Rabu, H / 09 Oktober 2024

Riset: 90% Penduduk Dunia Hirup Udara Tak Sehat

Selasa 25 Feb 2020 16:49 WIB

Author :Redaksi

ilustrasi

Foto: trtworld


Polusi udara telah menjadi pembunuh dalam senyap yang menyebabkan hampir 7 juta kematian per tahunnya.


ESQNews.id – Polusi udara semakin menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia dengan adanya temuan bahwa 90 persen populasi global saat ini menghirup udara yang tidak aman.


Data terbaru yang dikumpulkan oleh IQAir, yang diterbitkan dalam 2019 World Air Quality Report mengungkap peringkat kota-kota di dunia yang paling tercemar, serta membeberkan perubahan konsentrasi partikulat PM 2.5 di seluruh dunia sepanjang 2019 melansir Anadolu Agency. 


CEO IQAir Frank Hammes mengatakan bahwa tingkat polusi udara yang meningkat sepanjang tahun lalu sebagai akibat dari perubahan iklim, seperti badai pasir, kebakaran hutan, dan polusi akibat urbanisasi kota yang sangat cepat seperti yang terjadi di wilayah Asia Tenggara.


Meski telah ada beberapa inovasi infrastruktur dalam pemantauan kualitas udara secara global, namun di sisi lain masih ada jurang yang besar dalam akses tentang data polusi udara di seluruh dunia. “Sementara virus korona baru sekarang mendominasi berita utama internasional, polusi udara telah menjadi pembunuh dalam senyap yang menyebabkan hampir 7 juta kematian per tahunnya,” jelas Hammes dalam keterangan resmi, Selasa (25/2/2020).


Hammes menjelaskan kondisi di Asia Tenggara terjadi pergeseran industrialisasi bersejarah yang sedang terjadi di kawasan ini. Kota-kota besar yang menjadi hub seperti Jakarta dan Hanoi telah mengambil alih posisi Beijing sebagai kota terpolusi di dunia.


“Untuk pertama kalinya, dua kota tersebut bergantian berada di peringkat atas ibu kota dengan polusi PM 2.5 tertinggi di dunia pada tahun 2019,” kata dia dalam laporan tersebut. Sementara itu, kota-kota di China mengalami penurunan rata-rata hingga 9 persen untuk tingkat PM2.5 pada 2019 setelah sebelumnya penurunan sebesar 12 persen juga terjadi pada 2018.


Namun, 98 persen kota di China telah melampaui standar WHO dan 53 persen kota di sana melebihi standar kualitas udara nasional mereka yang tidak terlalu ketat. “Dalam dekade terakhir, konsentrasi PM 2.5 di Beijing beberapa kali melonjak lebih dari setengah standar kualitas udara mereka. Namun, tahun ini, Beijing keluar dari peringkat atas 200 kota paling tercemar di dunia,” lanjut dia.

<more>

Selanjutnya, Korea Selatan menjadi negara yang paling tercemar PM2.5 di antara negara-negara yang bergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) sepanjang tahun 2019. Kemudian rata-rata kota-kota di India melampaui aturan WHO untuk PM2.5 tahunan yakni hingga 500 persen dan polusi udara nasional mereka menurun 20 persen dari 2018 ke 2019.


“Perbaikan ini diyakini sebagian besar disebabkan dari perlambatan ekonomi,” kata dia. Hammes menambahkan kota-kota India dan Pakistan kembali mendominasi dunia sebagai kota yang paling tercemar untuk PM2.5 sepanjang 2019. Sebanyak 21 kota di India masuk ke dalam 30 besar kota yang paling berpolusi. Sedangkan lima kota di Pakistan juga termasuk di daftar 30 kota tersebut.


Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa kebakaran hutan dan praktik pembakaran lahan terbuka memiliki dampak besar pada kualitas udara kota-kota dan negara-negara di seluruh dunia, termasuk di antaranya Singapura, Australia, Indonesia, Brasil, Kuala Lumpur, Bangkok, Chiang Mai, dan Los Angeles.


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA