Jumat, H / 29 Maret 2024

Kobarkan Transformasi Bak Semangat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Rakornas Kemendagri BPSDM Sepakat Lakukan Transformasi ASN dengan BerAKHLAK

Selasa 06 Jun 2023 05:41 WIB

Reporter :Nisa Mufidah

Potret saat kegiatan berlangsung

Foto: dok. ESQ

ESQNews.id, JAKARTA - Dalam rangka membangun percepatan pengembangan kompetensi Pegawai Negeri Sipil Pemerintahan Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga, BPSDM Kemendagri menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Tahun 2023 dengan tajuk Kolaborasi ASN Unggul Mewujudkan Visi Nasional dan Daerah pada hari Senin, 5 Juni 2023.


RAKORNAS BPSDM 2023 yang digelar di Ballroom Flores, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat dibuka dengan sambutan oleh Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.


"Dengan bangga pagi ini rekan-rekan BPSDM berkumpul di DKI Jakarta yang kami harapkan dapat menjadi tulang punggung dalam menjalankan pemerintahan di Indonesia. Semoga Rakornas BPSDM ini dapat menyongsong Indonesia Emas 2045.”




Setelah sambutannya, bergilir kepada Wakil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) yakni John Wempi Wetipo yang menyebutkan dalam sambutannya peran Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah (BPSDM) untuk kemajuan bangsa Indonesia menuju visi Indonesia Emas 2045.


“Indonesia performa dalam kancah global perlu ditingkatkan melihat dari daya saing yang rendah. Dah peningkatan global ini banyak bergantung kepada sumber daya manusia. Yang menjadi perhatian khusus BPSDM.”


Melihat betapa penting BPSDM Kemendagri dalam penguatan program pengembangan SDM, Rakornas BPSDM ini dihadiri secara luring sebanyak 135 peserta dan peserta daring para kepala BKPSDM Kabupaten/Kota.


Untuk mendukung Rakornas BPSDM, menghadirkan Ary Ginanjar Agustian selaku Founder ACT Consulting International memberikan pemaparan materi dengan tema BerAKHLAK untuk Transformasi ASN.




Ary Ginanjar Katakan, "BPSDM jangan hanya bicara soal strategi, anggaran, sistem, namun bicara mengenai ASN adalah bicara manusia-manusianya. Berbicara mengenai manusia sesungguhnya bicara tentang perilaku manusia, maka dari itu presiden RI meluncurkan core values BerAKHLAK (Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).


Kondisi yang terjadi di Indonesia mengalami gempa, guncangan dalam VUCA, dimana perubahan terjadi begitu cepat, kehidupan penuh dengan ketidakpastian, aturan yang dibuat begitu banyak sehingga menjadi kompleks, serta penuh ambigu. 


Sehingga untuk bertahan dari guncangan yang terjadi, diperlukan fondasi yang kokoh seperti sebuah rumah yang tahan akan gempa bumi. Fondasinya dibangun kokoh untuk mempertahankan ASN dan Indonesia guna mencapai visi Indonesia Emas 2045, yaitu dengan memiliki core purpose (tujuan-tujuan dasar) dan core values (nilai-nilai dasar).


“Yang kita butuhkan SDM yang agility, sanggup menghadapi berbagai perubahan. Change agility, mental agility, .people agility, learning agility, dan result agility. Nah, bagaimana dalam pelaksanaannya?” Ary membuka pertanyaan untuk menuju pembahasan berikutnya.


Merujuk dalam PERMENPAN no. 38 Tahun 2017, bahwa ada tiga standar kompetensi ASN yakni kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Ary Ginanjar membedah menjadi 3 hal yang menjadi fokus dalam pembentukan SDM berkualitas.


Ada kejanggalan yang terjadi ketika ditemukan ASN bermasalah, yang sebenarnya sedang terjadi kesalahan ada dalam pelaksanaannya, pelaksanaan tugas ASN, namun yang dirubah, diperbaiki lagi lagi peraturannya.


Ini yang disebut-sebut dalam Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya.”




Yang dibicarakan mengenai kompetensi, skill dan knowledge berperan 30% dan attitude memiliki kontribusi besar 70% untuk dikenal sebagai moral dan perilaku yang saat ini digunakan sebagai core values BerAKHLAK.


