NEWS
ESQNews.id, SURABAYA - Dokter Indonesia kini dan ke depan akan dihadapkan pada tantangan global yang tidak mudah. Era tiada lagi sekat antar negara, kecepatan perkembangan sistem komunikasi, teknologi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan disertai potensi munculnya pandemi baru, liberalisasi kesehatan dan kompetisi yang sangat ketat.Pendidikan Dokter sebagai kawah candradimuka harus mampu melahirkan Dokter yang Adaptif, Profesional, Berintegritas, Berakhlak Mulia serta mampu menjadi Pemimpin Perubahan.Untuk itu, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga berkolaborasi dengan ESQ menghadirkan Era Baru Pendidikan Dokter dengan penguatan Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ). Agar menjadi Dokter Indonesia yang Excellent with Morality!Kolaborasi ini dijajaki dengan penandatanganan MoU antara FK Unair dengan ESQ. Nota kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Founder ESQ Corp Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian serta Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.O.G, Subps, F.E.R Dekan FK Unair.Serta disaksikan langsung oleh Wakil Rektor Bidang II Unair (Prof. Dr. Muhammad Madyan, SE., M.Si., M.Fin.), Wakil Rektor Bidang IV Unair (Prof. dr. Muhammad Miftahussurur, M. Kes., Sp.PD-KGEH., Ph.D., FINASIM), Wakil Dekan I FK Unair (Prof. Dr. Achmad Chusnu Romdhoni., dr., Sp.T.H.T.B.K.L., Subsp.Onk.(K),FICS).Lalu, hadir juga Wakil Dekan II FK Unair (Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr., Sp.N, SubSp. NN-NK), Wakil Dekan III FK Unair (Dr. Sulistiawati, dr., M.Kes.), Sekretaris Umum IKA FK Unair (dr. Bambang Wicaksono, Sp.BP-RE., Subsp.EL(K)), Staf Khusus Dekanat (dr. Hanifa Erlin D, Sp.OG., MM), Humas FK Unair (dr. Reny I’tishom, SPi, M.Si).Lanjut, ada Direktur RS Dr. Soetomo Surabaya (Prof. Dr. Cita Rosita S. Prakoeswa, dr., SpKK(K), FINS-DV., MARS), Direktur RS Universitas Airlangga (Prof. Dr. Nasronudin, dr. Sp.PD, K-PTI., FINASIM), Para Dekan Fakultas Kedokteran Se Surabaya, Para Direktur Rumah Sakit Jejaring, Ketua Program Studi, Koordinator Angkatan Alumni FK UNAIR.Diketahui juga, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menarget zero kasus bullying dan depresi mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).Prof. Budi Santoso Dekan FK Unair menyebut, fenomena itu terjadi di hampir semua jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Ia menargetkan nol kasus.“Dalam upaya zero bullying, depresi, stress kita mencoba pendekatan preventif sebelum kejadian,” katanya ketika konferensi pers di Opening Ceremony Dies Natalis Unair ke-70 dan peringatan 111 pendidikan dokter, Sabtu, 5 Oktober 2024.Upayanya, membentuk alur penanganan bullying juga konsultasi tanda awal depresi.“Kita FK Unair dan RSUD Dr. Soetomo sudah buat alur penanganan bullying, depresi, juga kita buat unit konsultasi masalah stres, depresi,” imbuhnya.<more>Misalnya stres karena salah jurusan, lanjutnya, akan dilakukan pendekatan, hingga difasilitasi pindah jurusan sesuai keinginan.Soal tingkat depresi di PPDS FK Unair, Prof Bus menyebut masih dalam batas wajar dan terkendali.Pencegahan dini juga dilakukan dengan menggandeng ESQ untuk menangani masalah kesehatan mental mahasiswa hingga pengajar selain tata cara baku yang fakultas punya.“Seperti disampaikan tadi, tidak cukup dengan kecerdasan intelektual, tapi kecerdasan mengelola emosi dan spiritual (perlu). Selain peserta didik, dosen pengajar, juga staf (akan) dibekali,” paparnya.Sementara itu, melansir dari beragam informasi media massa dan interview, Ary Ginanjar pencetus dan pendiri ESQ Corp menyatakan bahwa isu kesehatan mental telah ia prediksi akan menjadi masalah besar sejak 25 tahun yang lalu.Menurutnya, kecerdasan intelektual saja tidak cukup untuk menjalankan profesi apapun tanpa didukung kecerdasan emosional dan spiritual.“Seperempat abad kemudian (sekarang) menggema di mana-mana (isu mental health). Ini membuktikan kecerdasan intelektual tidak cukup menjalankan profesi apapun,” ujar Ary.Ia juga mengusulkan lima langkah untuk mencegah masalah kesehatan mental, khususnya di lingkungan pendidikan kedokteran.Pertama, memberikan bekal kecerdasan spiritual kepada para dokter. Kedua, membekali mereka dengan kecerdasan emosional agar mampu merespons masalah secara cepat dan tepat. Merespon dengan growth mindset.“Orang yang bunuh diri bukan karena tekanan eksternal, tapi ketidakmampuan internal mengolah pikirannya,” tambahnya.Langkah ketiga, kampus harus melakukan penyaringan (screening) calon mahasiswa agar sesuai dengan kompetensi. ESQ memiliki life tools yang bernama TalentDNA. Ia menyebut bahwa 70 persen mahasiswa memilih jurusan yang salah.“Pencegahannya dilakukan di awal sebelum masuk, atau kalau sudah terlambat, minimal mahasiswa dan pembimbingnya harus menyadari hal ini,” lanjut Ary.“Kelima, jika langkah-langkah tersebut belum cukup, maka dosennya harus dibekali ilmu untuk mengatasi masalah kesehatan mental ini,” tandasnya.Ary berharap, "Semoga dengan Strategi Holistik ESQ, para dokter dan calon dokter spesialis mendapatkan bekal ilmu mental health, bagaimana menjadi pribadi yang bermental tangguh dan sekaligus memutus mata rantai bullying yang kerap terjadi."