Oleh:
Faqih Al Fadlil, Guru di MILBoS Internasional
ESQNews.id,
JAKARTA – Kata “guru” menurut orang adalah
sosok yang bisa digugu dan ditiru. Artinya, guru adalah orang yang mampu
memberikan ilmu dan juga teladan. Orang modern lebih sering mengenal guru
adalah orang yang mengajar di kelas serta yang memberikan materi sesuai dengan
pelajaran yang diampuh. Meski sesungguhnya arti dari seorang guru tidak
bermakna sempit seperti demikian.
Dalam
bahasa Sansekerta, guru bermakna berat. Dan benar memang menjadi guru itu tidak
semudah menanam padi di ladang, meski saya sendiri yakin, menanam padi juga
sangat melelahkan. Rela berpanas-panasan di bawah terik sinar mentari atau juga
mungkin kehujanan bila awan berkumpul membentuk gumpalan-gumpalan hingga
menghasilkan air dan sekaligus petir.
Menjadi
guru tidak bisa dianggap sepele dan profesi sampingan. Sebab kemajuan sebuah
bangsa ada di pundak para guru. Semua orang sukses di dunia, pasti ada guru
hebat di belakangnya. Bisa dibilang, guru adalah sang profesor sedangkan
sekolah adalah laboratoriumnya. Adapun murid adalah objek eksperimen. Maka
seorang profesor tidak bisa sembarangan dalam melakukan setiap step eksperimen.
Bila gagal, hasilnya akan fatal. Jika objeknya adalah benda, mungkin paling
parah adalah rusak dan bisa beli lagi. Contoh lain dari objek misalnya
binatang, paling banter juga mati dan bisa mencari yang lain. Tapi murid adalah
manusia, bila sekali saja gagal, masa depan kemungkinan juga akan rusak.
Itu juga
mungkin menjadi alasan kenapa saya sangat ingin menjadi guru. Mengajar dan
mendidik tidak hanya berkutat dengan pengetahuan. Namun, sangat erat dengan
kreativitas dan kesenian. Seni dalam menyampaikan dan menjelaskan juga sangat
penting. Semakin menarik dan keren cara atau metode dalam mendidik, semakin
bagus pula hasil yang akan dirasakan.
Seorang
guru tidak bisa hanya mengandalkan ilmu yang dipunya. Harus ada hati yang
senantiasa hadir di setiap kesempatan. Ilmu akan terasa kering dan tak berbekas
jika tidak ada hati yang tulus dan ikhlas. Dan itu tidak bisa dipahami oleh
logika, walau IQ sudah mencapai puncak. Getaran dan gelombang keikhlasan hanya
bisa dirasakan oleh kedalaman kalbu.
<more>
Bagi saya,
guru bukan hanya mereka yang mengajar di kelas. Jauh lebih luas, guru adalah
siapa saja yang telah memberikan pelajaran, inspirasi, nasihat, dan apa pun.
Saya belajar banyak dari orang tua. Saya belajar dari teman. Saya belajar dari
tetangga. Bahkan, saya juga belajar dari orang yang tidak dikenal.
Telah banyak guru hebat mengisi hidup ini. Memberikan sebuah modal untuk menghadapi ujian yang keras dan menantang. Meski masih sangat banyak persoalan dan pertanyaan dalam diri. Saya selalu berterima kasih kepada semua guru yang telah mengajarkan banyak hal. Jasa mereka tidak bisa dibayar dengan segepok uang. Ilmu itu sangat mahal. Dan sampai sekarang saya masih dan akan selalu tidak bisa membayarnya.
Kalau boleh jujur, saya tidak hafal tanggal berapa hari guru. Namun, setiap hari adalah hari guru. Di mana dari merekalah kita belajar dan meminta bimbingan. Kepada merekalah kita selalu hormat dan cinta. Dan karena merekalah kita tahu banyak hal, walau terbatas. Terima kasih guru atas bimbingannya. Setiap usaha dan keringat yang dikeluarkan, tidak akan pernah saya lupakan. Mungkin kadang lama tak terlihat mata. Tangan tak lagi menjabat. Mulut tak pernah menyapa. Karena dimensi ruang kita memang telah berbeda. Wallahuaalam.