Saat ini yang banyak bermasalah adalah pada kompetensi nomor tiga yakni kompetensi sosial kultural. Banyak ASN yang tidak sesuai dengan harapan karena banyak yang hanya mencari jabatan saja, masih banyak yang hanya mengejar nominal uang, banyak terjadi ketidakjujuran, bahkan kurangnya hati nurani dan keikhlasan. Sangat jauh dari employer branding ASN “Bangga Melayani Bangsa”.


“Karena sesungguhnya jika kita bicara teknis, kompetensi tersebut bisa sangat muda ditemukan di internet. Untuk memiliki kompetensi manajerial juga yang kita sebut dengan agility, kemampuan mengelola SDM masih dirasa mudah ditemukan dalam kanal internet.


Tapi yang sulit adalah membangun kompetensi sosial kultural. Kapasitas. Yang mana ini bukanlah skill, melainkan kapasitas hati, keluasan hati. Ini yang seharusnya menjadi fokus kita.” Tutur Ary Ginanjar.


Dengan sesi BerAKHLAK untuk Transformasi ASN, Ary mengajak Kemendagri BPSDM untuk bersungguh-sungguh membuat keputusan untuk merubah apa yang selama ini keliru. 


“Indonesia dapat berubah, Indonesia dapat merdeka karena adanya keputusan. Sebuah proklamasi.


Maka saya mengajak anda untuk membuat proklamasi pada hari ini.” Ary mengobarkan semangatnya yang menular kepada para peserta Rakornas yang hadir baik itu secara daring atau luring.




“Dalam era ini yang saat ini adalah era informasi, semua dapat berubah dengan cepat. Sehingga yang kita butuhkan adalah meluaskan hati, bukan kepala. Kapasitas ini yang kita butuhkan.” 


Ary melanjutkan dengan membagikan lima level sosio kultural ASN.


Yang pertama adalah dependent yang hanya fokus kepada orang lain untuk pemenuhan kebutuhan dasar. ASN hanya menunggu perintah saja bahkan tidak ada inisiatif. Ini level yang paling dasar.


Untuk level dua, ego independent yang mana ini adalah fokus dengan ego pribadi, fokusnya untuk mendapatkan banyak materi, fokusnya pada uang. Bagaimana dirinya bisa mendapatkan banyak materi, level ini masih hanya fokus untuk dirinya sendiri. Sehingga bukan level ini seharusnya ASN berada.


Pada level ketiga, fokusnya kepada orang lain dan lingkungan sosial untuk dirinya yakni socio dependent, untuk fokus kepada jabatannya. Seberapa tinggi jabatan, bagaimana mendapatkan sebuah kehormatan.


<more>


Ditunjukkan level keempat yaitu intra independent, di sinilah level dimana ASN memiliki prinsip dan nilai nilai yang diyakini. Pada level ini peserta setuju ASN minimal sekali ada dalam tingkatan empat.


Dan pada level lima, interdependent (noble purpose), ASN fokus untuk memberikan kontribusi kepada lingkungan sosial. Pekerjaan yang dikerjakan bukan lagi untuk memberi fokus terhadap dirinya sendiri saja, melainkan sudah memikirkan bentuk-bentuk kontribusi kepada lingkungan, kepada masyarakat. Inilah Bangga Melayani Bangsa.


“Sudah jelas apa yang telah dibuat oleh PERMENPAN mengenai tiga kompetensi. Maka kita fokuskan terlebih dahulu untuk kompetensi sosial kultural yakni kapasitas, kemudian kompetensi manajerial yaitu agility, dan terakhir barulah kompetensi teknis.” Ujar founder ACT Consulting International itu dalam akhir pemaparannya.




Ary Ginanjar juga berpesan untuk teruslah berusaha, bermimpi menuju Indonesia Emas 2045 dengan implementasi BerAKHLAK. Seperti tarik tambang, tariklah sekuat mungkin dengan segala kemampuan kita.


Peliharalah harapan, tidak berputus asa atas apapun yang terjadi, jangan menyalahkan lingkungan. Kita bersama-sama, Anda tidak sendiri.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA