ESQNews.id, JAKARTA - Forum Komunikasi Alumni ESQ (FKA) bersama Yayasan Desa Emas Indonesia (YDEI) dari tanggal 31 Januari hingga 2 Februari 2025 mengadakan kegiatan Training of Trainer (ToT) Gerakan Desa EMAS (Entrepreneurship, Mandiri, Adil dan Sejahtera) ESQ angkatan-1.
Kegiatan training Desa EMAS diikuti oleh 12 orang alumni ESQ dan diadakan di ESQ Training Center Cisarua.
”Ini adalah kegiatan lanjutan dari workshop Desa EMAS FKA yang telah diadakan sebelumnya. Training dirancang agar alumni ESQ siap terjun ke desa-desa dalam menjalankan Program Desa EMAS ESQ," ujar Sekretaris Jenderal FKA, Gita A. Fadilla.
Lebih jauh Gita mengatakan, "Training of Trainer ini bertujuan agar para alumni ESQ yang mengikuti pelatihan memiliki keterampilan yang cukup untuk menurunkan ilmunya, melatih para Patriot Desa yang tersebar di berbagai desa di Indonesia.
Bila mereka sudah melewati ToT ini, para alumni berhak menyandang gelar sebagai Patriot Bangsa Desa EMAS ESQ dan dapat memulai kegiatannya di desa," imbuh Gita.
Sementara itu, Ketua YDEI Iwan Agustiawan Fuad mengatakan bahwa materi yang diajarkan pada training kali ini merupakan materi yang harus diketahui para calon Patriot Bangsa.
“Kami memberikan materi training meliputi Sejarah Gerakan Saemaul Undong, Tahapan Utama Proyek dan Operasionalisasi Proyek. Selain itu kami juga memberikan pelatihan mengenai Umpan Balik maupun Tahapan akhir proyek," kata Iwan Fuad.
Lebih jauh Iwan mengatakan, yayasan yang dipimpinnya menurunkan pelatih kaliber nasional seperti Dr. Aries Muftie, Ustad Ali Mastari dan Master Trainer Donny S. Danaatmadja.
Iwan yang juga menjadi salah seorang trainer dalam ToT ini menambahkan, training ini juga membahas langkah-langkah dan strategi di dalam pelaksanaan Desa EMAS.
Dikatakannya, yayasannya juga mengajarkan tentang teknik-teknik menggerakkan ekonomi pedesaan, hingga berbagai diskusi mitigasi bila kondisi ekonomi desa dalam kondisi tidak stabil. Pendek kata kami berusaha memberikan yang terbaik agar mereka siap terjun ke desa," ujar Iwan Fuad.
<more>
Dalam ToT ini peserta juga berdiskusi membahas beberapa studi kasus maupun mendengar pengalaman dua orang Kepala Desa di Lampung dan Indramayu yang telah sukses menjalankan konsep Desa EMAS.
Disela-sela training, kegiatan ToT juga diisi dengan acara serah terima dokumen kerjasama antara YDEI dengan NGO Nice dari Malaysia. Sedangkan pada dini hari, peserta ToT diajak melakukan sholat tahajud dan subuh berjama’ah, maupun kultum agama dari salah seorang peserta training.
Iwan Azof, salah seorang peserta training mengatakan, bahwa training yang berlangsung sejak pagi hingga malam hari benar-benar sangat berguna bagi para alumni.
”Kami benar-benar digembleng agar menguasai segala permasalahan yang sering muncul dalam membangun desa. Kami juga bertukar pikiran tentang bagaimana mengatasi permasalahan yang dapat muncul selama program Desa EMAS berlangsung," ujar Iwan.
Gerakan Desa EMAS ESQ merupakan sebuah metoda pemberdayaan masyarakat desa yang disadur dari gerakan pembangunan desa yang sukses dilakukan di Korea Selatan.
Di negara asalnya, gerakan ini bernama ”Saemaul Undong” yang berarti "desa baru" atau "desa sejahtera".
Pada tahun 1970-an Presiden Park Chung-hee memimpin rakyat Korea Selatan untuk mengejar ketertinggalan negaranya. Sedangkan di Indonesia, gerakan Saemaul Undong diadaptasi menjadi Gerakan Desa EMAS. Gerakan ini berfokus mengembangkan desa menjadi desa EMAS (Entrepreneurship, Mandiri, Adil dan Sejahtera).
Ke depannya, metoda ini dapat digunakan dalam mendukung berbagai perusahaan yang menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) di wilayah operasionalnya masing-masing. (GAF)