from @abun_nada
R.I.D.H.A. (Kunci Bahagia)
Sumber
kebahagiaan ada dalam diri kita masing-masing. Kuncinya adalah ridha
(baca: puas, merasa cukup, dan mencintai pemberian Allah). Jika kita
ingin bahagia, hendaknya kita ridha dengan pemberian Allah. Sebab,
semakin kita banyak menuntut ingin ini dan itu, kebahagiaan kita akan
semakin berkurang. (disadur dari terj. Ustadz Aris Munandar, M.PI pada
teks Ali Ath Thanthawi, dalam Fushul Ijtima'iyyah, hal. 94)
Pada
kenyataannya, sekadar merasa cukup atas pemberian Allah, lalu
mensyukurinya, ternyata tidak mudah. Perlu latihan tak kenal lelah.
Sebab, godaan yang bersliweran di hadapan kita berlimpah ruah. Mulai
dari sekadar teman punya handphone baru, mobil, hingga rumah. Lalu,
diam-diam, kita pun menjadikan apa yang kita lihat sebagai obsesi untuk
kita kejar dengan susah payah.
Jika sudah demikian,
hilanglah rasa ridha dari dada. Seakan apa yang telah Allah berikan tak
cukup bermakna. Sebab, tak memenuhi obsesi dan hasrat kita. Jika dosis
rasa kurang seperti ini semakin meningkat, ia akan menjadi beban batin
yang berat. Bahkan, dapat menyiksa jiwa dengan hebat, setiap kali
melihat orang lain mendapat nikmat. Walhasil, ia menjelma hasad.
Jangan
samakan ridha dengan apatis. Seperti orang yang berkata: "Ya sudah,
diam saja. Toh, rejeki sudah dijatah Allah. Kita tinggal ridha
menerimanya." .
Ridha adalah satu hal. Ikhtiar (berusaha) adalah
hal yang lain. Ridha tak berarti meninggalkan ikhtiar. Ridha adalah
pilihan sikap (:merasa cukup) terhadap hasil yang Allah beri setelah
ikhtiar dilakukan. .
Dengan ridha, seorang yang tanpa harta bisa
saja merasa tak kekurangan suatu apa. Sebab, berapapun yang Allah beri,
ia merasa itu cukup baginya. Maka, ia menjadi orang yang bahagia. Tak
pernah tersiksa oleh apa yang tidak ada pada dirinya. Wallahu a'lam...