkan bahwa itu tidak akan berpengaruh.
"Saya belum pernah melihat seorang pun menggunakan cadar di St. Gallen," katanya.
Fredy menambahkan bahwa dia tidak bisa membayangkan jika peraturan dari larangan itu dipenuhi, situs web SWI melaporkan. Sekitar 420.000 Muslim Swiss membentuk sekitar 5 persen dari total 8,37 juta penduduknya. Pada 2017, parlemen Swiss menolak proposal larangan cadar nasional.