EKONOMI
ESQNews.id, JAKARTA - Merencanakan keuangan merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, karena jika tidak bijak dalam mengontrol pemasukan dan pengeluaran uang, maka kecenderungan manusia sebagai makhluk yang konsumtif menjadikannya boros dan hal tersebut tidak baik jika dilakukan terus-menerus.Selanjutnya, bagaimana kita harus memulai agar dapat memanajemen keuangan dengan baik ?Kebiasaan menabung atau menyimpan uang bermula dari bagaimana mindset kita terhadap pengelolaan keuangan. Hindari menganggap teknik menghemat uang sebagai hal yang membatasi - meskipun kebanyakan orang sering merasa seperti itu. Dilansir melalui Nerdwallet.com, memikirkan anggaran sebagai rencana pengeluaran agar dapat menghemat uang, bukan berarti Anda tidak mengeluarkan uang sama sekali. Sebagai perencana keuangan, kita harus memilih beberapa tujuan yang harus diprioritaskan dalam melakukan pengeluaran.Cobalah untuk menggunakan rumus anggaran 50/30/20 dalam memanajemen keuangan secara cerdas. Luangkan 50% penghasilan Anda untuk kebutuhan, 30% untuk keinginan dan 20% untuk tabungan. Jika Anda menemukan salah satu alokasi melebihi persentase ini, maka buatlah penyesuaian agar sama dengan rumus.Berdasarkan hasil wawancara ESQNews.id terhadap salah seorang karyawan swasta bernama Dewi Masruroh, dulunya adalah seorang mahasiswi perantauan dan setiap bulan harus melakukan pengeluaran untuk berbagai kebutuhan dengan pemasukan tiap bulan mengandalkan uang beasiswa yang tidak terlalu besar nilainya. Maka disinilah seni manajemen keuangan seorang anak kost dimulai.Dewi Masruroh atau akrab disapa Dewi, menggunakan 50% uang beasiswa yang didapatkannya setiap bulan untuk kebutuhan perkuliahan dan kebutuhan sehari-hari. Setiap bulan Dewi mendapatkan Rp 700.000 dari beasiswa. Sejumlah Rp 350.000, Dewi gunakan untuk keperluan membayar kostan, makan sehari-hari, dan kebutuhan perkuliahan. Selanjutnya sebesar 30% atau sekitar Rp 140.000 digunakan untuk keinginannya seperti membeli baju, perlengkapan wanita, dan membeli barang yang diinginkan lainnya. Dan sebesar 20% sisanya, ia pergunakan untuk ditabung atau bahkan untuk melakukan investasi dengan menanamkan saham pada suatu perusahaan.Kesehariannya tidak terlepas dari upaya untuk menghemat pengeluaran yang dirasa tidak perlu. Maka dengan begitu, ketika ada keperluan yang sifatnya “mendadak” maka ada uang yang sebelumnya sudah ditabung dan hasil saham yang telah diinvestasikannya. Hal tersebut diperlukan aksi yang nyata agar ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan mendesak dan pada saat itu membutuhkan uang, maka kita bisa menggunakan uang yang sebelumnya telah kita tabung.Adapun, Direktur Panin Asset Management, Bapak Rudiyanto Zh memberikan referensi lain dalam melakukan perencanaan bagaimana menghabiskan penghasilan bagi Anda yang sudah bekerja adalah penggunaan prinsip 10 – 20 – 30 – 40. Penjumlahan dari 10 + 20 + 30 + 40 adalah 100. Angka tersebut menunjukkan berapa persen dari penghasilan yang sebaiknya dialokasikan.Konsep 10-20-30-40, jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi, Misalkan penghasilan per bulan Rp 4 juta, maka sebanyak Rp 400.000 untuk Kebaikan, Rp 800.000 untuk Masa Depan, Rp 1.200.000 untuk Cicilan dan Rp 1.600.000 untuk Kebutuhan.Alokasi di atas bersifat usulan, anda dapat menyesuaikan sendiri sesuai dengan kondisi keuangan anda. Dan jika anda termasuk kategori masyarakat yang berpenghasilan jauh di atas rata-rata sehingga sebenarnya 10 persen dari penghasilan anda sudah cukup untuk kebutuhan, maka beberapa komponen di atas juga bisa dibalik seperti 10 persen untuk Kebutuhan dan 40 persen untuk Kebaikan.