ESQNews.id, BEKASI - Kembali berkolaborasi antara Rima Ginanjar Zero Carbon Solutions (di bawah naungan ESQ Corp) bersama RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi yang menyelenggarakan kegiatan spesial terkait Zero Carbon Healthcare dengan mengusung tema "Operational Strategies with Energy Efficiency."
Perhelatan berlangsung pada tanggal 30 Oktober 2024, pukul 08.00 – 11.00 WIB di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, dengan keynote speech yaitu Dr. dr. Kusnanto Saidi MARS (Direktur RSUD), Wisnu Aji Nugroho, S.E., CACP (wakil dewan pakar asosiasi ahli emisi karbon Indonesia) dan sambutan dari Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian.
Selebihnya, Rima Ginanjar, B.A.Sc., M.Sc. (Founder Rima Ginanjar Zero Carbon Solutions) dan Reza Hariyadi, S.Mn., M.Sc. yang ambil alih acara dan memandu para peserta dengan total 100 orang (terdiri dari dokter, tenaga kesehatan, perwakilan dari setiap unit, dll).
Diketahui, latar belakang dari kegiatan tersebut bahwasannya sistem kesehatan bertanggung jawab atas sekitar 5% emisi gas rumah kaca (GHG) global setiap tahun, kesehatan yang berkelanjutan menjadi semakin penting di tengah tantangan perubahan iklim. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1018/Menkes/PER/V/2011, sektor kesehatan harus beradaptasi untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Indonesia dihadapkan pada tantangan global yang besar, yaitu perubahan iklim. Salah satu sektor yang memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim adalah sektor konstruksi dan bangunan, termasuk fasilitas kesehatan.
Rumah sakit, sebagai pusat penyembuhan, memiliki tanggung jawab moral dan praktis untuk memastikan bahwa operasional mereka tidak justru membahayakan lingkungan.
“Saat ini pemerintahan presiden terpilih (Prabowo) memutuskan membentuk satuan untuk mengelola emisi karbon dalam skala nasional (Badan Pengelola Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Niaga Karbon atau disebut sebagai BP3I-TNK).
Hal ini menjadi langkah strategis yang ditujukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menghadapi tantangan climate change," papar Wisnu Aji Nugroho.
Kemudian, dr. Kusnanto Saidi mengatakan, “Melangkah saja, lakukan saja, Allah akan melakukan apa yang kita tidak bisa, dengan mengucap bismillah yuk kita sepakat untuk menurunkan angka karbon di rumah sakit ini dan di rumah masing-masing."
Menurutnya, penyakit yang terjadi saat ini mayoritas adalah penyakit berbasis lingkungan, seperti ispa dan demam berdarah. Maka dari itu pola pembangunan berbasis lingkungan perlu dilakukan karena itu berkolerasi langsung pada kesehatan.
"Dampak dari pemanasan global nyata adanya yang kita rasakan langsung, pembiayaan kesehatan menjadi meningkat selaras dengan meningkatnya dampak kesehatan yang hadir di tengah masyarakat.
Kita harus berfikir ke depan agar pembangunan dan pembiayaan yang sifatnya preventif (berbasis lingkungan) harus lebih di prioritaskan," tegas dr. Kus.
Paparan dr. Kus disimak, didengar, dilihat oleh Ary Ginanjar melalui zoom meeting. Lalu dalam kesempatannya, Ary memberikan sambutan atau kata pengantar tentang zero carbon.
"Dengan mengimplementasikan strategi "Zero Carbon Healthcare System," kita tidak hanya berkontribusi pada kesehatan lingkungan, tetapi juga memastikan bahwa generasi mendatang akan mewarisi sistem kesehatan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.
Mari kita tingkatkan kolaborasi, berbagi pengetahuan, dan saling mendukung dalam setiap inisiatif yang kita lakukan. Dengan semangat kerjasama dan inovasi, saya yakin kita dapat mencapai tujuan Indonesia Zero Carbon," tutur Ary dengan penuh keyakinan.
Dalam sesinya, disampaikan oleh Rima Ginanjar bahwa, "Sistem kesehatan berkontribusi sebesar 5% dalam menyumbang emisi karbon global setiap tahunnya. Sektor kesehatan bisa berkontribusi untuk memitigasi climate change dengan mengadaptasi system kesehatan yang tangguh dan rendah karbon.
Resiko kesehatan yang dihadirkan oleh climate change itu semakin bervariasi, dan dampaknya sudah terasa di hari ini di saat ini, bukan 20 tahun lagi."
Rima melanjutkan paparannya, "Dengan implementasi zero carbon di bangunan, kita tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi juga menciptakan fasilitas kesehatan yang lebih efisien secara energi, lebih ramah lingkungan, dan pada akhirnya lebih sehat untuk pasien dan tenaga medis.
Zero carbon juga memberikan peluang bagi rumah sakit untuk menghemat biaya operasional melalui efisiensi energi, penggunaan sumber daya yang terbarukan, dan pengurangan limbah.
Sangat penting bagi kita untuk memulai transisi ini di rumah sakit, karena mereka adalah tempat yang membutuhkan lingkungan yang bersih dan sehat. Polusi udara, misalnya, dapat memperburuk kondisi pasien, terutama yang memiliki masalah pernapasan.
Oleh karena itu, dengan mengadopsi konsep zero carbon, kita turut memastikan kualitas layanan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat," tutur Rima dengan gamblang.
Dan Reza menambahkan, "Untuk mencapai net zero, Rima Ginanjar tidak bisa hanya menjadi arsitek, kita akan hanya terbatas dalam konteks men-design bangunan.
Kita harus melakukan edukasi banyak pihak dan berdiskusi bersama, salah satunya di sektor kesehatan. Sepertinya yang sudah diterapkan pada Poli Eksekutif RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, mulai dari perencanan hingga pembangunan sudah mencoba menerapkan konsep Zero Carbon.
Climate Change ini impact nya sangat besar dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya tentang emisi karbonnya saja tapi dampak dari kesehatannya," ungkap Ahmad Reza Haryadi.
Apa itu Zero Carbon Healthcare System?
Zero Carbon Healthcare System, tidak hanya berguna bagi Manager Sektor Kesehatan atau Profesional Kesehatan Masyarakat namun juga para pengambil keputusan (decision maker) untuk mengembangkan rencana komprehensif, berkolaborasi dan menerapkan intervensi terhadap perubahan iklim dan kesehatan.
COP 26 (2023): Health initiatives on climate resilient and sustainable low carbon health systems.
COP 26 menyerukan pengembangan rencana aksi untuk menciptakan sistem kesehatan yang berkelanjutan dan rendah karbon. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memastikan bahwa sektor kesehatan berkontribusi pada upaya global dalam menghadapi perubahan iklim, serta meningkatkan kesehatan masyarakat di masa depan.
<more>
Assessing Climate Change Vulnerabilities in healthcare facilities:
DEVELOP HEALTH SYSTEM CAPACITY - Perlu mengatasi kesenjangan, meningkatkan kinerja sistem kesehatan, dan menyesuaikan infrastruktur, teknologi, serta rantai pasokan. Selain itu, sistem kesehatan harus proaktif dalam memahami, merencanakan, dan merespons dampak perubahan iklim.
LONG-TERM VISION AND ADAPTIVE MANAGEMENT - Menerapkan proses pengambilan keputusan yang terstruktur untuk meningkatkan layanan dan kinerja kesehatan dalam jangka pendek (minggu hingga tahun), menengah (5-10 tahun), dan panjang.