ESQNews.id, JAKARTA - Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Riset dan Teknologi, Dr. Ir. Kiki Yulianti, M.Sc menggelar sebuah forum secara luring bersama Prof. Dr. Ir. Marsudi Wahyu Kisworo, IPU (Ketua Umum Apvokasi), Dr. TGH. Hazmi Hamzar, SH, MH. (Ketua Panitia Penyelenggara), Prof. Dr. Marzui Ali, EK. Budi Santoso, SE. MM (Ketua Harian), Dr. Jamhadi, Dr. Sumarmi, Dr. Rahmat (Sekjen Apvokasi), Andri Waskito (Wakil Sekjen) pada Senin 22 Agustus 2022 di Gedung E Kemendikbud, Jakarta.
Turut hadir di dalamnya Founder ESQ Group Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian sebagai Ketua Dewan Pembina. Selain untuk ajang silaturahmi, forum ini bertujuan untuk mempersiapkan Rakernas Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (Rakernas Apvokasi) yang pertama.
Rakernas Apvokasi ini akan dilaksanakan pada tanggal 29 September – 1 Oktober 2022 di Lombok. Ajang tersebut turut mengundang beberapa narasumber yang berpengaruh di Indonesia seperti H. Erick Thohir, BA, MBA (Menteri BUMN RI), Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E, M.Sc (Gubernur Nusa Tenggara Barat), segenap pengurus Rakernas Apvokasi dan lainnya.
“Diharapkan Kementerian bisa menyambut niat baik kita semua untuk Vokasi. Kami sangat senang menerima semua uluran tangan dari kanan, kiri, depan, belakang, atas dan bawah. Di Rakernas nanti kami harap beberapa hal yang telah didiskusikan di sini bisa diselesaikan antar Kementerian juga, membuat pemikiran-pemikiran baru yang inovatif sehingga bisa membuat kita lebih lentur dan cepat larinya,” tutur Dirjen Apvokasi.
Wanita yang akrab disapa Kiki itu mengatakan bahwa untuk menghadapi fenomena yang terjadi saat ini dibutuhkan kerjasama dengan Kementerian PANRB, Kementerian BUMN, Kemenkes, Kemendagri, dan lainnya.
“Persoalan yang terjadi dalam ekosistem kami harus didiskusikan dengan MenpanRB untuk memastikan bahwa pemerintah pun menghargai Diploma 3 dan seterusnya. Serta bagaimana memberikan penghargaan yang cukup di sistem kita,” tutur wanita berkerudung biru itu.
Ia melanjutkan paparannya dengan penuturan yang sangat rapi dan halus namun tegas, “Sehingga masyarakat di luar bisa mengikuti pola pikir itu. Percaya bahwa vokasi memang kompeten dan layak dihargai. Kemudian dengan BUMN juga kami akan membuat komunikasi untuk mempertimbangkan serta memberikan kesempatan kepada diploma untuk lebih banyak recruitment."
Paparan tersebut direspon dengan baik oleh Ary Ginanjar. Ia yang dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina Apvokasi tersebut mengakui bahwa tantangan ke depan ini sangat berat sekali terutama di dunia vokasi.
"Memang yang kita hadapi ini belum tentu terlihat oleh masyrakat luas. Apalagi kita sedang berada di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Sehingga opini kita yang sebesar ini jika dibiarkan terus menerus bisa ditinggalkan begitu saja," ucap Pria yang juga mantan dosen di Politeknik Udayana itu.
Saran Ary, hal ini diperlukan upaya yang besar untuk kita dorong bersama sama, membuka wawasan dan memberikan kepercayaan diri kepada masyarakat.
"Bukan hanya kepada mahasiswanya tetapi kepada masyarakat umum serta para pimpinan. Ini Rakernas pertama, yang tentu sangat penting. Sekiranya bu Kiki bisa hadir dan memberikan motivasi, karena tugas Pak Ketum dan temen temen semuanya sangatlah besar," harap pendiri Menara 165 itu.
"Lalu diperlukan alignment atau penyelarasan bahwa apa yang kita lakukan di organisasi ini sejalan dengan strategi Pak Menteri, Ibu Dirjen dengan upaya bisa efisien mensupport program pemerintahan lebih lanjut. Apalagi sekarang ada Nilai BerAKHLAK, bisa lahir komitmen spiritual Apvokasi juga," lanjutnya.
Mendengar hal itu, Kiki memberikan tanggapannya, "Yang disampaikan Pak Ary soal alignment kami sangat mengapresiasi dan menyambut baik uluran kerjasama untuk apvokasi, kami melihat bahwa apvokasi adalah mitra penting dan strategis di Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi sehingga di butuhkan juga SDM yang unggul."
Selain Dirjen Apvokasi, Marsudi dan Rahmat yang ikutserta dalam forum tersebut juga merespon tanggapan Ary. Mereka menyatakan alasannya mengundang pendiri Menara 165 itu dalam Rakernas Apvokasi 2022.
"Dalam Rakernas Apvokasi nanti kami akan mengundang beberapa narasumber yang hebat salah satunya adalah Pak Ary Ginanjar kemudian Bu Dirjen Pendidikan Vokasi dan pembicara pembicara lain. Mengapa? Karena ini adalah kelas pertama yang membahas tentang bagaimana pendidikan apvokasi masa depan," ungkap Marsudi.
Pria berpakaian batik itu menyampaikan tentang adanya Perpres Nomor 68 Tahun 2022 yang secara khusus diterbitkan untuk mengatur tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
"Mengapa ada Perpres itu? Karena pendidikan vokasi itu pendidikan yang diperlukan oleh bangsa kita agar bangsa ini maju, agar bangsa kita ini punya SDM yang produktif apalagi nanti menghadapi bonus demografi. Maka pendidikan vokasi menjadi salah satu faktor yang penting untuk menuju Indonesia Emas nanti," harap Ketum Apvokasi itu.
"Kami juga berharap nanti para narasumber, Pak Ary Ginanjar, Bu Dirjen Diksi, Pak Marzui Ali dan lainnya nanti memberikan pencerahan pencerahan pada kami semua para pelaku pendidik vokasi tentang bagaimana pendidikan vokasi masa depan dan bagaimana lulusan vokasi masa depan turut berkiprah dalam pembangunan bangsa Indonesia. Nanti juga kami akan memperkenalkan program program Apvokasi," lanjutnya.
<more>
Sekjen Apvokasi dalam kesempatannya juga sangat mendukung Rakernas Apvokasi yang perdana ini di Lombok. Untuk itu, ia beserta panitia menghadirkan para narasumber yang sudah matang dan mantap di bidangnya masing-masing.
"Salah satu di antaranya kami hadirkan Pak Ary Ginanjar. Beliau itu bukan hanya sebagai pembina apvokasi tetapi juga sebagai guru kita bersama seluruh Indonesia. Beliau akan menjembatani bagaimana antara pendidikan vokasional dengan dunia industri dan usaha itu bisa berkembang lebih baik," ujar Rahmat dengan tegas.
"InsyaAllah nanti Pak Ary Ginanjar akan menyampaikan hal hal tersebut dengan mekanisme dan kegiatan yang betul betul BerAKHLAK. Konsep BerAKHLAK ini akan disampaikan bukan hanya karena ilmunya ESQ saja tetapi menjadi panutan pemerintahan sekarang ini dalam rangka menuju Indonesia Emas 2045," tutupnya.