Oleh: M. Nurroziqi
ESQNews.id - Setelah itu, Rasulullah Saw menguraikan apa yang menjadi rasa penasaran istri Sya'ban r.a,. Bahwa di saat sakarotul maut, Sya'ban r.a, ditunjukkan kembali tayangan perjalanan hidupnya. Dan disertai balasan atas setiap kebaikan-kebaikan yang sudah pernah dikerjakan.
>>> Sebelumnya: Hidup Serindu Ini [Part 1]
Dalam pandangannya itu, Sya'ban r.a, diperlihatkan betapa luar biasa pahala yang diterima dari perjalanannya yang ditempuh untuk mendirikan shalat berjamaah. Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu, Sya'ban r.a, diperlihatkan pahala-pahala yang diperolehnya dari setiap langkah kakinya berjalan menuju masjid. Untuk itulah, dia berteriak kenapa tidak yang lebih jauh. Rasa sesal itu muncul lantaran teramat sangat indahnya balasan pahala atas perjalanan yang ditempuhnya. Jika lebih jauh lagi, tentu akan mendapatkan yang jauh lebih mulia dari apa yang sudah diperolehnya.
Dalam penggalan kisah berikutnya, Sya'ban r.a, melihat saat dia akan berangkat shalat berjamaah di musim dingin. Ketika membuka pintu rumah, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia masuk kembali dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Sehingga dia memakai dua buah baju sekaligus untuk menghangatkan diri di tengah-tengah perjalanan yang dingin sekali. Dua baju itu dipakainya dengan meletakkan yang bagus di dalam. Kemudian membiarkan yang sudah jelek di luar.
Hal ini dilakukan agar ketika terkena kotor, cukup yang jelek saja. Dan yang baru terlindungi dan tetap bersih. Namun, di tengah perjalanan, Sya'ban r.a, menjumpai seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan. Spontan, Sya'ban r.a, membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama-sama ke masjid melakukan shalat berjamaah. Orang itupun terselamatkan dari kedinginan. Bahkan, sempat melakukan shalat berjamaah.
Melihat balasan teramat sangat indah atas sedekah baju yang tidak begitu indah, Sya'ba r.a, pun mengadu penuh sesal, kenapa tidak yang baru. Sebuah sesal atas ketidak-mampuannya mensedekahkan sesuatu yang jauh lebih bagus. Agar mendapatkan kemuliaan balasan yang jauh lebih indah dari yang sudah didapatkannya.
Di adegan ketiga, Sya'ban r.a, menikmati sarapan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Ketika hendak memulai sarapan, muncullah pengemis meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih dari tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Sya'ban r.a, pun bergegas membagi dua roti yang sudah hendak disantapnya. Begitu juga dengan segelas susunya. Kemudian mereka makan bersama-sama dengan porsi yang sama. Atas kebaikan ini, Sya'ban r.a, diperlihatkan balasan surga yang luar biasa. Ia tercengang dan sesal pun seketika datang. "Kenapa tidak semua?", ujarnya. Seandainya seluruh roti itu diberikan semua kepada pengemis, tentu dia akan mendapatkan balasan yang jauh lebih mulia dari yang sudah didapatkannya.
Sepenggal kisah kehidupan sahabat Rasulullah Saw ini, adalah pelajaran berharga atas rindu-rindu yang belum tersampaikan semua. Sehingga sesal seringkali menyelinap hadir di ujung kisah. Rasa rindu kepada Allah Swt, sehingga perjalanan sejauh apapun ditempuh demi bisa bersujud dan menghamba secara berjamaah sebagai satu keutamaan. Yang jauh pun akan menjadi dekat jika ada cinta di dada.
Yang jauh pun akan mudah dicapai jika rindu yang turut menghiasi perjalanan. Demikianpun tentang kesanggupan berbagi kenyamanan dan kebutuhan. Ini, tentu tidak mungkin terjadi jika tidak ada ruang rindu di hati. Bagaimana hendak memberikan kenyamanan dan kebutuhan yang serupa dengan yang kita rasakan, jika tidak ada cinta yang mendalam terhadap sesama hidup dan kehidupan?
Demikianlah, bahwa setiap rindu harus benar-benar tersampaikan secara benar kepada yang Maha Merindukan. Allah Swt.
Semoga kerinduan ini hanya selalu untuk-Nya semata. Dan setiap pelayanan dan kebaikan terhadap sesama hidup, adalah bagian dari rasa rindu yang tidak terperi atas kucuran kasih dan sayang-Nya terhadap kita semua.
*M. Nurroziqi. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya. Penulis buku-buku Motivasi Islam.