EKONOMI
Oleh: Elfindri, UnandESQNews.id, JAKARTA - Sebagai sebuah target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen merupakan sebuah keniscayaan. Karena itu melampaui sebuah hasil kajian akademik untuk konteks Indonesia.Jika dasar pertumbuhan ekonomi yang tinggi dicapai oleh China sebelumnya, maka banyak sekali persyaratan pertumbuhan makro ekonomi setinggi itu. Diantaranya adalah nilai "estimasi" incremental capital output ratio (ICOR). Semakin kecil nilainya semakin bagus, begitu sebaliknya.Di Indonesia nilai ICOR yang pasti belum diketahui, tatkala data tentang stok modal dihasilkan hanya dari perkiraan, bukan akumulasi nilai modal yang real. Sehingga banyak yang memperkirakan angka ICOR pada rentang 4-4.5, itu menunjukkan tidak efisiennya sebuah perekonomian negara.Nilai ICOR yang tidak efisien bisa disebabkan banyak hal, buruknya pelayanan publik, rendahnya mutu infrastruktur, rendahnya teknology dan rendahnya produktivitas tenaga kerja. Tentu pembenahan aspek-aspek itu tidak bisa segera dan membutuhkan waktu.<more>Di samping faktor korupsi yang juga berperan besar dalam menghasilkan nilai ICOR yang tinggi. Jika pemberantasan korupsi bisa lebih cepat disertai penyiapan secara terintegrasi mutu tenaga kerja, maka ada harapan. Harapan ada pada investor yang menjadi tertarik akan keseriusan kita dalam membenahi berbagai faktor penghalang mereka berhasil.Mengakali TerobosanLantas sebagai sebuah semangat, justru dengan membuat prediksi ekonomi yang tinggi kita semua harus sadar bahwa pesan semangat untuk bertindak menjadi negara lebih berhasil sangatlah perlu. Harus ada akal yang banyak untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang quantum itu.Pertama keberpihakan untuk masyarakat miskin dan anak anak bisa dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru.Program Sumberdaya Manusia yang menciptakan permintaan lewat konsumsi adalah salah satu berdampak pada sumber pertumbuhan ekonomi. Program pemberian makanan bayi dan anak sekolah, serta infrastruktur Sumberdaya Manusia misalnya diperkirakan berdampak sebagai sumber pertumbuhan ekonomi.Kedua adalah program substitusi impor dengan wujud kemandirian bangsa. Kita masih memerlukan banyak devisa untuk keperluan impor pangan (khususnya terigu, kedele, dan daging), yang bisa diakali sekuat tenaga untuk memproduksi bahan sebagai substitusi. Saat bersamaan, juga mengakali permesinan pertanian teknologi tepat guna.Substitusi impor ini juga bisa dilakukan dibidang pertahanan, misalnya melahirkan produk sendiri yang terseleksi, misal pesawat terbang untuk kategori dimana kita sudah sanggup memproduksinya.Dibidang energy, substitusi impor minyak juga bisa diwujudkan lewat memproduksi substitusi BBM dengan RON cukup untuk kendaraan bermotor, dari bio-energy berbahan baku Kelapa Sawit.Sekarang waktunya mewujudkan mimpi Habibie untuk proyek proyek strategis nasional tersebut.Ketiga ekspor tenaga kerja semi terampil. Indonesia memiliki sumberdaya khusus yang diperlukan di negara Timur Tengah dan negara maju eropa, Jepang, dan Australia, dibidang pertanian, juru rawat, tenaga juru mudi, juru masak, perhotelan, perkapalan, dan lainnya. Pasar pasar seperti ini tinggal menyiapkan training bahasa dan mental sebelum diberangkatkan.Keempat adalah memastikan ulang bagaimana managemen pertambangan dengan mengkaji ulang hilirisasi dan prioritas serta pengelolaannya.Ini sebuah pekerjaan yang tidak terlalu berat agar dapat diperkirakan berapa sebenarnya potensi penerimaan negara dari komponen tambang (Batu bara, Emas, Besi dan Nikel), ketika pengelolaanya serampangan, maka justru yang memperoleh hasil terbesar bukan dirasakan oleh negara dan anak bangsa. Manajemen pengelolaan tambang (termasuk perkebunan) sudah saatnya dikuasai oleh negara dengan disiplin super ketat.Kelima adalah memastikan daerah tujuan wisata agar mampu menampung wisata domestik dan manca negara tidak saja Bali, namun wilayah wilayah potensial.Ini didukung oleh pengembangan produksi industri kreative bermutu termasuk dukungan terhadap produksi kerajinan dan karya kreative anak bangsa. Pembenahan daerah tujuan wisata terhadap fasilitas kebersihan, premanisme dan kualitas kuliner mungkin menjadi support system disamping penyediaan tiket pesawat dan kapal penyebrangan murah.Semoga saja pandangan di atas segera dijadikan agenda oleh daerah daerah untuk mewujudkannya.