Kamis, H / 28 Maret 2024

Rahmah

Sabtu 14 Oct 2023 08:06 WIB

Author :M. Nurroziqi

ilustrasi.

Foto: shutterstock


Oleh : M. Nurroziqi

ESQNews.id - "Berbuatlah sesuka hatimu. Asal berlandaskan cinta dan kasih sayang." (Mbah Wo Sulthon).


Terdapat seorang perempuan yang tidak seberuntung kebanyakan orang. Melacur hidupnya. Tetapi, suatu ketika, rasa kasih sayangnya atas seekor anjing, memberi seteguk minum kepada binatang yang banyak dijauhi manusia itu, maka diangkatlah oleh Allah Swt sebagai perempuan mulia penghuni surga. Diampuni semua salahnya.


Ada seorang ulama' terkemuka. Alimnya luar biasa. Justru, bukan semua itu yang memuluskan jalannya menuju surga. Tetapi, rasa kasih sayangnya atas seekor lalat. Ia diam mengikhlaskan, ketika binatang mungil itu datang menghampiri tintanya untuk direguk melepas kehausan. Ia abaikan sejenak keasyikannya menuliskan ilmunya, demi tidak mengganggu keasyikan sesama makhluk Allah Swt.

 

Baca Juga : Semua Akan Berujung Bahagia

Terdapat pula. Seorang shalih. Ibadahnya tidak perlu diragukan. Tetapi, sebab kebiasaan menyiksa kucing-kucing di rumahnya, ia pun harus kehilangan pahala atas seluruh ibadah yang pernah tekun dikerjakan. Terjerumuslah ia dalam petaka neraka yang mengerikan.


Begitulah, pentingnya rasa kasih sayang, rasa belas kasihan terhadap sesama ciptaan. Ajaran Islam pun demikian. Menjadi rahmat bagi semesta alam. Bahkan, masuknya seorang hamba ke surga, tidaklah semata lantaran amal ibadah yang istikamah ditunaikan. Rasa-rasanya, semua tidak cukup untuk membeli anugerah semulia surga. Akan tetapi, tidak lain semua adalah berkat kasih sayang Allah Swt. ""Amal seseorang di antara kalian tidak akan memasukkan kalian ke surga." Kemudian, para sahabat bertanya: "Begitu pula dengan Engkau wahai Rasul?" "Begitu pula denganku, kecuali Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku, jawab Rasulullah Saw."" (H.R. Muslim).


Baca Juga : Apa Kata Nanti?

Dan Ramadhan yang sedang kita jalani ini. Bak madrasah. Menempa diri kaum beriman supaya di setiap nadi dan aliran darahnya dipenuhi rasa kasih sayang. Agar di setiap helaian nafas dan sepanjang mata memandang, hanya berlandaskan cinta dan kasih sayang.


Di sepuluh hari pertama, adalah rahmat (awwaluhu rahmah). Di hari-hari pertama Ramadhan, Allah Swt mengucurkan segala rahmat-Nya atas dunia, terlebih para manusia. Derasnya hujan rahmat ini, seringkali tidak tertampung dalam setiap pribadi. Ibarat hujan yang lebat, rahmat itu, tetapi kebanyakan manusia memposisikan diri selayaknya timba-timba yang tengkurap. Akhirnya, bukan penuh diri dengan rahmat. Justru kosong tidak mendapatkan apa-apa. Siapa mereka?


Sepanjang hidup, harus terdapat keseimbangan antara hubungan dengan Allah Swt dan sesama hidup di alam semesta. Sehingga, rahmat Allah Swt hanya bisa diraih oleh orang-orang yang dengan tulus sanggup merahmati semua, menjadi rahmat bagi semesta raya. "Irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fis samaa-i." (H.R. Tabrani). Sayangilah yang ada di bumi, maka engkau akan disayangi oleh yang ada di langit.


Dengan demikian, ibadah yang benar, adalah yang membawa rahmat bagi seru sekalian alam. Diri terbebas dari dengki dan iri. Tidak ada dendam dan ingin menyakiti. Semua, terjalani sepenuh cinta dan kasih sayang. Dan rasa ini, soal hati. Buktinya, ada di setiap jejak langkah yang mencintai dan menyayangi semua. Pada tahap ini, memang tidak sembarang orang bisa istikamah menjalani.


Selalu saja ada godaan-godaan untuk senang melihat kesusahan orang dan susah mendapati orang lain senang. Dari itu, Ramadhan ini, di sepuluh hari pertama, kaum beriman dididik untuk membuang seluruh kesialan diri, kesemrawutan atas ketidakberpunyaan rasa kasih dan sayang terhadap semua.


Dengan seluruh rasa lapar dan haus, tidak semata supaya bisa bernikmat ria atas setiap jenis makanan dan minuman ketika bedug Maghrib berkumandang. Akan tetapi, rasa empati, tumbuh rasa belas kasih dan sayang terhadap semua saja yang berada di bawah garis ketidakmampuan. Dari itu, berbagi makan pada setiap Ramadhan, disamakan nilainya dengan berpuasa. Diperintahkan juga untuk saling berbagi dan bersedekah dengan apa yang memang dimampui semua. Tentu, semua adalah pelajaran di tahap pertama Ramadhan.


"Susulkan anak ayam yang tertinggal dari induk dan saudaranya. Siapa tahu, itu menjadi alasan Allah Swt untuk merahmati kita sehingga termasuk penghuni surga. Singkirkan duri yang di jalan. Boleh jadi, itu adalah sarana yang digunakan Allah Swt untuk menyelamatkan kita dari duri-duri neraka." Demikian, pesan kasih sayang dalam berkehidupan dari seorang ulama' hebat K.H. Maimun Zubair.


Semoga kita termasuk yang mendapat keberkahan rahmat dari Allah Swt.

Allahumma innaka 'afwun karim. Tuhibbul 'afwa wa'fu 'annaa ya karim.

 

*M. Nurroziqi. Penulis buku-buku Motivasi Islam. Alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Ingin tulisanmu dimuat di ESQNews.id? kirimkan ke email kami di [email protected]


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA