Sabtu, H / 18 Oktober 2025

Membangun Masyarakat Islami dari Hal Sederhana

Rabu 01 Sep 2021 12:00 WIB

Reporter :Endah Diva Qaniaputri

Ilustrasi

Foto: cityam.com

Oleh: M. Umar Abdurahman (Siswa kelas 9 MILBoS Internasional)

 

ESQNews.id, JAKARTA - Islam adalah agama yang menyeluruh, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam sekitar 1400-an tahun yang lalu. Sekarang, di zaman modern ini, ajaran Islam dianggap kuno, tak bisa beradaptasi dan kaku. Islam dianggap sudah tidak cocok dengan zaman ini, hanya cocok di zaman unta. Padahal sebenarnya ajaran Islam bisa diterapkan di semua hal, dari bidang ekonomi, keluarga, sosial politik, dan juga salah satunya dalam nilai-nilai masyarakat.


Seorang muslim harus selalu menerapkan Islam dalam kesehariannya, dengan bercermin pada keseharian teladan umat Islam, yaitu Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam, dari bangun tidurnya, cara makannya, candanya, sampai tidur kembali. Karena Nabi Muhammad adalah manusia paling sempurna, karena itu kita mengikutinya. Dengan mengikutinya, kita sebagai umatnya insyaa Allah menjadi lebih sempurna (mendekati kesempurnaan). Mengikutinya bukan hanya di rumah, tapi di semua tempat; di kantor ataupun di tempat-tempat lainnya.




Dewasa ini, umat Islam, khususnya di Indonesia yang merupakan negara mayoritas penduduknya muslim, tapi masih jauh dari nilai Islam. Sebagian kaum muslim masih banyak yang membuang sampah sembarangan, padahal Nabi mengajarkan kebersihan. Orang Islam banyak yang berbuat curang, padahal nabi mengajarkan kejujuran. Orang Islam banyak yang buang air sembarangan, padahal Islam mengajarkan kesucian di setiap sebelum ibadah seperti sebelum shalat.


Pertanyaanya, apa yang menyebabkan seorang muslim berlaku seperti itu? Mengapa perilaku (sebagian) muslim bertentangan dengan ajarannya sendiri? Jawabannya karena mereka tidak mengenali Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam kecuali sedikit, kalaupun mereka tahu sedikit banyak tentang Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam mereka tidak mencontohnya, dan di antara yang mencontoh Nabi, tak banyak yang mengajak kepadanya, dan di antara yang mengajak itu pun masih sedikit yang terang-terangan melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Dua golongan yang disebut terakhir (yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar-ed) adalah orang-orang yang menjadi pondasi amal suatu masyarakat dan lingkungan yang Islami.


Setelah pribadi seorang muslim menjadi pribadi yang mengikuti Nabi Muhammad shallallahu’alaihiwasallam, sekalipun banyak cobaan, tapi sekaligus (mendapat) ketenangan rohani.


***


Seorang anak nakal biasanya terbentuk karena lingkungan, pergaulan, atau pendidikan orang tua yang salah. Tapi tetap saja faktor terbesarnya adalah pergaulan. Pergaulan ini menjadi faktor terbesarnya karena anggapan bahwa, “tidak nakal tidak gaul”, sepeti dalam contoh kisah berikut:


Jamil (bukan nama sebenarnya) 2 kali mendapat penghargaan sebagai siswa terbaik dari SD-SMP di sebuah sekolah Islam terpadu. Karena kondisi ekonomi keluarga Jamil sedang memburuk, Ketika SMA Jamil melajutkan di SMA negeri. Di SMA nakal gaul. Di sekolah ini Jamil dijauhi oleh semua orang, termasuk gurunya. Jamil pun menyesuaikan diri dengan (lingkungan) sekolah itu, dan mulai mengikuti perbuatan teman-temannya.


<more>


Ketika selesai SMA, Jamil sudah mencapai beberapa ‘prestasi’, yaitu membuat gank dan menjadi kepala gangster. Dan kenakalannya semakin tinggi.


Walau kedengaran mustahil, tapi bukan tidak mungkin mencapai kenakalan tingkat tinggi. Apalagi sejak kecil pendidikan agamanya kurang. Untuk mencegah hal serupa pada generasi selanjutnya, diperlukan pembentukan masyarakat yang agamis dan Islami. Bagaimana caranya?


Baik, caranya dengan saling membantu, saling mengajak pada kebaikan, saling mencegah dari keburukan dan penguatan persaudaraan antar tetangga. 4 hal ini sebenarnya sangat sederhana, tapi orang-orang sekarang mulai berpikiran, “masalahku masalahku, masalahmu msalahmu” alias individualisme.


Dalam rangka membangun masyarakat Islam dan generasi baru Islam, maka paham ini (individualisme) diganti dengan ‘masalahku masalahmu; masalah kita semua.'


Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA