SDM menjadi kunci Azwar Anas mengubah kota yang sebelumnya hanya menjadi perlintasan wisatawan dari Jawa ke Bali, menjadi spot pariwisata yang dilirik wisatawan mancanegara.
Tidak tanggung-tanggung, kalau dulu Banyuwangi dikenal dengan julukan negatif seperti kota santet, sekarang menjadi destinasi wisata dengan julukan Kota Festival. Untuk mendapatkan julukan itu, tentu tidaklah mudah. Adalah seorang Azwar Anas yang mampu mengantarkan Kabupaten paling timur di pulau Jawa itu menjadi destinasi wisata anyar kelas dunia.
Azwar Anas, menjadi orang nomor satu di Banyuwangi sejak 2010 silam. Kemudian kembali terpilih menjabat dua periode Bupati Banyuwangi setelah memenangkan Pemilihan Kepala Daerah di tahun 2016. Semenjak menjadi Bupati, Azwar Anas dikenal sebagai pemimpin bertangan dingin meracik daerah yang dia pimpin hingga menorehkan berbagai penghargaan, khususnya di bidang pariwisata.
Namun demikian, putra asli daerah Banyuwangi ini
tak jumawa. Berkali-kali dia katakan usahanya tidak ada apa-apanya tanpa
bantuan dan dukungan dari masyarakat banyuwangi sendiri dan sebuah prestasi
kolektif dari Pemkab Banyuwangi.
Saat bersilaturahim untuk bertemu CEO ESQ
Leadership Center, Ary Ginanjar Agustian di Menara 165 beberapa waktu silam,
Azwar mengungkapkan salah satu rahasianya adalah SDM yang bersinergi dan
bekerja dengan baik. Di situlah, ungkap Azwar, peran ESQ dalam training
untuk ASN Banyuwangi sangat terasa nyata saat memulai membangun Banyuwangi di
masa awal kepemimpinannya.
Tak hanya tentang penghargaan, hambatan dan
tantangan juga menjadi makanan sehari-hari suami dari Ipuk Fiestiandani ini.
Kepada tim ESQ Media, Azwar bercerita tentang suka duka membangun Banyuwangi
selama dua periode berjalan. Merasakan gempuran demonstrasi 42 kali demonstrasi
saat baru menjabat, hingga tantangan untuk memproteksi masyarakat Banyuwangi
dari budaya luar yang merusak saat pariwisata mulai maju. Di tengah tantangan
itu, Azwar percaya kunci menjalankan kebijakan yang baik ada pada manusia yang
baik.

“Salah satu kuncinya adalah SDM (Sumber Daya
Manusia), ketika banyak yang pesimis dengan cara kerja PNS dan lain-lain. Maka
kita perlu cara dan mode pengembangan SDM ini. Motor dan salah satu cara untuk
menggerakan harus dengan begini,” jelas Azwar Anas.
Bagi Azwar, sumber utama yang harus diperhatikan
untuk menjalankan sebuah ide adalah SDM. Sebegitu pentingnya SDM sehingga
membuat dia berpikir keras untuk mengubah mindset PNS yang pemalas, ogah-ogahan
yang sebagian besar masih melekat di daerah yang dia pimpin.
Mengambil langkah eksponensial, Azwar Anas
bekerja sama bersama ESQ untuk memberikan mindset baik untuk ASN yang bekerja
di bawah kepemimpinannya.
“Waktu itu kami, bekerja sama dengan ESQ, semua
eselon II harus ikut ESQ, suami istri. Kemudian para camat, termasuk semua ASN.
Karena ini semua penting, selian casing-nya bagus, hatinya juga harus
bagus,” jelas dia.
Setelah persoalan SDM selesai, tantangan lain
adalah letak geografis Banyuwangi yang begitu jauh dari pusat kota provinsi
Jatim. Menjadi kota kelas dua, Banyuwangi disulitkan dengan infrastruktur dan
akses untuk mengenalkan Banyuwangi secara menyeluruh.
Akses jauh untuk ke Banyuwangi hanya bisa ditempuh dari jalur darat melalui bandara udara Juanda, Surabaya selama tujuh jam. Melihat masalah ini, Azwar Anas membuat gebrakan baru dengan membuka kontektivitas lebih luas untuk bandar udara di Banyuwangi. Dengan frekuensi penerbangan tiga kali seminggu, kini Banyuwangi memiliki frekuensi penerbangan delapan kali dalam satu hari.
“Alhamdulillah sekarang penerbangan sudah ada delapan penerbangan per hari,” kata dia.



