ESQNews.id, JAKARTA - Pada suatu hari, tersebutlah seorang "Quburiyyun" mengajak seorang Ikhwan ke sebuah kuburan keramat.
Ikhwan : "Lho… koq kita malah kemari...??"
Quburiyyun : "Iya… mampir sebentar, ada sedikit keperluan"
Ikhwan : "Ada keperluan apa di kuburan malam-malam gini...??”
Quburiyyun : "Besok pagi kita kan mau pergi khuruj, jadi kita perlu ziarah kemari"
Ikhwan : "Memang apa hubungannya pergi khuruj dengan ziarah kubur...??"
Quburiyyun : "Ya ada. Supaya khuruj kita nanti lebih selamat dan dimudahkan Allah Ta'ala"
Ikhwan : "Lho.....??? Kalau ingin selamat dan dimudahkan kenapa tidak berdo'a dan minta langsung kepada Allah Ta'ala saja...?? Kenapa harus ada acara ke kuburan...??"
Quburiyyun : "Ziarah kubur itu dianjurkan dalam Islam, banyak dalilnya. Jangan seperti Wahabi yang melarang ziarah kubur.....!!!"
Ikhwan : "Masak Wahabi melarang ziarah kubur.....??? Kata siapa.....??? Sepengetahuan saya bahwa ziarah kubur dianjurkan dalam Islam dan banyak dalilnya, dan setahuku gak ada tuh yang melarang ziarah kubur, bahkan Wahabi juga ziarah kubur. Yang dilarang adalah ziarah kubur yang menyelisihi syari'at"
Quburiyyun : "Seperti apa ziarah kubur yang syar'i...??".
Ikhwan : "Kita sebatas mengucapkan salam kepada penghuni kubur dan mendo'akannya, selain itu untuk mengingatkan kita kepada kematian".
Quburiyyun : "Nah… saya juga seperti itu ziarah kuburnya. Jadi ziarah saya ini sesuai syar'i. Jadi kenapa kamu mempermasalahkannya.......????"
Ikhwan : "Bukankah kamu tadi mengatakan bahwa niatmu ziarah kubur disini supaya kepergian kita besok bisa lebih selamat dan dimudahkan Allah Ta'ala.......????"
Quburiyyun : "Iya, bukankah itu termasuk dari memohon perminta'an dan berdo'a juga.....??? apa yang salah.....???"
Ikhwan : "Berarti kamu meminta keselamatan dan kemudahan kepada orang yang sudah mati atau penghuni kubur ini, hati-hati perbuatan seperti itu bisa jatuh dalam perkara Syirik, karena meminta keselamatan dan kemudahan kepada selain Allah Ta'ala. Bukankah yang bisa memberikan keselamatan dan kemudahan hanyalah Allah Ta'ala.....???"
Quburiyyun : "Saya tidak meminta keselamatan dan kemudahan kepada penghuni kubur ini.....!!! Saya juga tahu bahwasanya hanya Allah Ta'ala yang mampu memberikan keselamatan dan kemudahan......!!!".
Ikhwan : "Kalau kamu mengetahuinya, lantas kenapa harus mendatangi kuburan ini untuk minta keselamatan...?? Kenapa tidak berdo'a langsung kepada Allah Ta'ala di rumah atau di masjid.......????"
Quburiyyun : "Saya hanya bertawassul (menjadikan wasilah/perantara) kepada penghuni kuburan ini. Karena pemiliki kuburan ini adalah orang shalih atau wali Allah Ta'ala. Saya meminta kepada penghuni kubur ini agar mendo'akan atau menyampaikan permintaan saya kepada Allah Ta'ala. Saya tidak meminta langsung kepada penghuni kubur ini, tapi hanya menjadikan dia sebagai perantara saja".
Ikhwan : "Kenapa kamu menjadikan orang yang sudah mati sebagai perantara....??? Bukankah dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.....??? Ketika orang ini masih hidup saja, dia tidak mampu memberi kamu keselamatan, apalagi ketika dia telah meninggal, lebih tidak mampu lagi. Hanya Allah Ta'ala yang mampu memberi keselamatan dan atas izin-Nya"
Quburiyyun : "Kamu jangan berkata seperti itu, penghuni kubur ini adalah orang shalih, nanti kamu bisa kualat jika berkata seperti itu....!!! Wali Allah itu tidak sama dengan orang biasa......!!!"
Ikhwan : "Berdo'alah kepada Allah Ta'ala secara langsung tanpa melalui perantara kepada orang yang sudah mati. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan Rabbmu berfirman : "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu".
(QS. Al-Mukmin : 60).
