ESQNews.id, JAKARTA – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menargetkan bahwa akan ada penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan internasional di Indonesia pada Tahun 2030. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya Peraturan Presiden (Perpres) tentang Nilai Ekonomi Karbon (NEK) atau carbon pricing.
Dengan adanya Perpres tersebut, Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang menggerakkan penanggulangan perubahan iklim berbasis pasar di tingkat global untuk menuju pemulihan ekonomi hijau yang berkelanjutan.
<more>
Bicara gas rumah kaca dan sebagai langkah maju dari sektor Hutan serta Penggunaan Lahan lainnya (Forest and Other Land Use/FOLU), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengeluarkan Keputusan Menteri No.168 tahun 2022. Hal itu menunjukkan keseriusan pemerintah yang mengusung konsep 'Indonesia FOLU Net Sink 2030' sebagai sebuah pendekatan dan strategi dimana pada tahun 2030, tingkat serapan emisi sektor FOLU ditargetkan sudah berimbang atau lebih tinggi dari pada tingkat emisinya (Net Sink).
Selanjutnya, setelah 2030 Sektor FOLU ditargetkan sudah dapat menyerap gas rumah kaca bersamaan dengan kegiatan penurunan emisi gas rumah kaca dari aktivitas transisi energi atau dekarbonisasi serta kegiatan eksplorasi sektor lainnya, tidak terkecuali sektor pertanian, untuk mencapai netral karbon/net-zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.
“Semua hal yang telah dikerjakan itu dan akan terus kita lakukan, sepenuhnya merupakan kerja keras putera puteri bangsa yang di antaranya didorong dan dilandasi kesadaran para Rimbawan dengan dedikasi tiada henti pada kelestarian lingkungan dan hutan secara fisik, dan lebih jauh kepada kelestarian fungsi alam,” kata Siti Nurbaya saat memberikan sambutannya dalam upacara Hari Bhakti Rimbawan Ke-39 Tahun 2022.
Untuk itu, Rima Ginanjar Architects yang merupakan unit bisnis dari ESQ Group mempunyai ambisi yang sangat besar untuk berkontribusi pada social and economic sustainability melalui sustainable buildings. Low Carbon Development Indonesia (LCDI) menyatakan semakin ambisius aksi kita dalam menanggulangi climate change, semakin baik bagi perekonomian Indonesia.
“Untuk membangun bangunan zero carbon butuh kerjasama dari banyak pihak. Di mulai dari arsitek hingga Kementerian. Kita harus menjaga sumber daya alam dan hutan kita. Bagi kepemerintahan mungkin arsitektur belum menjadi concern utama penyebab global warming seperti pabrik-pabrik dan tambang. Padahal bangunan berkontribusi sangat besar atas penggunaan sumber daya alam,” jelas Rima Ginanjar, selaku CEO dari PT Biruni Bio Arsitektur (Rima Ginanjar Architects).
Wanita yang merupakan anak ke-3 Motivator Indonesia Ary Ginanjar Agustian (Founder ESQ Group) itu menambahkan, “Memang belum ada peraturan khusus untuk desain bangunan yang sustainable, tapi kita mengambil inisiatif untuk melaraskan visi misi RGA dengan Menteri KLHK. Semoga ke depannya akan ada peraturan pemerintah yang mewajibkan gedung-gedung untuk lebih sustainable.”
Baru-baru ini, Rima Ginanjar Architects (PT Biruni Bio Arsitektur) meraih penghargaan dalam ajang Top Corporate Social Responsibility (CSR) Awards 2022 yang digelar di Hotel Raffles Jakarta, Rabu (30/3/2022). Ini merupakan acara CSR Awards terbesar yang diselenggarakan oleh majalah Top Business, diikuti oleh 160 perusahaan ternama mulai dari BUMN serta perusahaan-perusahaan nasional seperti Telkom, BCA, Astra, dan berbagai perusahaan tambang ternama lainnya.
Rima, seorang lulusan Master of Sustainable Environmental Design in Architecture (SEDA) di Liverpool itu mengusung tema “Rumah Tumbuh Anak Zero Carbon” yang membahas tentang pentingnya berinvestasi untuk generasi muda penerus bangsa.
“Rumah tumbuh anak zero carbon adalah bangunan yang menggunakan bahan material terbarukan. Menggunakan material lokal untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan atau proses pengangkutan. Kemudian mengambil manfaat dari energi surya, menghindari perubahan suhu dan menjaga kualitas sanitasi air dan udara,” jelas Rima, istri dari Ahmad Reza alumni ESQ Business School itu.
“Kami ingin membuat bangunan yang tahan terhadap perubahan iklim climate resilient buildings, peduli dan merespon isu climate change karena dampaknya akan sangat dirasakan oleh orang yang rentan, mengatasi isu pertumbuhan anak Indonesia yang diangkat oleh UNICEF Indonesia tahun 2020,” sambungnya.