Selasa, H / 16 April 2024

Teror Sri Lanka Berkaitan dengan Serangan Selandia Baru

Rabu 24 Apr 2019 09:59 WIB

Reporter :Redaksi

Petugas mengevakuasi korban di reruntuhan dampak serangan bom

Foto: Reuters

ESQNews.id, JAKARTA - Serangan teroris yang terjadi di beberapa gereja di Sri Lanka (St. Anthony Shrine, Colombo, St. Bastian’s Chruch Negombo, Zian Church, Batiicalloa) dan  beberapa hotel berbintang (Hotel Shangri-La, Cinnamom Grand, dan Kingsbury) di Colombo telah menyebabkan 310 orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka. Ini merupakan peristiwa terror paling mematikan sejak 1996 ketika pemberontak Tamil melakukan bom bunuh diri dan menyebabkan sekira 100 orang meninggal dunia.


Direktur The Islah Centre, Mujahidin Nur menilai, serangan teror yang terjadi di Sri Lanka beberapa hari lalu berbeda dengan peristiwa teror dan pemboman yang selama ini terjadi di negara yang pernah dilanda perang sipil antara kelompok separatis Liberation Tigers of Tamil Eelam (Tamil Tigers) dan pemerintah Sri Lanka selama 1983-2009 yang telah menelan korban 100.000 lebih masyarakat sipil. Mujahidin menilai, teror Sri Lanka ada kaitannya dengan teror New Zealand, Maret lalu. 


“Selama ini bom bunuh diri yang dilakukan oleh divisi bom bunuh diri militer Tamil Tigers bernama Black Tigers senantiasa menarget aparat pemerintah dan suku Inhalese. Artinya, motifnya adalah politik dan etnis,” ungkap dia dalam keterangan tertulis, Rabu (24/4).




Mujahidin menambahkan, konflik etno-relijius sempat terjadi di Sri Lanka yang didominasi oleh etnik Sinhalese yang beragama Budha. Mereka banyak melakukan persekusi terhadap umat Islam, Kristen dan Hindu di Sri Lanka. Namun perlawanan terhadap suku Sinhalese baru berupa perusakan patung-patung milik penganut agama Budha di sana. 


Karenanya menurut Mujahidin Nur, pemboman gereja yang terjadi di Sri Lanka diduga erat kaitannya dengan peristiwa teroris yang menimpa muslim New Zealand pada 15 Maret 2019 lalu. Dugaan tersebut didasarkan pada beberapa alasan.   


Pertama, target para teroris adalah umat Nasrani yang sedang melakukan ibadah Paskah. Padahal menurut dia, selama ini tidak ada sejarah konflik antara muslim dan umat Kristen di Sri Lanka. “Namun kenapa kelompok teror NTJ (National Tawheed Jihad) menarget orang-orang Kristen? Jawabannya karena NTJ berusaha melakukan balas dendam pada teror yang dilakukan oleh Brenton Tarrant yang membawa simbol agama Kristen untuk melakukan tindakan terror terhadap umat Islam,” katanya.  


Kedua, Mujahidin Nur menduga NTJ mengadopsi agenda jihad global al-Qaeda maupun ISIS yang ingin melakukan balas dendam pada peristiwa teror yang terjadi di New Zealand bulan lalu. Artinya, ada kemungkinan NTJ berafiliasi baik dengan ISIS maupun dengan al-Qaeda.  




“Ketiga, dalam sejarahnya, NTJ selama ini banyak melakukan vandalisme atau perusakan patung-patung umat Budha di Sri Lanka sebagai balasan atas gerakan anti-muslim etnis Sinhalese yang notabene beragama Budha. Andai tidak ada kaitannya dengan teror di New Zealand, seharusnya bom bunuh diri itu mereka lakukan pada tempat-tempat ibadah masyarakat Budha yang selama ini berkonflik dengan mereka bukan pada orang Kristen,” tegas Mujahidin. 


Keempat, para pendukung kelompok teroris ISIS atau Islamic State melalui media sosial, mereka merayakan tragedi serangan delapan bom di sejumlah gereja dan hotel di Sri Lanka. Mereka (pendukung ISIS) mengatakan bahwa apa yang terjadi di Kolombo adalah pembalasan atas pembantaian di masjid Christchurch, Selandia Baru dan kampanye militer yang didukung AS di Suriah.


Dengan alasan-alasan tersebut, Mujahidin Nur menduga kuat bahwa pemboman Paskah ini erat kaitannya dengan agenda jihad global kelompok ISIS yang ingin melakukan balas dendam terhadap peristiwa terror yang terjadi di New Zealand. 


Alhasil, pasca tragedi berdarah beberapa hari lalu, NTJ telah menjelma menjadi organisasi teroris baru yang paling mematikan di dunia.

Video detik-detik ledakan bom di Sri Lanka:



Dapatkan Update Berita

BERITA LAINNYA