Jumat, H / 29 Maret 2024

Di Indonesia, Bencana Alam Berpotensi Hoax

Jumat 12 Oct 2018 09:39 WIB

Singgih Wiryono

Hoax

Foto: ESQ Media/freepik

ESQNews.id, JAKARTA - Bencana alam memberikan dampak beragam di kalangan masyarakat. Jika berkaca dari Jepang, setiap bencana alam di Jepang memiliki penanganan yang luar biasa bahkan dari warga yang terkena dampak bencana.


Seringkali negeri sakura tersebut dijadikan role model untuk penanganan bencana, khususnya gempa bumi. Selain terletak di lempeng Asia Pasifik yang terus bergerak, Jepang juga kerap diserang angin topan dan banjir karena perubahan cuaca.


Berbeda dengan di Indonesia, dampak bencana alam, terlebih gempa bumi yang melanda beberapa waktu lalu tidak hanya berpotensi tsunami. Bencana alam sering dimanfaatkan segelintir orang untuk menyebarkan berita dan informasi hoax yang menimbulkan keresahan.


Beberapa waktu lalu saat Lombok diguncang gempa bumi selama hampir sebulan. Informasi hoax prediksi gempa bumi yang akan datang dengan kekuatan yang lebih besar merebah di masyarakat Lombok. Selain itu, beredar juga berita jejak telapak tangan raksasa di rumah warga yang selamat dari guncangan gempa.


Telapak tangan itu kemudian dikaitkan dengan makhluk halus dan meresahkan warga. Usut dari Kepolisian Daerah Nusa Tenggara Barat, isu tersebut dibuat oleh sekelompok orang yang memanfaatkan moment bencana alam untuk mencuri barang berharga warga yang meninggalkan rumah mereka karena takut atas isu hoax yang dibuat.


Tidak hanya di Lombok, bencana gempa bumi dan tsunami juga dimanfaatkan sebagian kelompok masyarakat untuk menebar hoax. Informasi-informasi semacam gempa susulan membuat kepanikan masyarakat sekitar dan akhirnya melakukan penjarahan.


Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sebagai lembaga yang bertanggungjawab atas informasi terkini gempa bumi dan cuaca sempat dibuat geram atas fenomena hoax tersebut. Gempa bumi terakhir yang terjadi di Situbondo, Jawa Timur juga tak terlepas oleh kemunculan Hoax.


Gempa bumi berkekuatan 6,4 Magnitudo pada 11 Oktober tersebut diinformasikan akan terjadi susulan yang lebih besar dengan kekuatan di atas 8 Magnitudo.


Merespons hal tersebut, akun twitter resmi BMKG mengatakan untuk saat ini belum ada alat yang bisa memprediksi datangnya gempa hingga saat ini. Bahkan karena seringnya BMKG menyampaikan hal tersebut, pada 12 Oktober akun BMKG menjawab dengan nada bercanda.


"Sekadar mengingatkan kembali dan #BMKG sering menyampaikan; bahwa saat ini #gempa belum dapat DIRAMAL (atau diprediksi) secara tepat di mana lokasinya, berapa kekuatannya, dan kapan waktunya. https://twitter.com/infoBMKG/status/1050544888570306560Tapi... untuk si doi segeralah untuk DILAMAR, sebelum ditikung kawan. ??" ditulis 5.33 WIB, Jumat (11/10).



Namun hingga saat ini belum ada program untuk pencegahan hoax saat bencana alam terjadi. Jangankan untuk program pencegahan hoax, kurikulum untuk tanggap darurat bencana di sekolah pun belum ada. Padahal, Indonesia ditakdirkan berdiri di atas ring of fire.


Bagaimana semestinya kita menyikapi fenomena alam bercampur hoax ini? Pembaca bisa memberikan komentar membangun bersama kesadaran tanggap darurat bersama dan anti hoax.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA