NEWS
“Manusia bukan ember yang harus diisi. Manusia adalah api yang harus dinyalakan." Ary Ginanjar Agustian.ESQNews.id, JAKARTA - Saat ini, sebagian besar dari Gen-Z dan Post Z berada pada usia sekolah. Tantangan bagi para kepala sekolah dan guru dalam mendidik Gen-Z dan Post Z yang memiliki sifat dan karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, bukanlah suatu hal yang mudah. Pola dan metode pendidikan zaman dahulu tidak bisa lagi cocok diterapkan di zaman sekarang. Ini berarti, penyesuaian sistem belajar dalam ruang-ruang pendidikan harus mempertimbangkan karakteristik Gen-Z dan generasi penerusnya.
Oleh karena itu, Sekretaris Kota Adm Jakarta Selatan yang mewakili Wali Kota Jakarta Selatan hadir dan menyampaikan sambutannya dalam acara "Great Teacher As a Coach, pentingnya menguasai ilmu coaching di era digital saat ini" pada Selasa 29 Maret 2022 secara virtual."Saya beserta wali kota Jaksel dan jajarannya mengapresiasi kegiatan yang digelar oleh Pak Ary dan ESQ selama dua hari ini. Harapannya semoga guru guru yang hadir saat ini khususnya guru Bimbingan Konseling bisa meningkatan potensinya dalam berkarir dan berkarya di dunia pendidikan. Dan ESQ akan sampaikan cara mengajar di era digital ini" jelasnya di hadapan ratusan kepala sekolah dan guru se-Jakarta Selatan.Pria yang merupakan alumni ESQ tahun 2010 itu menambahkan, "Hari ini dinantikan oleh guru guru agar mendapat kemampuan dan pengetahuan yang lebih produktif dalam kehidupan sehari hari. Pak Ary akan jelaskan kombinasi antara 3 kecerdasan yaitu intelektual, emosional, spiritual. Saya juga berharap antara kepala sekolah, guru, dan murid mempunyai kolaborasi yang bagus agar hasilnya maksimal."<more>Dalam konteks pendidikan, pemahaman tentang karakteristik setiap generasi menjadi penting untuk menentukan bagaimana strategi pendidikan yang jitu dan efektif diberikan kepada siswa. Tujuannya tidak sekadar capaian akademik dan pedagogik siswa, tetapi juga bagaimana proses pendidikan dapat menumbuhkan KARAKTER YANG UNGGUL dan kecintaan siswa terhadap aktivitas belajar.Untuk itu, Ary Ginanjar Agustian (Founder ESQ Group) bersama Coach Eka Chandra serta Coach Venny siap memandu insan pendidik dari pagi hingga sore hari. Acara ini juga hasil sinergi dari ESQ Business School, Teman Curhat ID, Ruang Pelatihan by ESQ, serta 3.0 ASESCO.Ary menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan saat ini yakni hampir semua materi kurikulum tersedia di internet, Gen Z dan Post Z melek teknologi dan informasi, Era Industri 4.0 memerlukan kreativitas, inovasi, dan berpikir kritis, pendidikan belum menyentuh aspek manusia secara utuh, metodologi guru mengajar masih konvensional."Seperti yang kita tahu metode mengajar para guru masih bersifat directive dalam artian mengajar yang menimbulkan rasa rakut, kontrol, fokus kepada kesalahan dan kelemahan. Seharusnya guru mengajar dengan cara enabling atau yang kita sebut coaching yaitu mengenal kekuatan, mendorong partisipasi dan pertumbuhan, memerdayakan orang lain, memberi kesempatan untuk mengambil resiko, mengoptimalkan kekuatan dan gaya setiap orang," jelasnya dari Studio lantai 23 Menara 165.Menurutnya, coaching adalah sebuah inovasi dan solusi untuk menjawab tantangan pendidikan di era Gen-Z dan penerusnya yang serba instan ini. Gaya baru di dalam mendidik yang anti-boring menggunakan seni mendengar dan bertanya. Sangat powerful dan high-impact terhadap peserta didik Gen-Z. Semua guru dan kepala sekolah perlu menjadi seorang coach, agar bisa menjadi support system untuk muridnya.
"Guru harus jadi agen perubahan dalam dunia pendidikan. Dimulai dari area Jaksel dulu. Mengapa ini penting? Karena selama ini yang jadi masalah utama bukan gonta ganti kurikulumnya. Menurut bapak ibu, yang utama kurikulumnya atau kemampuan guru yang lebih penting? Padahal bisa saja kurikulumnya selalu berubah ubah," lanjutnya.Ratusan insan pendidik se-Jaksel sepakat menjawab potensi guru lebih utama. Mereka juga sangat antusias mengikuti program ini terlihat dari kolom komentar dan semangatnya dalam layar zoom meeting.