ESQNews.id, JAKARTA - Para Senior Executive Vice President (SEVP) PT Pegadaian (Persero) mengikuti Training Executive Coaching dari ESQ selama 2 hari pada Senin-Selasa (25-26/4/2022) secara luring di Ruang Bhosphorus 1 Lt 4, Menara 165. Pelatihan kali ini mengusung tema “Crystiallizing AKHLAK Ability Executive Coaching).
Metode Coaching adalah sebuah teknik bertanya dan mendengarkan seseorang tanpa ada unsur menasehatinya. Tujuannya adalah untuk menggali potensi yang ada pada dirinya, perencanaan strategi, bahkan mempunyai perencanaan untuk menyelesaikan permasalahannya tanpa diberikan saran atau masukan dari orang lain.

Ary Ginanjar Agustian (Founder ESQ Group) bersama Arief Rahman Saleh dan Sandi Muharram (trainer ESQ) memandu langsung para SEVP PT Pegadaian tersebut. Insan PT Pegadaian memiliki harapan yang tinggi. Harapan petinggi-petinggi di Pegadaian mengikuti kegiatan coaching di antaranya:
Udin Salahudin, “Ingin adanya perpindahan dari metode mentoring ke coaching. Kemudian ingin mengetahui metode coaching lebih dalam serta cara mengimplementasikannya ke pada sang target (coachee).

Eko Susetyono, “Saya juga ingin mengetahui jenis dan teknik coaching itu seperti apa. Saya hanya tahu tentang directive coaching dulu. Lalu ingin tahu cara prakteknya seperi apa kepada professional, manajemen serta personal juga.”

Syahrul Rusli, “Ingin memperdalam pengetahuan atau lebih baik lagi tentang core values AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) kemudian sharing ke lingkungan dan diimplementasikan.”

Untuk menjawab harapan-harapan dari mereka, Ary Ginanjar
memperlihatkan sebuah slide yang isinya adalah potret rata rata AKHLAK Internalization
Index terhadap 125 BUMN dan Anper. PT Pegadaian, termasuk di dalamnya.
“Dari hasilnya, mari kita fokus untuk memperkuat Meaning and
Purpose personal serta organisasi. Dalam artinya memperkuat makna dan tujuan
dalam kehidupan kita ini. Saya teringat kalimat dari Oxford Leadership yang
mengatakan bahwa ‘Saat ini, organisasi sering menghadapi perubahan yang cepat
dan tantangan yang kompleks. Untuk bertahan dan unggul dalam lingkungan baru
yang mudah berubah ini, kita perlu menerapkan pendekatan yang lebih
berorientasi pada tujuan untuk kepemimpinan dan organisasi,” tutur Ary.
Mengenai meaning and purpose, tokoh motivator Indonesia itu
membagikan kisah nyata yang dialami CEO Microsoft Satya Nadella itu mengatakan
bahwa, "Saya di Microsoft selama bertahun-tahun karena saya merasa “wow”.
Microsoft adalah platform global yang luar biasa, yang memiliki dampak tinggi.
Dan itulah yang membuat saya tetap di sana."
"Tentu saja CEO harus menjalankan budaya. Anda harus
tahu dapat memastikan kepemimpinan tim, menjalankan nilai-nilai itu, jika Anda
merubah mindset dari setiap orang, setiap karyawan, setiap anggota kelompok dan
membuat mereka berkata bahwa Microsoft adalah platform untuk saya memberikan
manfaat, maka Anda akan mencapai sesuatu yang luar biasa," lanjutnya dengan
wajah yang terlihat sangat santai.
Kemudian Ary menanggapi video tersebut, “Bisa dilihat dari
video tersebut tentang bagaimana seorang CEO Microsoft bisa berhasil seperti
itu, karena ia membangunnya dengan purpose driven atau A sense of meaning n
purpose. Lalu bagaimana implementasinya di Pegadaian?”
“Oleh karenanya, Harvard Business Review memberikan tiga tips bagaimana caranya untuk menangani mindset para karyawan, setiap anggota kelompok dan lainnya yakni dengan social networking, people development and coaching, serta collaboration,” jelas Ary.
“Manusia itu diciptakan dengan sempurna. Misal ada orang yang cerdas namun tidak keluar potensinya. Ada yang pandai berstrategi namun terbelit-belit persoalannya. Nah dengan ilmu coaching dengan teknik bertanya serta mendengarkan itulah bisa mengeluarkan semua identifikasimenyangkut permasalahan , mengeluarkan potensi dari dalam ke luar,” sambungnya.



