ESQNews.id, JAKARTA - Upaya konkret untuk mencetak generasi muda yang mandiri secara ekonomi kini semakin nyata. Indonesia Muda Preneur menjalin kolaborasi strategis dengan Kementerian Koperasi dan UKM serta ESQ Business School (Universitas Ary Ginanjar) dalam program bertajuk Indonesia Muda Preneur Academy 2025.
Program ini menyasar siswa SMA, SMK, dan santri tingkat akhir di berbagai daerah untuk dibekali keterampilan kewirausahaan sejak dini.
Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ Corp. berkomitmen memberikan pelatihan berbasis emotional-spiritual intelligence (dengan Tools AI TalentDNA) serta beasiswa kuliah selama empat tahun di ESQ Business School bagi peserta terpilih.
“Saya mengapresiasi program ini. Indonesia Muda Preneur adalah langkah berani untuk menyiapkan generasi pemimpin ekonomi masa depan. Kami siap mendukung lewat pelatihan berbasis nilai dan teknologi serta beasiswa pendidikan,” ujar Ary.
Tak hanya pelatihan teknis dan branding, program ini juga mencakup akses permodalan, pendampingan legalitas, hingga integrasi pasar digital. Dengan pendekatan komprehensif ini, Indonesia Muda Preneur Academy 2025 diharapkan mampu menjawab tantangan pengangguran usia muda dan mempercepat lahirnya wirausahawan muda berdaya saing global, bahkan sebelum mereka menapaki jenjang pendidikan tinggi.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, menyatakan pihaknya mendukung inisiatif ini.
"Program ini konkret dan sangat saya dukung. Indonesia Muda Preneur dapat menjadi jalan lahirnya wirausaha-wirausaha muda baru yang tangguh dan berdaya saing," ujar Temmy dalam sebuah rapat koordinasi yang digelar di kantor Kementrian UMKM, Jakarta Selatan, Kamis (26/6/2025).
Pertemuan tersebut menjadi penanda dimulainya sinergi lintas lembaga dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan di kalangan pelajar.
Sebagai tahap awal, Indonesia Muda Preneur Academy akan dilaksanakan di 30 sekolah di Provinsi Banten. Founder Indonesia Muda Preneur sekaligus Sekretaris Fekraf Banten M. Irfan mengungkapkan wilayah ini dipilih karena tingkat pengangguran terbuka usia muda 15-24 tahun di Banten masih tinggi, yakni di atas 19%.
"Ini bukan sekadar pelatihan, melainkan gerakan perubahan. Kami ingin generasi muda menciptakan lapangan kerja bahkan sebelum lulus sekolah," kata dia, melansir dari beragam media massa.
Irfan menambahkan, program ini akan diperluas ke berbagai provinsi dengan menggandeng pemangku kepentingan lokal. Ia berharap, sinergi lintas sektor ini mampu membentuk ekosistem kewirausahaan muda yang inklusif dan berkelanjutan.