<more>
Quburiyyun : "Kamu telah keliru dalam memahami makna tawassul.....!!!. Sesungguhnya bila ada salah seorang diantara kita mempunyai urusan dengan seorang Raja atau Penguasa atau Menteri yang memiliki kedudukan yang sangat besar, maka ia tidak mungkin menghadap kepadanya secara langsung, karena ia merasa tidak akan diperhatikan nantinya. Makanya kita mencari seorang yang dikenal oleh Raja tersebut, yang dekat dengannya, yang didengar olehnya, lalu kita jadikan dia sebagai perantara antara kita dengan Raja atau Penguasa itu. Dengan begitu, niscaya urusan kita akan diperhatikan oleh Raja. Begitu juga halnya antara saya dengan orang shalih tersebut, yang mana orang shalih itu adalah perantara saya dalam meminta kepada Allah Ta'ala.....!!!.
Ikhwan : "Astaghfirullah….. Tidakkah kamu tahu bahwa sesungguhnya kamu baru saja menyamakan Allah Ta'ala dengan makhluk-Nya........??!! Bahkan menyamakan Allah Ta'ala dengan makhluk-Nya yang zhalim dan keji.......??!! Wal iyadzubillah…..!!!".
Quburiyyun : "Maksudnya.....??? Saya tidak ada menyamakan Allah Ta'ala dengan makhluk-Nya. Saya hanya mengambil qiyas, bukankah qiyas juga merupakan sumber hukum".
Ikhwan : "Betul, qiyas bisa dijadikan dalil, tapi tidak dalam perkara ibadah, dalam perkara ibadah harus jelas dalil dan tuntunannya, tidak sekedar di reka-reka seperti ini. Apalagi yang kamu qiyaskan adalah sama saja dengan menyamakan atau menyerupakan Allah Ta'ala, Dzat Yang Maha Mengurus langit dan bumi, Hakim Yang Maha Adil dan Bijaksana, dan Rabb Yang Maha Penyantun dan Penyanyang, lantas kamu samakan dengan Raja atau Penguasa yang faktanya banyak yang zhalim, diktator, sewenang-wenang, dan tidak memperhatikan kemaslahatan rakyatnya, yang mana mereka telah menjadikan antara dirinya dan rakyatnya dengan tirai pemisah dan pengawal, sehingga rakyatnya tidak mungkin menghadap Rajanya kecuali dengan perantara atau sarana, bahkan sering didapati dengan suap menyuap.....!!!.
Sekiranya seseorang menghadap seorang penguasa secara langsung, berbicara dengannya tanpa perantara atau pengawal, apakah hal itu menjadi sikap yang lebih sempurna dan lebih terpuji baginya, ataukah ketika ia menghadapnya dengan cara perantara yang kemungkinan butuh waktu yang terkadang panjang dan terkadang pendek.....???".
Quburiyyun : (Terdiam sambil nelan ludah)
Ikhwan : "Kamu bangga dengan Khalifah Umar bin Al Khaththab, bukan....??? Salah satu kebanggaan kalian adalah beliau sangat dekat dengan rakyatnya, sehingga orang yang miskin atau lemah, bahkan yang ndeso sekalipun mampu bertemu secara langsung dan bercakap-cakap dengan beliau, tanpa harus ada perantara atau pengawal. Maka perhatikanlah, apakah penguasa yang seperti ini lebih baik dan lebih utama ataukah penguasa yang menjadi acuan qiyas kamu terhadap Allah Ta'ala yang harus melalui perantara....??? Menyerupakan Allah Ta'ala dengan makhluk-Nya yaitu Penguasa yang adil saja sangat dilarang, apalagi menyerupakan Allah Ta'ala dengan Penguasa yang zhalim, jahat atau buruk.......??!!".
Quburiyyun : "Bukankah tidak ada dalil yang melarang bertawassul kepada orang yang sudah mati......??? Jika hal itu dilarang, mana dalilnya........?????".
Ikhwan : "Tawassul merupakan bentuk ibadah, jadi segala macam bentuk ibadah itu harus disertai dalil. Ada kaidah yang menjelaskan bahwa hukum asal ibadah itu terlarang, sampai ada dalil yang memerintahkannya. Seperti halnya sebagai contoh yakni adzan saat shalat Ied, apakah ada dalil yang melarang adzan shalat Ied.....??? Jika tidak ada, apakah boleh diamalkan.....???".
Quburiyyun : "Baiklah… tapi dengarkan, Sudah banyak kejadian, dan ini nyata, tidak dusta.....!!!. Yaitu banyak orang yang datang ke kuburan ini kemudian bertawassul kepada penghuni kubur ini, lalu tidak lama kemudian perminta'an dan do'anya terkabul.....!!!. Dagangan sepi datang kekuburan ini dagangan jadi laris manis, pengen punya momongan datang kesini akhirnya terkabul punya momongan, pengen cepet dapat jodoh pun banyak yang akhirnya segera nikah setelah ziarah kesini, para caleg pun banyak yang berhasil setelah datang kesini, dan masih banyak lagi contohnya, ini benar-benar terjadi.....!!!. Sehingga semakin banyak orang yang mendatangi kuburan ini kemudian hajat dan do'a-do'a mereka banyak yang terkabul. Seandainya tawassul seperti itu salah, lantas kenapa Allah Ta'ala mengabulkan perminta'an-perminta'an mereka.......???? Hayoooo...".
Ikhwan : "Terkabulnya do'a dan perminta'an-perminta'an seperti itu adalah ujian dari Allah Ta'ala untuk orang-orang tersebut, dan bukan berarti perbuatan tersebut merupakan tolak ukur kebenaran, apalagi jika orang-orang menyangka ini semua karena sebab penghuni kubur ini yang memiliki keutamaan dan karamah. Tidak seperti itu. itu adalah pemahaman yang keliru.
Yang perlu kamu ketahui juga, bahwa Allah Ta'ala juga memberikan ujian kepada hamba-Nya dengan cara memudahkan kemaksiatan untuknya. Dan ini adalah suatu perkara yang terjadi pada umat-umat terdahulu dan juga pada umat ini".
Quburiyyun : "Maksudnya....??? saya belum paham…".
Ikhwan : "Saya kasih contoh… Salah satu ujian dari Allah Ta'ala dengan cara memberikan kemudahan dalam bermaksiat adalah seperti kisahnya Bani Israil yang melanggar aturan pada hari Sabtu (lihat surah Al A'raf: 163). Allah Ta'ala mengharamkan Bani Israil untuk memancing ikan pada hari Sabtu, dan mereka tetap dalam kondisi seperti itu beberapa waktu lamanya. Kemudian Allah Ta'ala menguji mereka dengan adanya ikan-ikan besar pada hari Sabtu, ikan-ikan besar itu muncul dengan sangat banyak kepermukaan laut pada hari Sabtu, sedangkan di hari lainnya tidak mereka dapati. Maka Bani Israil membuat tipu daya dan strategi. Mereka kemudian meletakkan jala dan memasangnya pada hari jumat, lalu jika ikan-ikan itu muncul pada hari Sabtu pastilah ikan-ikan itu akan terperangkap dan mereka tidak akan bisa keluar dari jala itu. Dan bila hari Ahad tiba, maka mereka pergi mengambil jala tersebut dan mendapatkan banyak ikan di dalamnya. Dengan tipu daya mereka akhirnya Allah Ta'ala mengadzab mereka dengan merubahnya menjadi kera.
Begitu halnya dengan do'a-do'a mereka yang dikabulkan oleh Allah Ta'ala karena tawassulnya kepada orang yang sudah mati. Allah Ta'ala sengaja memberikan ujian kepada mereka dengan memberikan kemudahan dalam bermaksiat, hingga tiba waktunya datang adzab dari Allah Ta'ala. Wallahul musta'an".
Quburiyyun : "Astaghfirullah…..!!! Lantas bagaimana halnya dengan dalil-dalil yang menyebutkan tentang bolehnya tawassul kepada orang yang sudah mati.....???".
Ikhwan : "Ada waktu tersendiri untuk membahas dalil-dalil tersebut, dan itu butuh waktu yang luang dan panjang. Intinya, seluruh dalil yang dipakai oleh orang-orang yang membolehkan tawassul dengan orang yang telah mati, ada dua kemungkinan :
a) Dalil itu dha'if atau
b) Dalil itu shahih, tetapi difahami dengan keliru.
Ketahuilah saudaraku, penghuni kubur sudah tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Semua amalan-amalannya telah terputus, kecuali 3 yaitu anak shalih yang mendo'akan, ilmu yang bermanfa'at, dan shadaqah jariyah.
Seharusnya kamu lah yang mendo'akannya agar dia selamat dari adzab kubur dan api neraka, bukannya kamu yang malah meminta dia untuk mendo'akan kamu, terbalik itu.....!!!. Penghuni kubur justru sangat membutuhkan do'a dari kita, karena kita tidak tahu apa yang dia alami di dalam kubur ini.
Dari 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata :
"Kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila selesai menguburkan mayat, beliau berdiri lalu bersabda, "Mohonkanlah ampunan untuk saudaramu dan mintalah keteguhan, sesungguhnya sekarang dia sedang ditanya".
(HR. Abu Dawud dan Hakim).
Lagi pula, dia juga tidak bisa mendengar perkata'an kamu, Allah Ta'ala berfirman :
"Dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar".
(Qs. Fathir: 22).
Dan andaikan mereka (mayit) bisa mendengar seruanmu pun mereka tidak sanggup berbuat apa-apa.
In tad'uuhum laayasma'uu du'aa-akum walaw sami'uu maaistajaabuu lakum wayawma lqiyaamati yakfuruuna bisyirkikum walaayunabbi-uka mitslu khabiir
" Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui".
(QS. Fathir : 14).
Quburiyyun : (Terdiam sambil garuk-garuk kepala).