LIFESTYLE
Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi tiap orang bisa berbeda-bedaESQNews.id, JAKARTA – Masyarakat
dunia memperingati Hari Lupus Sedunia setiap tanggal 10 Mei untuk
memperingatkan bahaya penyakit ini. Saat ini diperkirakan ada lima juta
pasien lupus tersebar di seluruh dunia dan setiap tahunnya terus
mengalami peningkatan.Lupus adalah penyakit peradangan (inflamasi) kronis yang disebabkan
oleh sistem imun atau kekebalan tubuh yang menyerang sel, jaringan, dan
organ tubuh sendiri. Penyakit seperti ini disebut penyakit autoimun.
Lupus dapat menyerang berbagai bagian dan organ tubuh seperti kulit,
sendi, sel darah, ginjal, paru-paru, jantung, otak, dan sumsum tulang
belakang, dilansir dari alodokter.
Pada kondisi normal, sistem imun akan melindungi tubuh dari infeksi.
Akan tetapi pada penderita lupus, sistem imun justru menyerang tubuhnya
sendiri. Penyebab terjadinya lupus pada seseorang hingga saat ini belum
diketahui. Sejauh ini, diduga penyakit yang lebih menyerang wanita
dibandingkan dengan laki-laki ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
genetik dan lingkungan.Ahli Rematologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
(UGM) Nyoman Kertia mengatakan kaum wanita usia produktif paling rentan
terserang penyakit autoimun lupus. “Bila dibandingkan dengan
laki-laki, wanita lebih sering terjangkit karena berhubungan dengan
aktivitas hormon,” ujar dia dalam siaran pers, Jumat (10/5/2019). “Wanita muda usia kisaran 15-25 tahun merupakan kelompok yang lebih rentan terkena lupus,” ujar dia. Menurut
dia, lupus merupakan penyakit seribu wajah sebab memiliki gejala tidak
khas. Gejala dan sakit yang ditimbulkan beragam dan manifestasi pada
tiap orang bisa berbeda-beda. “Orang dapat mengenali
gejala-gejala awal lupus antara lain nyeri pada sendi, demam, ruam di
kulit, rambut rontok, demam, sariawan, dan sensitif terhadap paparan
sinar matahari. “Jika sudah ada dua gejala, misalnya demam disertai nyeri sendi sebaiknya segera periksa ke dokter.” Hingga
kini kata Nyoman penyebab lupus belum diketahui secara pasti. Berbagai
faktor diduga berperan pada patofisiologis lupus, seperti faktor
genetika, infeksi, dan lingkungan seperti polusi dan makanan tidak
sehat. Penyakit ini, lanjut dia tidak dapat disembuhkan, namun
bisa dikendalikan sehingga ada kemungkinan kambuh apabila daya tahan
tubuh menurun. “Pasien tidak boleh kecapekan, tidak boleh stres, dan hindari berjemur,” ujar dia. Penyakit
ini menurut dia berbahaya jika tidak terkontrol ditangani dengan baik.
Apabila lupus sudah menyerang organ dalam, seperti paru-paru, ginjal
hingga otak maka pasien sulit tertolong. Menurut dia, menjaga
pola hidup sehat juga penting dilakukan seperti menghindari makanan
cepat saji, makanan yang diolah dengan dibakar, serta tidak merokok.