ESQNews.id, JAKARTA — Di tengah peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Milad ke-108 Aisyiyah, langkah besar telah diambil dalam dunia pendidikan Indonesia. Bertempat di Menara 165 Jakarta, pada 20 Mei 2025 ‘Aisyiyah dan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah bekerja sama dengan ESQ secara resmi meluncurkan Gerakan Sejuta Guru TalentDNA — sebuah gerakan yang akan menjadi tonggak transformasi pendidikan berbasis karakter dan potensi peserta didik.
Acara bertajuk “Momentum Kebangkitan Nasional Bersama Kekuatan Perempuan Berkemajuan” ini tak sekadar menjadi seremoni, melainkan panggilan spiritual dan intelektual bagi para pendidik Indonesia untuk kembali kepada fitrah anak didik: mengenali keunikan, menggali potensi, dan membimbing sesuai jalan takdir terbaik masing-masing.
“Proses ini tidak mudah,” ujar Dr. Rohimi Zam Zam, S.Psi, S.H., M.Pd, Ketua PP ‘Aisyiyah dan Koordinator MPDM, saat memberikan sambutan.
“Namun kami yakin, ketika guru-guru mulai memahami dirinya dan talentanya, maka mereka akan mampu mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan bermakna.”
Ia juga menegaskan pentingnya kerjasama strategis dengan ESQ dan TalentDNA dalam membangun pendidikan yang berbasis kekuatan dari dalam, bukan hanya sekadar capaian akademik semata.
<more>
Dra. Fitri Willis, M.Pd, Ketua Majelis PAUD Dasmen PP ‘Aisyiyah, yang juga berlatar belakang bimbingan konseling, menambahkan bahwa konsep TalentDNA sejatinya telah sejalan dengan pendekatan pendidikan holistik.
“Setiap anak punya talenta. Tapi selama ini, talenta itu tidak terdeteksi. Akibatnya banyak yang salah jurusan, salah pekerjaan, bahkan tidak bahagia dalam hidupnya,” ujar beliau.
Menurutnya, pengenalan talenta bukan sekadar kebutuhan karier, tetapi juga menjadi kunci pembentukan jati diri dan kebahagiaan individu sejak dini.
Lebih lanjut, beliau menyampaikan keprihatinan bahwa banyak anak-anak Indonesia merasa terbebani dengan pembelajaran yang tidak sesuai minat dan bakatnya. Akibatnya, ilmu yang mereka pelajari tidak terimplementasi karena terasa asing dan tidak menyenangkan.
“Kalau bekerja pun dengan hal yang tidak disukai, bagaimana bisa bertahan dan berkontribusi dengan optimal? Inilah pentingnya pemahaman talenta sejak awal.”
Puncak acara menghadirkan Dr. (H.C) Ary Ginanjar Agustian, pendiri ESQ sekaligus penemu TalentDNA, yang memberikan orasi kebangsaan bertajuk “Momentum Kebangkitan Nasional Bersama Kekuatan Perempuan Berkemajuan.”
Dalam paparannya, Ary menekankan bahwa gerakan ini bukan sekadar pelatihan guru, melainkan awal dari revolusi pendidikan nasional yang berakar pada nilai-nilai spiritual dan pemahaman psikologi manusia.
“Harapan kami, mulai tahun ajaran 2025/2026, perubahan ini bisa dilakukan secara bertahap di seluruh sekolah di tanah air. Kita tidak bisa lagi membiarkan potensi anak-anak Indonesia tertidur. Kini saatnya para guru bangkit menjadi penggali potensi, bukan hanya pengajar materi,” tegas Ary.
Beliau juga menyoroti data yang mencemaskan: 87% mahasiswa Indonesia merasa salah jurusan, dan 1 dari 5 pekerja merasa pekerjaannya tidak sesuai dengan keterampilannya.
Tak hanya itu, di ranah keluarga, konflik berkepanjangan dan perceraian pun kerap dipicu ketidaksesuaian karakter antar pasangan yang tidak saling mengenal jati diri.
“TalentDNA hadir sebagai solusi bukan hanya untuk pendidikan, tapi juga untuk keluarga dan bangsa,” ujarnya.
Peluncuran Gerakan Sejuta Guru TalentDNA ini menjadi awal dari ekosistem pendidikan baru yang berbasis fitrah, keunikan individu, dan spiritual leadership.
Guru-guru yang tergabung akan dilatih untuk menggunakan alat ukur TalentDNA dan modul pelatihan yang dapat langsung diterapkan di ruang kelas. Dengan demikian, guru tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga fasilitator pertumbuhan dan pembimbing jalan hidup peserta didik.
Acara yang berlangsung secara hybrid ini dihadiri oleh pengurus ‘Aisyiyah, Muhammadiyah, guru-guru dari seluruh Indonesia, serta komunitas-komunitas pendidikan.
Pada sesi penutup, peserta juga berkesempatan melakukan konsultasi langsung dan pengisian TalentDNA untuk mendapatkan pengalaman langsung dari pendekatan ini.
Gerakan ini menandai sinergi nyata antara kekuatan perempuan, dunia pendidikan, dan pendekatan spiritual modern. Dengan melibatkan sejuta guru sebagai agen perubahan, diharapkan muncul generasi baru anak-anak Indonesia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bahagia, sesuai jati diri, dan siap membangun bangsa dari titik potensi terbaik mereka.
“Ini bukan sekadar program. Ini gerakan peradaban,” tegas Ary menutup sesi paparan.


